Idrus Ramli menyatakan lagi:
Para
ulama Ahlusunnah wal Jamaah berpandangan bahwa hadits ”semua bid’ah itu sesat”
adalah kata-kata umum yang harus
dibatasi jangkauannya (’am makhshush). Dalam hal ini, al Imam Nawawi menyatakan:
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَكُلّ
بِدْعَة ضَلَالَة )
هَذَا عَامّ مَخْصُوص ، وَالْمُرَاد غَالِب الْبِدَع
Sabda
Nabi, ”Semua bid’ah adalah sesat,” ini adalah kata-kata umum yang dibatasi
jangkauannya. Maksud ”semua bid’ah itu sesat” adalah sebagian besar bid’ah itu
sesat, bukan seluruhnya.” (Syarh Shahih Muslim 6/154).
Komentar (Mahrus Ali):
Anda mengatakan bahwa para ulama
ahlu sunnah wal jamaah .... Sebaiknya anda menyebutkan siapa saja mereka,
jangan seolah-olah ini dikatakan oleh banyak ulama padahal masih perlu diuji
dulu kebenarannya.
Setahu saya, kebanyakan ulama ahlis
sunnah tidak memberikan komentar seperti
itu.
Apabila anda tidak menjumpai referensinya, maka lebih baik
diam saja, dan katakan dengan jujur bahwa Imam Nawawi berkata demikian.
Imam Nawawi menyatakan seperti itu
tanpa dalil. Kalimat setiap bid’ah itu
sesat adalah umum. Apabila ada yang dikecualikan, maka harus dijelaskan dengan
dalil bukan pendapat pribadi Imam Nawawi. Pengertian hadits atau ayat yang umum
tidak bisa dikecualikan dengan kesepakatan ulama, apalagi pendapat perorangan.
Pendapat Imam Nawawi itu bisa saja salah total, atau bisa juga benar, tetapi
berhubung tanpa dalil, maka sudah tentu keliru.
Dan di kitab – kitab syarah
hadis, hanya imam Nawawi yang mengatakan seperti itu. Ulama
yang lain tidak berani memberikan komentar seperti
itu , mereka memilih diam dan sudah mantap dengan perkataan dalam hadis
setiap bid`ah sesat.
Bagaimana bila komentar Imam Nawawi benar – benar salah
dan seluruh bidah sesat dan seluruh tuntunan adalah kebenaran. Perkataan Imam
Nawawi itu mengarah kepada adanya bid`ah
hasanah. Aneh bid`ah adalah dholalah, lalu di katakan ada dholalah hasanah dan ada
dholalah sayyiah. Sudah tentu
akan ada tuntunan yang hasanah dan tuntunan yang sayyiah ( jelek ). Ini bukan
pemikiran yang lurus tapi bengkong sekali. Sangat emosional, bukan rasional, fanatisme golongan bukan Islam yang kaffah.
Kami hanya bisa berkata:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah, “Tunjukkanlah
bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.”[1]
وَلاَ تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan, janganlah kamu mengikuti
apa-apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan di dalamnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al Isra: 36).
Perkataan Imam Nawawi sudah ditentang oleh Imam Syaukani:
Bila kamu mendapati orang yang
mengatakan ini adalah bid’ah hasanah,
hendaklah kamu melarangnya dengan berpegangan kepada dalil umum, dan
semisalnya, seperti yang Rasulullah sabdakan, ”Setiap bid’ah sesat.” Kemudian,
mintalah dalil yang men-tahsis atau
mengecualikan bid’ah yang
diperdebatkan tersebut. Setelah disepakati itu adalah bid’ah, dan hadir dengan
dalil-dalilnya, maka terimalah. Jika dia mengelak, itu berarti kamu telah
menutup mulutnya dengan batu dan kamu bisa beristirahat dari perdebatan. (Nailul Authar 13/3)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sebetulnya hadis di bawah ini sudah cukup untuk menolak
bid`ah hasanah :
"مَنْ
أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" رَوَاهُ
الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ،
Barang siapa yang bikin perkara baru
dalam urusan kami ini yang tidak termasuk di dalamnya maka tertolak . HR
Bukhari dan Muslim .
Bid`ah hasanah itu tertolak menurut
Allah dan diterima oleh manusia – manusia
yang suka kebid`ahan dan anti
tegaknya sunnah. Orang yang komitmen kepada sunnah akan geas dengan kebid`ahan.
Ada
orang bilang : Tingkepan bid`ah hasanah, maulidan bid`ah hasanah, Rebowekasan
bid`ah hasanah, Megengan bid`ah hasanah, haul bid`ah hasanah, tahlilan bid`ah
hasanah, seratus hari bid`ah hasanah .
Katakan padanya : Tunjukkan padaku
mana bid`ah sayyi`ahnya ? ( atau mana
bid`ah yang jeleknya ? ).
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan