Hadits: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini (sholat Tarawih berjama’ah)” adalah dari hadis Muhammad Al-Zuhri secara sendirian, tiada perawi lain yang meriwayatkannya. Jadi ini boleh dikatakan tafarrud.
وَعَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ
أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ
أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي
الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي
أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ
ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ
مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ
عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ
مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ
يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az-Zubair
dari Abdur Rahman bin Abd Qari, dia berkata: Aku keluar bersama ‘Umar bin
Al-Khatthab RA pada suatu malam di bulan Ramadhan ke masjid. Tahu-tahu
orang-orang sudah berkelompok-kelompok. Seorang lelaki melakukan sholat
sendirian. Ada
seorang lelaki yang menjadi imam dengan suatu kelompok. Akhirnya Umar bin
Al-Khatthab berkata: “Bagaimanakah kalau aku mengumpulkan mereka dengan satu
imam saja, akan lebih baik”. ‘Umar bin Al-Khattab sengaja berbuat seperti itu
lalu mengangkat Ubay bin Ka’ab menjadi imam. Lantas aku keluar di malam lain,
sedangkan orang-orang sedang melakukan sholat berjama’ah bersama satu imam.
‘Umar bin Al-Khattab berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini (Sholat Tarawih berjama’ah). Dan sholat di akhir malam lebih
baik daripada tarawih berjamaah ini. Orang-orang sama melakukan tarawih”.(Hadits riwayat Bukhari nomor 2010 & riwayat Malik nomor 252).
Sebetulnya saya sendiri tidak menjumpai ulama’ yang melemahkan hadits tersebut, bahkan sulit dicari argumentasi yang melemahkannya. Namun Ibnu Hajar sendiri menyatakan bahwa paling shahih adalah riwayat Imam malik bukan Bukhari dalam hal itu.
Komentarku (Mahrus ali ):
Baik Imam Malik atau Bukhari tetap lewat jalur satu orang yaitu Al-Zuhri. Lihatlah sanad Imam Malik dalam al-Muwattho’ sebagai berikut:
حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ
الزُّبَيْرِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ
Bercerita kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az-Zubair dari Abdur Rahman bin Abd Qari.Jadi meskipun riwayat Imam Malik, atau lainnya di kitab manapun dan kapanpun anda temui hadist tersebut, hakikatnya dari seorang mudallis yaitu Ibnu Syihab Al-Zuhri.
Padahal dia tabi’in yang meriwayatkan hadits dari gurunya yakni ‘Urwah bin Az-Zubair yang punya murid 64 orang. (Lihat Mausuah Ruwatil Hadits nomor 4561).
Namun hanya Ibnu Syihab Al-Zuhri yang suka menyelinapkan perawi (periwayat hadits) lemah (dho’if) yang menjelaskan dan meriwayahkan hadits tentang “sebaik-baik bid’ah adalah ini (sholat Tarawih berjama’ah)”. Seolah-olah ada bid’ah yang baik, bukan semuanya sesat. Padahal , kalau kita katakan bahwa ada pula bid’ah yang baik (bid’ah hasanah), maka itu akan bertentangan dengan banyak hadits shahih, bukan lemah atau hasan. Jadi ini keganjilan yang nyata, bukan masalah biasa yang samar.
Begitu juga Abdur Rahman Al-Qari, perawi hadits tersebut, wafat pada tahun 88 Hijriyah. Usianya 78 tahun. (Lihat Mausuah Ruwatil Hadits nomor 3938). Ini berarti Abdur Rahman al-Qari lahir pada tahun sepuluh hijriyah.
Lantas ‘Umar bin Khattah wafat pada tahun 23 Hijriah. (Lihat Mausuah Ruwatil Hadits nomor 4888). Berarti ketika ‘Umar wafat, Abdur Rahman bin Abdul Qari ini berumur 13 tahun. Lalu ketika dia diajak ‘Umar pergi ke masjid untuk melihat shahabat menjalankan sholat malam sendirian, berapakah usianya, tidak ada keterangan, pokoknya masih kecil sekali. Inilah yang membikin ganjil dalam benak saya.
Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah, Imam Darimi, Imam Abu Dawud dari kalangan penyusun Kutubut Tis’ah tidak meriwayatkannya.
Murid ‘Urwah bin Zubair, guru Ibnu Syihab Az-Zuhri perawi hadis: “Sebaik – baik bid’ah ini (sholat Tarawih berjama’ah)”. sebagai berikut:
بَكْرُ بْنُ سَوَادَةَ الْجُذَامِىُّ
تَمِيْمُ بِنْ سَلَمَةَ السُّلَمِىُّ ( خْتَ مَ سَ قَ)
جَعْفَر بْنُ مُحَمَّدٍ بْنِ عَلِى بْنِ الْحُسَيْنِ
جَعْفَرُ بْنُ مُصْعَبٍ ( قَدْ)
حَبِيْبُ بْنُ أَبِىْ ثَابِتٍ ( تَ قَ) ( وَ قِيْلَ : لَمْ يَسْمَعْ مِنْهُ)
حَبِيْبُ مَوْلَى عُرْوَةَ بْنُ الْزُّبَيْرِ ( مْ)
Bakar bin Sawadah Judzaamiتَمِيْمُ بِنْ سَلَمَةَ السُّلَمِىُّ ( خْتَ مَ سَ قَ)
جَعْفَر بْنُ مُحَمَّدٍ بْنِ عَلِى بْنِ الْحُسَيْنِ
جَعْفَرُ بْنُ مُصْعَبٍ ( قَدْ)
حَبِيْبُ بْنُ أَبِىْ ثَابِتٍ ( تَ قَ) ( وَ قِيْلَ : لَمْ يَسْمَعْ مِنْهُ)
حَبِيْبُ مَوْلَى عُرْوَةَ بْنُ الْزُّبَيْرِ ( مْ)
Tamim bin Salamah Assulami
Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Al Husein
Ja’far bin Mus’ab
Habib bin Abi Tsabit (dan dikatakan: tidak pernah mendengar dari dia)
Habib maula Urwah bin al-Zubayr.
خَالِدُ بْنُ أَبِىْ عِمْرَانَ ( قَاضِى أَفْرِيْقِيَةَ) ( سَ)
دَاوُدُ بْنُ مُدْرِكٍ ( قَ)
الْزِّبْرِقَانُ بْنُ عَمْرِوٍ بْنِ أُمَيَّةَ الْضَّمْرِىِّ ( دَ سَ)
زُمَيْلُ بْنُ عَبَّاسٍ مَوْلَى عُرْوَةَ بْنِ الْزُّبَيْرِ ( دَ سَ)
Khalid bin Abi Imran (hakim Afrika) (o)دَاوُدُ بْنُ مُدْرِكٍ ( قَ)
الْزِّبْرِقَانُ بْنُ عَمْرِوٍ بْنِ أُمَيَّةَ الْضَّمْرِىِّ ( دَ سَ)
زُمَيْلُ بْنُ عَبَّاسٍ مَوْلَى عُرْوَةَ بْنِ الْزُّبَيْرِ ( دَ سَ)
Dawud Bin – Mudrik (s)
Zubriqan bin Amr bin Umayyah al-Dhamri (d o)
Zumail Ibnu Abbas (budak yang dimerdekakan Urwah bin Al-Zubair).
سَعْدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ عَبْدِ الْرَّحْمَنِ بْنِ
عَوْفٍ ( خَ مَ دَ سَ قَ)
سَعِيْدُ بْنُ خَالِدٍ بْنِ عَمْرِوٍ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ ( مْ)
سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ عُوَيْمِرٍ الْأَسْلَمِىِّ ( مُدَّ)
سُلَيْمَانُ بْنُ يَسَارٍ ( دٍ تَ سِ) ( وَ هُوَ مِنْ أَقْرَانِهِ)
Saad bin Ibrahim bin Abdul Rahman bin Aufسَعِيْدُ بْنُ خَالِدٍ بْنِ عَمْرِوٍ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ ( مْ)
سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ عُوَيْمِرٍ الْأَسْلَمِىِّ ( مُدَّ)
سُلَيْمَانُ بْنُ يَسَارٍ ( دٍ تَ سِ) ( وَ هُوَ مِنْ أَقْرَانِهِ)
Said bin Khalid bin ‘Amr bin ‘Utsman bin Affan
Suleiman bin Abdullah bin Uwaimmir aslami
Sulaiman bin Yasar (dan dia merupakan salah satu rekan-rekannya).
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan