Jakarta, NU Online
Para pecinta Gus Dur ramai-ramai menggelar haul tokoh yang sangat dikaguminya ini. Tak hanya di Jakarta, peringatan haul ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga digelar di daerah bahkan di luar negeri.
Kemarin, Senin (30/12), ratusan pecinta Gus Dur di Karawang, Jawa Barat, menggelar peringatan serupa di gedung Charles Bussines Center, Karawang.
Acara yang dimulai sekitar pukul 13.00 tersebut dihadiri beberapa tokoh lintas agama seperti Kristen, Konghucu, dan Islam Abangan. Hadir juga perwakilan pesantren, ormas, dan OKP NU setempat. Diawali tahlil dan doa bersama, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama para tokoh lintas agama. Mereka menyampaikan tesmimoni masing-masing tentang jasa-jasa dan perjuangan Gus Dur, terutama bagi kelompok-kelompok minoritas seperti mereka.
Acara ditutup dengan pemberian cinderamata buku “Bukti-bukti Gus Dur itu Wali” terbitan ReneBook bekerjasama dengan NU Online kepada para panelis diskusi. Juga dibagikan doorprise buku tersebut untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari panitia.
PCINU Turki juga memperingati haul Gus Dur sekaligus seb-i arus Maulana Jalaludin Rumi, yaitu malam dimana Rumi didaulat menjadi pengantin dengan sang kekasih sejatinya Allah anggal 17 Desember 1273 Maulana Jalaludin Rumi meninggal dunia. Dia meminta untuk tidak menangisi kematiannya setelah dia meninggal nanti. Karena Rumi berpikir mati adalah malam pengantin, malam yang penuh kebahagiaan.
Dalam acara yang digelar Ahad (29/12) tersebut dilakukan kajian yang menghadirkan 2 narasumber, Ahmad Faiz Irsyad (rais syuriyah PCINU Turki) dan yang kedua Syafiq Hasyim (rais syuriyah PCINU Jerman).
Dalam kajian ini narasumber menyampaikan berbagai hal tentang kearifan dua tokoh, Rumi dan Gusdur. Dalam semua aspeknya baik humanitas, cinta, toleransi, kosmopolitan.
Kajian yang disiarkan langsung oleh radio PCINU Turki ini berlangsung menarik terbukti dengan banyaknya pertanyaan dari pendengar di Indonesia, Turki dan Jerman.
Sementara itu di Malang haul Gus Dur dilaksanakan tidak hanya oleh warga Nahdliyin saja, tapi juga dari berbagai agama, yang diselenggarakan pada Senin (30/12) Hall Kelenteng Eng An Kiong.
Acara dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Malang bekerja sama dengan berbagai organisasi yang bergiat di bidang perdamaian seperti Majlis Ahlut Thariqah Al-Mu'tabarah Annahdliyah (Matan), Committe for Interfaith Tolerance Indonesia (Cinta Indonesia), Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB), dan Gusdurian Muda Kota Malang.
Acara diawali dengan doa, sambutan panitia, apresiasi seni lintas agama, sambutan perwakilan Walikota Malang, barongsai, karawitan, dan teatrikal musik. Tak lama setelah itu, acara utama dilanjutkan yaitu Testimoni tentang Gus Dur dan Perdamaian dari berbagai pemuka agama yang disampaikan oleh Bunsu Anton Priyono dari agama Kong Hu Cu, pemuka agama Hindu, Ida Bagus Bajre, Romo Yudho Asmoro dari Penghayat Kepercayaan, Romo Eko Putranto (Katolik), Pdt. Yohannes Hariono (Kristen), H. M. Syafiq (Islam), Haryono (Buddha), dan Romo Yudho Asmoro (Penghayat Kepercayaan).
Putri keempat Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, memungkasi acara dengan menyampaikan beberapa semangat perjuangan Gus Dur agar bisa dilanjutkan oleh pemuda dan mahasiswa yang berteguh pikiran dan tindakan untuk menguatkan NKRI.
Ribuan warga Nahdliyin Kota Solo juga memperingati Haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang ke-4 di kompleks halaman Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Solo, Sabtu (28/12) malam. Acara ini bersamaan dengan diadakannya kegiatan pengajian Rijalul Ansor.
“Acara pengajian Rijalul Ansor, biasanya kita adakan pada pekan ke 3. Kali ini kita barengkan dengan peringatan Haul Gus Dur,” terang Ketua GP Ansor Solo, Muhammad Anwar. (aji najmuddin/diana manzila/agus/hari pebrian/mukafi niam)
Para pecinta Gus Dur ramai-ramai menggelar haul tokoh yang sangat dikaguminya ini. Tak hanya di Jakarta, peringatan haul ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga digelar di daerah bahkan di luar negeri.
Kemarin, Senin (30/12), ratusan pecinta Gus Dur di Karawang, Jawa Barat, menggelar peringatan serupa di gedung Charles Bussines Center, Karawang.
Acara yang dimulai sekitar pukul 13.00 tersebut dihadiri beberapa tokoh lintas agama seperti Kristen, Konghucu, dan Islam Abangan. Hadir juga perwakilan pesantren, ormas, dan OKP NU setempat. Diawali tahlil dan doa bersama, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama para tokoh lintas agama. Mereka menyampaikan tesmimoni masing-masing tentang jasa-jasa dan perjuangan Gus Dur, terutama bagi kelompok-kelompok minoritas seperti mereka.
Acara ditutup dengan pemberian cinderamata buku “Bukti-bukti Gus Dur itu Wali” terbitan ReneBook bekerjasama dengan NU Online kepada para panelis diskusi. Juga dibagikan doorprise buku tersebut untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari panitia.
PCINU Turki juga memperingati haul Gus Dur sekaligus seb-i arus Maulana Jalaludin Rumi, yaitu malam dimana Rumi didaulat menjadi pengantin dengan sang kekasih sejatinya Allah anggal 17 Desember 1273 Maulana Jalaludin Rumi meninggal dunia. Dia meminta untuk tidak menangisi kematiannya setelah dia meninggal nanti. Karena Rumi berpikir mati adalah malam pengantin, malam yang penuh kebahagiaan.
Dalam acara yang digelar Ahad (29/12) tersebut dilakukan kajian yang menghadirkan 2 narasumber, Ahmad Faiz Irsyad (rais syuriyah PCINU Turki) dan yang kedua Syafiq Hasyim (rais syuriyah PCINU Jerman).
Dalam kajian ini narasumber menyampaikan berbagai hal tentang kearifan dua tokoh, Rumi dan Gusdur. Dalam semua aspeknya baik humanitas, cinta, toleransi, kosmopolitan.
Kajian yang disiarkan langsung oleh radio PCINU Turki ini berlangsung menarik terbukti dengan banyaknya pertanyaan dari pendengar di Indonesia, Turki dan Jerman.
Sementara itu di Malang haul Gus Dur dilaksanakan tidak hanya oleh warga Nahdliyin saja, tapi juga dari berbagai agama, yang diselenggarakan pada Senin (30/12) Hall Kelenteng Eng An Kiong.
Acara dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Malang bekerja sama dengan berbagai organisasi yang bergiat di bidang perdamaian seperti Majlis Ahlut Thariqah Al-Mu'tabarah Annahdliyah (Matan), Committe for Interfaith Tolerance Indonesia (Cinta Indonesia), Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB), dan Gusdurian Muda Kota Malang.
Acara diawali dengan doa, sambutan panitia, apresiasi seni lintas agama, sambutan perwakilan Walikota Malang, barongsai, karawitan, dan teatrikal musik. Tak lama setelah itu, acara utama dilanjutkan yaitu Testimoni tentang Gus Dur dan Perdamaian dari berbagai pemuka agama yang disampaikan oleh Bunsu Anton Priyono dari agama Kong Hu Cu, pemuka agama Hindu, Ida Bagus Bajre, Romo Yudho Asmoro dari Penghayat Kepercayaan, Romo Eko Putranto (Katolik), Pdt. Yohannes Hariono (Kristen), H. M. Syafiq (Islam), Haryono (Buddha), dan Romo Yudho Asmoro (Penghayat Kepercayaan).
Putri keempat Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, memungkasi acara dengan menyampaikan beberapa semangat perjuangan Gus Dur agar bisa dilanjutkan oleh pemuda dan mahasiswa yang berteguh pikiran dan tindakan untuk menguatkan NKRI.
Ribuan warga Nahdliyin Kota Solo juga memperingati Haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang ke-4 di kompleks halaman Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Solo, Sabtu (28/12) malam. Acara ini bersamaan dengan diadakannya kegiatan pengajian Rijalul Ansor.
“Acara pengajian Rijalul Ansor, biasanya kita adakan pada pekan ke 3. Kali ini kita barengkan dengan peringatan Haul Gus Dur,” terang Ketua GP Ansor Solo, Muhammad Anwar. (aji najmuddin/diana manzila/agus/hari pebrian/mukafi niam)
Komentarku ( Mahrus ali):
Peringatan hari wafat
adalah budaya non muslim seperti
budaya firaunisme.
Syaikh Abu Thariq
Al-Buwaihiyawi Abdullah Hashruf Al-Jazairy menjelaskan tentang bid’ahnya empat
puluhan (peringatan 40 hari kematian). Pada akhirnya beliau menjelaskan:
Bid’ah empat puluhan
(peringatan orang mati pada hari keempat puluh, Jawa :matang puluh, pen)
itu adalah adat Fir’auniyah yaitu mayit baru
dikubur setelah 40 hari dari pembalsemannya, dan tampak bagi ahli-ahli
pembalseman dari orang yang memiliki keahlian dan pengalaman, mereka
berpandangan bahwa jangka (40 hari) ini telah cukup untuk menyela-nyelai bahan
pembalseman ke jasad mummi, dan jauh dari pembusukan atau lembek setelah
dipendam. Mereka menyambut pelayat dua kali: pertama ketika wafatnya, dan yang
kedua setelah dipendamnya (dikuburkannya). Adat ini masih tersisa di Mesir
setelah memeluk agama Masehi berhalais. Dan (masih tersisa pula) di kalangan
orang-orang awam dari pengikut taqlid buta setelah masuknya Islam ke Mesir,
kemudian tersebarlah (sisa adat Fir’aun itu) ke seluruh dunia Islam.
Dan demikianlah kerancuan
kaum Muslimin terhadap pengadopsian bid’ah ini sehingga mereka memakaikan
“sorban” Islam padanya. (Abu Thariq Al-Buwaihiyawi al-Jazairi, بدعة الأربعين 09
shafar 1420H/ 25 Mei 1999, www.majles.alukah.net)
و بدعة الأربعين عادة فرعونية و هي أن الميت يدفن بعد أربعين يوما من تحنيطه، و يبدو أن خبراء التحنيط ممن لهم خبرة و ممارسة قد رأوا أن هذه المدة كافية في أن تتخلل مواد التحنيط في جسم المومياء، و تبعد عنه التعفن و التحلل بعد دفنه، و يتقبلون العزاء مرتين: مرة عند الوفاة و مرة ثانية بعد الدفن، و بقيت هذه العادة في مصر بعد اعتناق المسيحية الوثنية، و بين عوام الناس من أهل التقليد الأعمى بعد دخول الإسلام مصر ثم انتشرت إلى العالم الإسلامي.
و هكذا تهافت المسلمون إلى تبني هذه البدعة حتى ألبسوها “عمامة ” الإسلام.
09 صفر 1420 هـ
25 ماي 1999 مـ
أبو طارق البويحياوي الجزائري
http://www.merathdz.com/upload/aln3esa-1204328935.gif
http://www.merathdz.com/play.php?catsmktba=1540
(Dikutip dari buku Hartono Ahmad Jaiz dan
Hamzah Tede, Kuburan-Kuburan Keramat di Nusantara, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2011).
(nahimunkar.com) –
Komentarku ( Mahrus ali):
Seorang
wali atau nabi itu pasti di senangi kaum mukmin yang komitmen kepada ajarannya dan
dimusuhi oleh kalangan kafirin dan orang orang durja sebagaimana ayat :
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ
الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
Dan
seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang
yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. Al furqan
31
Allah
berfirman lagi:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ
الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari
jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Al an`am 112.
Bila
ada orang yang di senangi oleh kalangan konghucu, kristen, kafirin ,
liberal yang durja dan munafikin, maka
dia bukan wali Allah tapi wali setan menurut pemahaman saya
terhadap ayat tsb.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan