Pandangan ulama tentang ayam.
Pendapat
Syekh Abd Rahman Assuhaimi dari Saudi.
Saya
sendiri tidak mengetahui Syekh Abd Rahman Assuhaimi dari Saudi memberikan pernyataan
ayam halal atau haram, tapi dalam fatwanya saya jumpai sbb:
وَحَدَّثَنِي شَابٌّ مُسْلِمٌ يُقِيْمُ
فِي فَرَنْسَا أَنَّهُ عَمِلَ فِي مَسْلَخٍ لِلدَّجَاجِ ، وَأَنَّ ذَبْحَ الدَّجَاجِ
فِي تِلْك َالْمَسَالِخِ يَتِمُّ كَالتَّالِي:
أولاً: تُعلَّقُ الدَّجَاجُ مِنْ أَرْجُلِهَا
ثانياً: تُمَرَّرُ الدَّجَاجُ عَلَى حَوْضِ
مَاءٍ مُكَهْرَبٍ ! فَتُغْمَسُ فِي الْمَاءِ لِتُصْعَقَ بِالْكَهْرَبَاءِ
ثالثاً: بَعْدَ صَعْقِهَا بِتِلْكَ الطَّرِيْقَةِ
تَخْرُجُ إِلَى مِشْرَطٍ يَقُصُّ الرَّأْسَ ، وَأَحْيَانًا تَكُوْنُ يَكُوْنُ مُسْتَوَى
رَأْسِ الدَّجَاجَةِ أَقَلَّ مِنْ مُسْتَوَى الْأَمْوَاسِ فَيُقْطَعُ بَعْضُ الَّرْأسِ.
وَحَدَّثَنِي مُسْلِمٌ آخَرُ يُقِيْمُ فِي
فَرَنْسَا بِمِثْلِ هَذَا.
وَقَدْ رَأَيْتُ آثَارَ بَعْضِ ذَلِكَ فِي
بَعْضِ الْمَطَاعِمِ ، فَقَدْ قُدِّمَ لِي دَجَاجَةٌ بِنِصْفِ رَأْسٍ
Seorang
pemuda memberitahukan kepadaku. Dia muslim, bertempat tinggal di Prancis dan
berkerja di salah satu penyembelihan ayam. Dan tata cara penyembelihan ayam di
tempat tsb sbb:
1.
Kaki
ayam di gantung
2.
Ayam
di masukkan ke dalam kolam beraliran listrik, lalu di tenggelamkan agar mati
dengannya.
3.
Setelah
ayam mati dengan cara seperti itu, ia keluar ke pisau yang akan memotong
kepalanya. Terkadang kepala ayam lebih rendah dari pada pisau pemotong kepala
itu, ahirnya hanya sebagian kepala yang terpotong. Ada muslim lagi yang berdomisili di Perancis
yang berkisah kepadaku seperti itu.
Sungguh
aku melihat bekas sebagian ayam tsb di sebagian restoran. Sungguh aku di beri
makanan ayam yang sebagian kepalanya terpotong.[1]
Saya
katakan: Itulah kisah tentang ayam dari
Syekh Abd rahman Assuhaim dan saya sendiri tidak menjumpai yang lain. Kisah tsb
tidak ada pernyataan dari Syekh bahwa ayam halal atau haram. Tapi ada sedikit
isarat seolah beliau memperbolehkan makan ayam dan disini tidak diperkenankan makan
ayam karena di sembelih dengan cara yang
tidak sesuai dengan syariat Islam. Seandainya benar begitu, maka ayam menurut
beliau di perkenankan asal di potong sesuai dengan syariat. Tapi saya belum
menjumpai dalil dari beliau yang memperkenankan makan ayam. Jadi saya masih
belum ketemu dalil ayam diperbolehkan hingga kini.
Menurut
pengkajian organisasi tokoh – tokoh ulama di kerajaan Saudi arabia yang cukup
lama dan telah bertanya kepada orang – orang yang berdomisili di negara –
negara tsb dan setelah mendelegasikan
orang – orang yang bertanya dan menginvestigasi, maka mereka memutuskan
larangan makanan sembelihan – sembelihan tsb.
Termasuk
delegasi saat itu yang di terjunkan di negara – negara Eropa adalah Syekh Abdullah Al ghodhbah. Sungguh
beliau telah menyatakan bila ayam semakin menumpuk di peternakan, maka akan di masukkan ke dalam kulkas – kulkas
yang sangat dingin lalu mati didalamnya
hingga dikeluarkan dan di
bersihkan lalu di pasarkan.
Para ulama yang termasuk dalam organisasi tsb juga bertanya
kepada Syekh Sholeh Muhayiri – seorang da`I yang berdomisili di Berazil juga
mengkisahkan tehnis pemotongan hewan tsb di PT Sadia. Bahkan pengkajian itu mendapat info bahwa
orang atau organisasi yang memberikan sertivikat untuk Petani – petani ternak ayam itu adalah dari
golongan yang jelas menyimpang dari agama Islam seperti Qodiyanisme untuk
menghimpun dana. Bahkan sudah ada buku yang di terbitkan dari organisasi
ulama di Saudi yang membahas tentang daging
– daging import.
Bagi
seorang muslim setelah mendengar kisah tsb tidak usah memperhatikan tulisan
" telah di sembelih menurut syariat Islam". Ini sekedar setempel
belaka. Bahkan ada kelengan ikan yang ditulisi dengan kalimat: Telah di
sembelih dengan cara syariat Islam.
Solusinya:
Hendaklah seorang muslim makan dari makanan yang sudah jelas halalnya dan tahu
cara penyembelihannya. Bila dia berdomisili di negara –negara kufur, maka harus
membeli ke toko – toko yang menjual daging halal. Dan jangan sampai mempermudah
dalam masalah ini, setiap tubuh yang tumbuh dari barang haram maka tempatnya
neraka.
Itulah
kisah dari syekh Abd rahman Assuhaim tentang tata cara penyembelihan ayam di
luar negri yang kafir dan tidak menerangkan hukum ayam halal atau haram. Bila
halal, beliau juga tidak mengetengahkan dalilnya. Bila kita condong kepada yang
menghalalkan, kita kembali kepada ajaran tanpa dalil. Pada hal Allah berfirman:
اِئْتُونِي
بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur'an) ini atau peninggalan
dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang
benar".[2]
088803080803.( Smartfren) 081935056529 ( XL )
Dengarkan pengajian - pengajianku
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan