Peletakan
hajar aswad kisah tidak valid
Pengarang berzanji
berkata :
Ketika Rasulullah berusia
35 tahun, suku Kuraisy membangun Ka`bah
karena kerusakan akibat banjir tanah abthah. Mereka berbeda
pendapat tentang siapakah yang berhak mengangkat hajar aswad. Masing – masing
suku suka mengangkatnya. lalu terjadi perdebatan yang seingit, bersumpah akan
berperang dan fanatisme timbul dengan
kuat. Lalu mereka mengajak kepada
keputusan yang tepat. Mereka menyerahkan urusannya kepada orang yang berkata benar.
Lalu diputuskan untuk memberikan wewenang mengambil kebijakan
kepada permulaan orang yang masuk dari pintu juru kunci asy syaibiyah. Lantas Nabi permulaan orang yang masuk, lalu mereka bilang
: Inilah orang yang terpercaya dan kita seluruhnya menerimanya dan rela
kepadanya.
Mereka memberitahukan kepada
Nabi bahwa mereka telah rela agar dialah yang menjadi
pemutus dalam masalah ini. Dan yang
punya wewenang. Beliau meletakkan hajar aswad di kain, lalu memerintah seluruh
suku untuk mengangkat. Mereka mengangkat
ke tempat hajar aswad yaitu di sudut
bangunan itu. Dan Rasulullah meletakkannya dengan tangannya yang mulia di tempat aslinya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pada hakikatnya kisah itu
tidak valid karena tidak memiliki landasan yang kuat dari hadis sahih. Ia kisah bikinan.
Atsar tersebut termasuk mursal karena dari Mujahid yang bukan sahabat. Dia
adalah tabi`in. [1]
حَدَّثَنَا
أَبُو مُسْلِمٍ قَالَ : نَا أَبُو عُمَرَ الضَّرِيْرُ قَالَ : نَا حَمَّادٌ بْنُ سَلْمَةَ
، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ ، عَنْ سِمَاكٍ بْنِ حَرْبٍ ، عَنْ خَالِدٍ بْنِ
عَرْعَرَةَ ، عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، فِي بِنَاءِ اْلكَعْبَةِ قَالَ :
لَمَّا رَأَوا النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ دَخَلَ مِنَ اْلبَابِ
، قَالُوا : قَدْ جَاءَ اْلأَمِيْنُ لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيْثَ عَنْ دَاوُدَ إِلاَّ
حَمَّادٌ
Bercerita kepada
kami Abu Muslim
lalu berkata : Bercerita kepada kami Abu Umar ad dharir berkata: Bercerita
kepada kami Hammad bin
Salamah dari Dawud bin Abu Hindin dari
Simak bin Harb dari Khalid bin
Ar`arah dari Ali bin Abu Thalib
tentang pembangunan Ka`bah
berkata "
Ketika mereka melihat Nabi telah masuk ke pintu, mereka berkata : Sungguh
datang orang yang terpercaya.
Hadis ini hanya
diriwayatkan oleh Hammad dari Dawud,
Khalid bin Ar`arah tidak
di kenal
Ada lagi perawi bernama Simak bin Harb :
Imam Ahmad bin Hambal berkata :
مُضْطًَرِبُ
الْحَدِيْثِ.
Hadisnya kacau
عَنِ
ابْنِ الْمُبَارَكِ : سِمَاكٌ ضَعِيْفٌ فِى الْحَدِيْثِ.
Dari Ibnu
Mubarak : Simak adalah lemah hadisnya.
Imam Nawawi
berkata ;
وَ
أَمَّا سِمَاكٌ بْنُ حَرْبٍ
فَالْمَعْرُوْفُ عَنِ الثَّوْرِى أَنَّهُ ضَعَّفَهُ.
Simak bin Harb
menurut Tsauri, dia adalah lemah dan itu pendapat yang populer
Hamd bin Abu Bakar bin Ismail al bushairi berkata :
هَذَا
إِسْنَادٌ رُوَاتُهُ ثِقَاتٌ إِلاَّ خَالِدَ بْنَ عَرْعَرَةَ؟ فَإِنيِّ لَمْ
أَقِفْ لَهُ عَلَى تَرْجَمَةٍ.
Ini sanad yang
perawi – perawinya terpercaya kecuali
Khalid bin Ar`arah . Sesungguhnya aku tidak mengetahui riwayat hidupnya. [2]
Di tempat lain Hamd bin Abu
Bakar bin Ismail al bushairi berkata lagi :
هَذَا
إِسْنَادٌ ضَعِيْفٌ، ِلجَهَالَةِ بَعْضِ رُوَّاتِهِ.
Ini adalah sanad
lemah karena sebagian perawinya tidak di kenal. [3]
Al Ajli berkata :
خَالِدٌ
بْنُ عَرْعَرَةَ كُوْفِىٌّ تَابِعِيٌّ ثِقَةٌ رَوَى عَنْ عَلِيٍّ
Khalid bin Ar`arah
adalah orang Kufah, tabi`in terpercaya, dia meriwayatkan dari Ali bin Abu
Thalib. [4]
Komentarku (
Mahrus ali ):
Al ajli
bernama Abul hasan Ahmad bin Abdillah
bin Saleh al ajli orang Kufah yang bertempat tinggal di Tripolin barat 182 – 261
dan tidak akan bertemu dengan Khalid bin Ar`arah, sudah tentu
penilaiannya atas kepercayaan Khalid bin Ar`arah tidak valid.
Sudah cukup
menunjukkan kelemahan hadis tsb tidak tercantum dalam kutubut tis`ah. Dan setahu saya hanya Thabrani yang
meriwayatkannya
Dalam hajj.al-islam.com
terdapat keterangan sbb :
Pembangunan Oleh
Bangsa Quraisy
Ketika Rasulullah
mencapai usia dewasa (menurut riwayat lain; ketika berumur dua puluh lima tahun), ada seorang
wanita membuat tungku di dekat Kakbah. Percikan apinya mengenai kain Ka`bah
sehingga mengakibatkan kebakaran. Bangsa Quraisy merobohkannya dan membangunnya
kembali. Di saat peletakan Hajar Aswad mereka (Qabilah-qabilah Quraisy) saling
bertengkar; siapakah yang berhak meletakkannya? Mereka berkata, "Mari kita
tentukan siapa yang pertama-tama masuk lewat pintu Bani Syaibah maka dialah
yang akan meletakkannya." Setelah nampak bagi mereka bahwa yang pertama
masuk dari pintu Bani Syaibah adalah Rasulullah saw. mereka menetapkan beliau
untuk meletakkannya. Rasulullah mengambil sepotong kain dan meletakkan Hajar
Aswad di tengahnya kemudian memintakan setiap suku untuk memegang ujungnya.
(Menurut riwayat lain; Nabi saw. memilih kepala-kepala suku), masing-masing
memegang ujung kain tersebut kemudian mereka mengangkat Hajar Aswad. Rasulullah
mengambilnya dan meletakkannya di tempatnya semula. Bangsa Quraisy membuat enam
tiang penyangga di dalam Ka`bah yang diletakkan dalam dua baris.[5]\
Komentarku (
Mahrus ali ):
Seluruh kisah di
atas tiada landasannya yang kuat dari
hadis, jadi masih berupa rekaan belaka.
Abdullah menulis
sbb :
Nabi Muhammad
Sebagai Al Amin
Perbaikan Ka’bah
yang rusak karena banjir. Ketika bangunan Ka'bah rusak karena banjirpenduduk
Mekah-pun kemudian bergotong-royong untuk memperbaikinya. Saat pekerjaan
sampai pada
pengangkatan dan peletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadi.perselisihan.
Masing-masing suku ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu
Akhirnya salah
satu dari mereka kemudian berkata, "Serahkan putusan ini pada orang yang pertama
memasuki pintu Shafa ini."
Mereka semua
berhenti bekerja dan menunggu orang pertama yang akan memasuki pintu.Shafa
tersebut. Tidak lama setelah itu, tampaklah Nabi Muhammad SAW muncul dari sana
Melihat sosok Nabi
Muhammad saw, mereka semua kemudian berseru, "Itu dia al-Amin, orang yang
terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya."
.Setibanya ditempat
itu, merekapun menceritakan perselisihan yang tengah mereka hadapi
Setelah mengerti
duduk perkaranya, Nabi Muhammad SAW lalu membentangkan sorbannya di atas tanah,
dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta semua kepala suku memegang
tepi sorban itu dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah Hajar Aswad sampai
pada ketinggian yang diharapkan, Nabi Muhammad SAW meletakkan batu itu pada tempatnya semula.
Dengan demikian selesailah perselisihan di antara suku-suku.tsb dan mereka pun
puas dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu
.Begitulah akhlak
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw sebagai suri tauladan yang baik
Sebuah akhlak yang
merupakan realisasi dari kitab suci Al Quran. Maka sudah sepatutnya bagi kita
selaku umat muslim untuk menjadikan beliau sebagai satu-satunya uswah dalam .kehidupan
kita[6]
Komentarku (
Mahrus ali ):
Seluruh
kisah di atas tiada dalilnya yang sahih, ia sekedar kisah dari orang ke orang,
dari kiyai ke santri, dari guru ke murid di bangku sekolah, pesantern,
langgar atau masjid atau dilapangan ketika mendengar ceramah. Refrensinya hanya
mendengar dari guru. Hadis sahihnya nihil dan tidak benar sama sekali. Jadi
hanya mengikuti leluhur, mirip sekali
dengan ayat :
وَكَذَلِكَ
مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلاَّ قَالَ
مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى
ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ(23)
Dan demikianlah,
Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu
negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:
"Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan
sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka."[7]
Bacalah
lagi diblog ke dua : www.mantankyainu2.blogspot.com
[1]
Majma` al zawaid 169/8
[2]
Ittihaful khiyarah 62/6
[3]
Ittifaul khiyarah 99/6
[4]
Ma`rifatus tsiqat .
[5]
hajj.al-islam.com
[7]
Zukhruf 23
Artikel Terkait
Pak Ustadz, benarkah batu Hajar Aswad batu dari surga???
BalasHapushttp://www.dakwatuna.com/2013/09/15/39259/hajar-aswad-batu-dari-surga-itu-dicuri/?fb_ref=recommendations-bar#axzz2f0b6Vzi9
Terima kasih Pak