Sabtu, Mei 05, 2012

Ahli maksiat mudah tobat, ahli bid`ah sulit

3 November 2010 Aba Miza
Jawaban Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan:
Ahli bid’ah lebih keras siksanya, karena perbuatan bid’ah lebih besar dari pada sekedar maksiat. Bid’ah lebih disenangi oleh syaithan daripada maksiat karena pelaku maksiat mudah untuk bertaubat.
Sufyan Ats Tsauri berkata: “bid’ah lebih disenangi oleh iblis daripada maksiat karena pelaku maksiat akan bertaubat darinya sedangkan pelaku bid’ah tidak akan bertaubat darinya.” (Musnad Ibnu Ja’ad (1885) dan Majmu Fatawa (11/472))
Rasulullah shalallahu’alayhi wassalam bersabda:
“…..sesungguhnya Allah telah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah” (Ash Shahihah , 1620)
Adapun ahli bid’ah maka jarang sekali yang bertaubat karena ia menyangka berada diatas kebenaran berbeda dengan pelaku maksiat, ia mengetahui bahwa ia seorang yg bermaksiat. adapun ahli bid’ah mka ia meyakini sebagai seorang yg taat dan sedang melakukan ketaatan. Maka dari itu perbuatan bid’ah -wal’iyyadzubillah- lebih jelek dari maksiat. Oleh karenanya ulama salaf selalu memperingatkan (agar menjauh) dari bermajelis bersama ahli bid’ah, karena mereka akan mempengaruhi orang yang duduk bersamanya, sementara bahaya mereka sangat besar.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Jangan kamu duduk dengan pelaku bid’ah karena ia akan membuat sakit hatimu” (Al I’tisham 1/172, Al bida’ wan Nahyu ‘anha hal 54). Tidak diragukan, bahwa bid’ah itu lebih jelek dari maksiat dan bahaya yang ditimbulkan ahli bid’ah kepada manusia lebih besar daripada bahaya seorang pelaku maksiat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata tentang bahaya ahli bid’ah:
“…seandainya Allah tidak menjadikan adannya orang-orang yang mencegah bahaya mereka -yaitu ahli bid’ah- benar-benar agama ini akan rusak dan kerusakannnya akan lebih besar dari berkuasanya musuh yang memerangi. Karena musuh jika berkuasa tidak akan merusak hati dan agama kecuali hanya mengikut saja. Adapun ahli bid’ah, mereka akan merusak hati sejak pertama kalinya.” (Majmu’ Fatawa 28/232)
Ibnu Mas’ud mengatakan: “…sederhana dalam (melakukan) sunnah lebih baik daripada sungguh-sungguh dalam (berbuat) bid’ah” (Lihat Ilmu Ushulil Bida’ oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hal 55,-pen)
Diambil dari kitab Al Ajwibah Al Mufidah’an As’ilatil Manhaji Al Jadidah, hal 38-39 (pertanyaan no. 5)
Sumber Website: http://al-jasary.blogspot.com/2010/10/mana-yang-lebih-keras-siksanya-pelaku.html
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalil yang cocok untuk ahli bid`ah adalah sbb:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.( Fathir 8 )
Ahli bid`ah merasa kebid`ahannya itu baik bukan jelek, pada hal kebid`ahan adalah kesesatan sebagaimana hadis:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ *
Berhatilah  terhadap perkara baru. Sesungguhnya tiap perkara baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat. [1]
Ibnu Taimiyah berkata:

وَمَنْ قَالَ فِي بَعْضِ الْبِدَعِ إنَّهَا بِدْعَةٌ حَسَنَةٌ فَإِنَّمَا ذَلِكَ إذَا قَامَ دَلِيلٌ شَرْعِيٌّ أَنَّهَا مُسْتَحَبَّةٌ فَأَمَّا مَا لَيْسَ بِمُسْتَحَبِّ وَلَا وَاجِبٍ فَلَا يَقُولُ أَحَدٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إنَّهَا مِنْ الْحَسَنَاتِ الَّتِي يُتَقَرَّبُ بِهَا إلَى اللَّهِ . وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَى اللَّهِ بِمَا لَيْسَ مِنْ الْحَسَنَاتِ الْمَأْمُورِ بِهَا أَمْرَ إيجَابٍ وَلَا اسْتِحْبَابٍ فَهُوَ ضَالٌّ مُتَّبِعٌ لِلشَّيْطَانِ وَسَبِيلُهُ مِنْ سَبِيلِ الشَّيْطَانِ كَمَا { قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ


Barang siapa yang berkata  tentang sebagian bid`ah  - sebagai bid`ah hasanah adalah bila ada dalilnya  yang menyatakan  ia  disunahkan . Bila  tidak di sunahkan atau di wajibkan  maka tiada seorang pun  dari kaum muslimin  yang menyatakan  bahwa bid`ah  tersebut termasuk hasanat  yang bisa di buat  mendekat kepada Allah .
Barang siapa yang  mendekat kepada Allah  dengan perkara yang bukan kebaikan yang diperintahkan  dengan perintah wajib atau  sunat maka dia sesat yang mengikuti jalan setan  dan jalannya sama dengan jalan setan sebagaimana  di katakan oleh Abdullah bin Mas`ud ;
: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Rasulullah SAW membuat garis , lalu membuat beberapa garis di kanan kirinya , lalu bersabda: Ini jalan Allah  . Dan ini beberapa jalan . Di setiap jalan  ada setan yang memanggilnya, lalu membaca:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kamu akan berpisah dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.[2]
Syekh Muhammad Nasiruddin Al albani menyatakan:
وَتَخْصِيْصُ شَهْرِ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ بِقِرَاءَةِ قِصَّةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ فَكُلُّ هَذَا وَأَمْثَالُهُ بِدَعٌ وَمُنْكَرَاتٌ يَجِبُ نَبْذُهَا وَالنَّهْيُ عَنْهَا
Menghususkan bulan Rabi`ul awal dengan membaca kisah kelahiran Rasulullah SAW, seluruhnya dan sesamanya adalah bid`ah dan kemungkaran yang harus di buang dan harus di larang. [3]
3 November 2010 Aba Miza
Jawaban Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan:
Ahli bid’ah lebih keras siksanya, karena perbuatan bid’ah lebih besar dari pada sekedar maksiat. Bid’ah lebih disenangi oleh syaithan daripada maksiat karena pelaku maksiat mudah untuk bertaubat.
Sufyan Ats Tsauri berkata: “bid’ah lebih disenangi oleh iblis daripada maksiat karena pelaku maksiat akan bertaubat darinya sedangkan pelaku bid’ah tidak akan bertaubat darinya.” (Musnad Ibnu Ja’ad (1885) dan Majmu Fatawa (11/472))
Rasulullah shalallahu’alayhi wassalam bersabda:
“…..sesungguhnya Allah telah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah” (Ash Shahihah , 1620)
Adapun ahli bid’ah maka jarang sekali yang bertaubat karena ia menyangka berada diatas kebenaran berbeda dengan pelaku maksiat, ia mengetahui bahwa ia seorang yg bermaksiat. adapun ahli bid’ah mka ia meyakini sebagai seorang yg taat dan sedang melakukan ketaatan. Maka dari itu perbuatan bid’ah -wal’iyyadzubillah- lebih jelek dari maksiat. Oleh karenanya ulama salaf selalu memperingatkan (agar menjauh) dari bermajelis bersama ahli bid’ah, karena mereka akan mempengaruhi orang yang duduk bersamanya, sementara bahaya mereka sangat besar.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Jangan kamu duduk dengan pelaku bid’ah karena ia akan membuat sakit hatimu” (Al I’tisham 1/172, Al bida’ wan Nahyu ‘anha hal 54). Tidak diragukan, bahwa bid’ah itu lebih jelek dari maksiat dan bahaya yang ditimbulkan ahli bid’ah kepada manusia lebih besar daripada bahaya seorang pelaku maksiat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata tentang bahaya ahli bid’ah:
“…seandainya Allah tidak menjadikan adannya orang-orang yang mencegah bahaya mereka -yaitu ahli bid’ah- benar-benar agama ini akan rusak dan kerusakannnya akan lebih besar dari berkuasanya musuh yang memerangi. Karena musuh jika berkuasa tidak akan merusak hati dan agama kecuali hanya mengikut saja. Adapun ahli bid’ah, mereka akan merusak hati sejak pertama kalinya.” (Majmu’ Fatawa 28/232)
Ibnu Mas’ud mengatakan: “…sederhana dalam (melakukan) sunnah lebih baik daripada sungguh-sungguh dalam (berbuat) bid’ah” (Lihat Ilmu Ushulil Bida’ oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hal 55,-pen)
Diambil dari kitab Al Ajwibah Al Mufidah’an As’ilatil Manhaji Al Jadidah, hal 38-39 (pertanyaan no. 5)
Sumber Website: http://al-jasary.blogspot.com/2010/10/mana-yang-lebih-keras-siksanya-pelaku.html
Sumber: http://tobatmaksiat.wordpress.com/tag/kemaksiatan-kebidahan/
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalil yang cocok untuk ahli bid`ah adalah sbb:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.( Fathir 8 )
Ahli bid`ah merasa kebid`ahannya itu baik bukan jelek, pada hal kebid`ahan adalah kesesatan sebagaimana hadis:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ *
Berhatilah  terhadap perkara baru. Sesungguhnya tiap perkara baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat. [1]
Ibnu Taimiyah berkata:

وَمَنْ قَالَ فِي بَعْضِ الْبِدَعِ إنَّهَا بِدْعَةٌ حَسَنَةٌ فَإِنَّمَا ذَلِكَ إذَا قَامَ دَلِيلٌ شَرْعِيٌّ أَنَّهَا مُسْتَحَبَّةٌ فَأَمَّا مَا لَيْسَ بِمُسْتَحَبِّ وَلَا وَاجِبٍ فَلَا يَقُولُ أَحَدٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إنَّهَا مِنْ الْحَسَنَاتِ الَّتِي يُتَقَرَّبُ بِهَا إلَى اللَّهِ . وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَى اللَّهِ بِمَا لَيْسَ مِنْ الْحَسَنَاتِ الْمَأْمُورِ بِهَا أَمْرَ إيجَابٍ وَلَا اسْتِحْبَابٍ فَهُوَ ضَالٌّ مُتَّبِعٌ لِلشَّيْطَانِ وَسَبِيلُهُ مِنْ سَبِيلِ الشَّيْطَانِ كَمَا { قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ


Barang siapa yang berkata  tentang sebagian bid`ah  - sebagai bid`ah hasanah adalah bila ada dalilnya  yang menyatakan  ia  disunahkan . Bila  tidak di sunahkan atau di wajibkan  maka tiada seorang pun  dari kaum muslimin  yang menyatakan  bahwa bid`ah  tersebut termasuk hasanat  yang bisa di buat  mendekat kepada Allah .
Barang siapa yang  mendekat kepada Allah  dengan perkara yang bukan kebaikan yang diperintahkan  dengan perintah wajib atau  sunat maka dia sesat yang mengikuti jalan setan  dan jalannya sama dengan jalan setan sebagaimana  di katakan oleh Abdullah bin Mas`ud ;
: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Rasulullah SAW membuat garis , lalu membuat beberapa garis di kanan kirinya , lalu bersabda: Ini jalan Allah  . Dan ini beberapa jalan . Di setiap jalan  ada setan yang memanggilnya, lalu membaca:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kamu akan berpisah dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.[2]
Syekh Muhammad Nasiruddin Al albani menyatakan:
وَتَخْصِيْصُ شَهْرِ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ بِقِرَاءَةِ قِصَّةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ فَكُلُّ هَذَا وَأَمْثَالُهُ بِدَعٌ وَمُنْكَرَاتٌ يَجِبُ نَبْذُهَا وَالنَّهْيُ عَنْهَا
Menghususkan bulan Rabi`ul awal dengan membaca kisah kelahiran Rasulullah SAW, seluruhnya dan sesamanya adalah bid`ah dan kemungkaran yang harus di buang dan harus di larang. [3]
Bacalah lagi diblog ke dua www.mantankyainu2.blogspot.com

[1] HRAbu Dawud  / Assunnah /4607. Darimi /Muqaddimah /95
[2]    Al An`am  153 , Majmu` fatawa libni Taimiyah  30/1
[3] Ats tsamarul mustathob  577/1


[1] HRAbu Dawud  / Assunnah /4607. Darimi /Muqaddimah /95
[2]    Al An`am  153 , Majmu` fatawa libni Taimiyah  30/1
[3] Ats tsamarul mustathob  577/1
Artikel Terkait

10 komentar:

  1. usaha anda bagus utk membela islam, tetapi apakah dengan tema saling bid'ah - membid'ahkan ini akan effektif membawa islam berjaya dipanggung internasional??? bukankah ini suatu kemunduran kembali ke abad-abad silam..?? kapan kita maju memikirkan yg lebih effektif sementara "orang lain" sudah sampai ke bulan sedang kita masih meributkan perbedaan bahkan sampai saling sesat-menyesatkan?? dimana hati anda untuk bertanya sebelum menyalahkan sesama muslim : 'ridho kah Allah dengan cara yg saya tempuh ini?? adakah manfaatnya dan adakah mudharatnya?? lebih besar mana manfaat atau mudharatnya??'

    persatuan diutamakan ketimbang mengangkat-angkat perbedaan..karena dengan perbedaan itu timbul perpecahan...dengan perpecahan maka umat akan lemah, dan itu tujuan utama iblis laknatullah..maka jangan sampai terjebak!!

    selayaknya mempunyai prinsip : apabila diantara sesama intern umat islam jangan ada istilah benar - salah, tetapi baik dan lebih baik.. karena istilah benar - salah hanya untuk kita perdebatkan dengan mereka yang non muslim.

    BalasHapus
  2. KENAPA ustadz komen2nya dibatasi?

    BalasHapus
  3. Untuk byour
    Saya hanya menerima komentar yang ilmiyah, rasional bukan kebodohan dan emosional.

    BalasHapus
  4. Saya bingung knp bid'ah sampe ada dan mulus tersebar di kalangan masyarakat luas?

    BalasHapus
  5. anda anti kritik, meskipun kritik itu sebenarnya membangun dan tidak emosional..sungguh bertolak belakang dan tidak mengikut sunnah sahabat umar bin khattab ketika beliau justru menanggapi dengan rendah hati rakyatnya yang mengacungkan pedangnya untuk 'meluruskan' umar apabila umar salah..

    apabila komen ini tidak juga dimuat, saya minta anda berani mempertanggungjwabkan di depan Allah SWT nanti tuduhan anda bahwa saya tidak ilmiah, emosional dan bodoh.

    BalasHapus
  6. Untuk byour
    Lucu sekali, kamu kalau nulis. Bila tulisanmu ilmiyah, tak mungkin saya katakan bodoh. Berilah komentar yang layak untuk di baca, jangan emosi gitu.

    BalasHapus
  7. buat apa bisa k bulan klo moral bejad apalagi aqidah g usah d tnya . Merusak prsatuan ? Dlu nabi jg d tduh bgtu . Bngsa qures saling bunuh karna islam / kbnaran d sampekan . Maju trs ustadz .

    BalasHapus
  8. Al Ilmu Qobla Qouli wal Amal, ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan...
    Ingat salah satu hadits, "Man rokiba an sunnati fa laisa minni, barangsiapa tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan golonganku", itu asbabul wurudnya kan para sahabat yang iri dengan semangat ibadah Rosululloh jadi ingin "menambah porsi ibadah" mereka, namun mereka malah ditegur Rosululloh karena tidak dicontohkan oleh Rosululloh....

    BalasHapus
  9. menarik juga niii kajian tokoh yang satu ini!

    http://www.youtube.com/watch?v=i1052Pd2-B4
    Cak Nun - Lucu - Pagelaran Budaya Islam
    www.youtube.com

    BalasHapus
  10. kita sesama muslim mari kembali kepada al qur'an dan as sunnah shohihah seperti para salafusholih, amin

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan