KH Bisri Musthofa menyatakan:
Tiap-tiap ucapan, perbuatan atau i’tikad yang tidak bisa disaksikan kebenarannya oleh ushulis syar’iyah (Al Kitab, Sunah, Al Ijma’, Qiyas) maka itu Bid’ah Mardudah. Inilah yang dimaksud oleh haditsnya Aisyah tersebut di atas. Ini pula yang disebut Bid’ah Syar’iyah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Mana dalilnya bahwa Qiyas dan Ijma` dasar sariat. Setahu saya hanya dua fondamen yaitu kitabullah dan sunnatu Rasulullah
Dalilnya :
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.[1]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kita di suruh berhukum dengan apa yang di turunkan oleh Allah dan jangan sampai kita berpaling dari padanya. Ini landasan hukum yang benar ya`ni al Quran bukan Ijma` atau Qiyas.
Di ayat lain, Allah menyatakan:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.[2]
Hukum adalah milik Allah, maksudnya harus berlandaskan kepada kitabullah, bukan akal, argumentasi rasional atau lainnya yang tiada kaitannya dengan hukum Allah sekalipun berkaitan dengan hukum setan. .
Di ayat lain, Allah menyatakan tiada hukum yang terbaik dari pada hukum Allah sebagaimana ayat:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?[3]
Dalam suatu hadis di jelaskan sbb:
Rasulullah SAW bersabda:
مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَشْتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَنِ اشْتَرَطَ شَرْطًا لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَلَيْسَ لَهُ وَإِنِ اشْتَرَطَ مِائَةَ مَرَّةٍ
Mengapakan beberapa kaum membikin sarat – sarat yang tidak terdapat dalam kitabullah.Barang siapa yang membikin sarat di luar kitabullah maka tidak sah sekalipun seratus sarat.kata Nabi SAW [4]
Jadi landasan utama dalam hadis tsb adalah kitabullah.
Ummul Husain berkata:
حَجَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَّةَ الْوَدَاعِ فَرَأَيْتُهُ حِينَ رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ وَانْصَرَفَ وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ وَمَعَهُ بِلَالٌ وَأُسَامَةُ أَحَدُهُمَا يَقُودُ بِهِ رَاحِلَتَهُ وَالْآخَرُ رَافِعٌ ثَوْبَهُ عَلَى رَأْسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الشَّمْسِ قَالَتْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْلًا كَثِيرًا ثُمَّ سَمِعْتُهُ يَقُولُ إِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ مُجَدَّعٌ حَسِبْتُهَا قَالَتْ أَسْوَدُ يَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا *
Aku melakukan haji bersama Rasulullah SAW di haji wada`,aku melihatnya ketika melempar jumrah.Beliau diatas kendaraanya bersama Bilal dan Usamah salah satunya menuntun kendaraannya dan yang lain menaungi dengan kainnya diatas kepala Rasulullah SAW dari terik matahari.
Rasulullah SAW berbicara banyak,aku mendengar beliau bersabda: Bila pimpinanmu budak yang beruntung atau hitam yang mengarahkanmu dengan kitabullah, dengarkan dan taatlah “. [5]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sayang sekali kaum muslimin di pimpin dengan hukum Thaghut menerima dengan baik. Bila di ajak ke hukum Al Quran, menolak dengan baik. Kadang jelek.
Untuk hadisnya sebagai pegangan bagi kaum muslim sebagaimana ayat:
فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللهِ والرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ والْيَوْمِ اْلآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَاَحْسَنُ تَاْوِيْلاً.
"Jika kamu saling berbantah-bantahan dalam sesuatu perkara, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (as-Sunah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". An-Nisa, 4:59.
Juga ada ayat lainnya sbb:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا(36)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.[6]
Bila al quran dan sunnah telah menetapkan suatu hukum, maka bagi kaum mukminin lelaki atau perempuan harus ikut, suka atau tidak. Dalam suatu hadis juga di nyatakan taat itu keharusan dalam hal yang di senangi atau di benci.
Ubadah ra berkata:
بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْعُسْرِ وَالْيُسْرِ وَالْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَعَلَى أَثَرَةٍ عَلَيْنَا وَعَلَى أَنْ لَا نُنَازِعَ اْلأَمْرَ أَهْلَهُ وَعَلَى أَنْ نَقُولَ بِالْحَقِّ أَيْنَمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ
Kami berbaiat kepada Rasulullah SAW untuk taat sepenuhnya waktu sulit,enak, suka, duka,.berkorban untuk orang lain ( tidak boleh individu ), berkata benar dimanapun kita berada dan tidak takut celaan orang. [7]
Dalam suatu hadis juga di jelaskan sbb:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Amma ba`duh ! Sesungguhnya perkataan terbaik adalah kitabullah, sebaik prilaku adalah prilaku Muhammad. Perkara terjelek adalah perkara baru ( bid`ah ) dan setiap bid`ah sesat.[8]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis tsb bisa di buat hujjah bahwa hadis adalah fondamen hukum bukan Ijma atau Qiyas.
Ibnu Abbas berkata:
كَيْفَ تَسْأَلُونَ أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ كُتُبِهِمْ وَعِنْدَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ أَقْرَبُ الْكُتُبِ عَهْدًا بِاللَّهِ تَقْرَءُونَهُ مَحْضًا لَمْ يُشَبْ *
“ Bagaimanakah kamu bertanya kepada ahli kitab tentang kitab mereka sedang kamu memiliki Al Quran yang baru diturunkan dari Allah yang kamu baca, tiada perobahan didalamnya dan asli,” kata Ibnu Abbas.[9]
Syekh Al Fauzan berkata:
فَالَّذِي يَحْكُمُ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ الله فَهُوَ يَرَى أَنَّ حُكْمَهُ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ الله أَصْلَحُ لِلنَّاسِ وَأَنْفَعُ لِلنَّاسِ، أَوْ أَنَّهُ مُسَاوٍ لِمَا أَنْزَلَ الله، وَأَنَّهُ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَنْ يَحْكُمَ بِمَا أَنْزَلَ الله أَوْ يَحْكُمَ بِغَيْرِهِ، أَوْ أَنَّ اْلحُكْمَ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ الله جَائِزٌ، فَهَذَا يُعْتَبَرُ طَاغُوْتًا وَهُوَ كَافِرٌ بِالله عَزَّ وَجَلَّ.
هَذِهِ رُءُوْسُ الطَّوَاغِيْتِ، والله تعالى أعلم.
هَذِهِ رُءُوْسُ الطَّوَاغِيْتِ، والله تعالى أعلم.
Orang yang menjatuhkan hukum dengan lain Al quran dan hadis, maka dia beranggapan bahwa hukum tsb lebih bermaslahat dan lebih bermanfaat untuk manusia atau sama dengan hukum Allah. Atau Dia boleh pilih antara menjatuhkan hukum dengan hukum Allah atau hukum lainnya. Atau menjatuhkan hukum dengan selain hukum Allah diperbolehkan, maka dia dianggap thoghut. Dia kafir dan ini pimpinan thoghut. [10]
Untuk qiyas di jadikan landasan hukum, maka hukum – hukuman, bukan hukum semestinya. Tidak usah menggunakan landasan agama Islam tanpa dalil, nanti menyesatkan dan membingungkan orang yang sudah mantap. Imam Bukhari berkata:
بَاب مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسْأَلُ مِمَّا لَمْ يُنْزَلْ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي أَوْ لَمْ يُجِبْ حَتَّى يُنْزَلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ وَلَمْ يَقُلْ بِرَأْيٍ وَلَا بِقِيَاسٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى ( بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ )
Nabi saw ditanya tentang sesuatu yang tiada dalilnya dalam al Quran lalu beliau berkata: ” Tidak tahu “ atau tidak menjawab hingga wahyu diturunkan. Beliau tidak berpendapat atau menggunakan qiyas
Pergilah ke blog ke 2 www.mantankyainu2.blogspot.com
Pergilah ke blog ke 2 www.mantankyainu2.blogspot.com
[1] Al maidah 49
[2] 40 Yusuf
[3] Alma idah 50
[4] HR Bukhori / salat / 4560. Muslim / Itiq/1504. Tirmidzi / Buyu`/1256. Abu dawud / Itiq/3929. Ibnu Majah / Doa/ 3539. Muwattho` / Itiq/1519
[5] HR Tirmizi 1298 , sahih
[6] Al ahzab 36
[7] HR Muslim 1709, Attarghib wattarhib 157/3 Attamhid libni Abdil bar 351/6 Hasyiyatus sindi 140/7 . Attsiqat 106/1 Muqaddimah fathul bari 75/1 AlMUhalla 110/11
[8] HR Muslim / Jumat / 1435. Nasai /Salat Id/1560. Abu dawud / Al Khoroj / 2565. Ibnu majah / Muqaddimah /44. Ahkam /2407. Ahmad / Baqi musnad muktsirin / 1364.
[9] HR Bukhori / Tauhid / 7522
[10] Al muntaqa min fatawa syekh Al fauzan nomer 249
Artikel Terkait
Assalamu alaikum wr wb
BalasHapusAssalamu 'ala man tabi'al huda...
Ust Mahrus yang terhormat, sesungguhnya masalah qiyas sudah disepakati validitasnya sebagai landasan hukum dlm mazhab al-Imam Syafi'i. kalau anda mengatakan bahwa qiyas itu adalah hukum setan, maka bagaimana dengan ijtihad umat masa ini?
Sebagai orang yang mengaku KYAI, anda tentu tahu,,,bahwa syarat untuk berqiyas jauh lebih mudah ketimbang berijtihad. Sebab qiyas itu hanya lah merumuskan hukum atas suatu perkara, yang tidak da dlm nash, namun ada illat atau anashir dari suatu hukum yang sudah ada terlebih dahulu. Sementara ijtihad, adlah merumuskan hukum baru, benar2 baru. Saya ingin bertanya anda sendiri, merasa kapasitas anda sudah dimana? Mujtahidkah?
Saya harap kita bisa berdiskusi banyak. Ini email saya : alrisalah@yahoo.co.id
Waalaikum salam
BalasHapusBacalah lagi disini:
MANTAN KYAI NU: Qiyas dasar hukum setan bukan dasar hukum ...
MANTAN KYAI NU: Komentarku tentang Ibnu Hazm
KUrang jelas hubungi telp 082139355719