Ust Abu
Aqsith menyatakan sbb:
. Hadits Al-Baihaqy No.2657 (Khobbab bin Al-Aroth r.a)
أخبرنا
أبو عبد الله الحافظ، ثنا أبو بكر هو ابن إسحاق الفقيه أنبأ الحسن بن علي بن زياد
ثنا إبراهيم بن موسى، ثنا عيسى بن يونس عن زكريا بن أبي زائدة عن إبي إسحاق عن
سعيد بن وهب عن خباب بن الأرت قال : شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم شدة
الرمضاء في جباهنا وأكفنا فلم يشكنا
Dari khobbab bin Al-Aroth ia berkata: kami mengadu
kepada Rasulullah SAW tentang sangat panasnya dahi kami (saat sujud) dan juga
pergelangan kami namun Rasul SAW tidak menanggapi pengaduan kami.
(Dikeluarkan oleh: Imam Al-Baihaqy; Sunan Al-Kubro
Lil-Baihaqy. Juz 2 hal. 151 No.2658)
Komentarku
( Mahrus ali ) :
Terjemahannya
keliru.
Dia
menerjemahkan sbb:
Dari khobbab bin Al-Aroth ia berkata: kami mengadu
kepada Rasulullah SAW tentang sangat panasnya dahi kami (saat sujud) dan juga
pergelangan kami namun Rasul SAW tidak menanggapi pengaduan kami.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Terjemahan yg benar sbb:
Dari khobbab bin Al-Aroth ia berkata: kami mengadu
kepada Rasulullah SAW tentang pasir yg sangat panass ( karena terik matahari )
yg menyengat dahi –dahi kami (saat
sujud) dan tapak tangan kami. namun
Rasul SAW tidak menanggapi pengaduan kami.
Perbedaannya :
Dia menerjemahkan :
tentang sangat panasnya dahi kami (saat sujud) dan
juga pergelangan kami
Komentarku
( Mahrus ali ) :
Terjemahan
sy :
tentang pasir yg sangat panas ( karena terik matahari ) yg
menyengat dahi –dahi
kami (saat sujud) dan
tapak tangan – tapak tangan kami.
INti kesalahan Ust Aqsit , kalimat ramdha` yg artinya
pasir yg panas karena terik
matahari tdk diterjemahkan. Lalu
kalimat wa akuffina di
terjemahkan pergelangan kami . Mestinya terjemahannya adalah tapak tangan–
tapak tangan kami.
Ini berdasarkan sy lihat di syarah hadis :
شرح
السيوطي على مسلم (2/ 358)
شدَّة
الرمضاء وَهُوَ الرمل الَّذِي اشتدت حرارته بالشمس
الديباج
على مسلم (2/ 358)
شدة
الرمضاء وهو الرمل الذي اشتدت حرارته بالشمس
Arti syiddaturramdha``
adalah pasir yg sagat panas karena
terik sinar matahari.
Dia menuis lg
Riwayat ini “SYAD” karena hanya bermuara ke Zakaria
dari Abu Ishaq dari Sa’id bin Wahb dari Khobbab bin Al-Aroth r.a. Padahal dari
Abu Ishaq yang diriwayatkan oleh banyak rowi sebagai muridnya tidak ada
tambahan “pada dahi kami dan juga pergelangan kami”. Mereka murid-murid
abu Ishaq yang tsiqoh yaitu:
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Yg syadz itu bukan riwayatnya , tp
tambahannya .
Walaupun
demikian tdk merobah kontek dan
makna hadis.
Padahal dari Abu Ishaq yang diriwayatkan oleh banyak
rowi sebagai muridnya tidak ada tambahan “pada dahi kami dan juga
pergelangan kami”.
Komentarku
( Mahrus ali ) :
Mestinya
:
Padahal dari Abu Ishaq yang diriwayatkan oleh banyak
rowi sebagai muridnya tidak ada tambahan “pada dahi – dahi kami dan juga
tapak tangan – tapak tangan kami”.
Komentarku
( Mahrus ali ) :
Bila
tambahan “pada dahi – dahi kami dan juga
tapak tangan – tapak tangan kami”. Di tolak , makna hadis masih ttp sama
dan bisa di buat renungan bagi orang yg
menjalankan salat wajib di sajadah agar tobat dr pdnya.
Intinya para
sahabat itu mengadu pd Rasulullah shallallahu alaihi wasallam atas
panas pasir waktu salat zuhur , maunya mereka agar diberi solusi
boleh salat di sajadah atau tikar dll.
Tp Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
diam sj.
Mengapa
kondisi yg sangat panas ini masih
tdk diperkenankan makai tikar tp masih dibiarkan bgt sj para sahabat sujud di tanah yg panas.
Mengapa para sahabat masih ttp menjalankan salat tanpa
tikar sekalipun kondisinya amat anas?
Bersambung …………………..
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan