Sejak sepuluh tahun lalu saya dan
jamaah saya tidak pernah melakukan
shalat jamaah di malam hari kecuali dalam keadaan gelap. Tidak pernah
menghidupkan lampu ketika berjamah. Setahu saya, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan sahabatnya berjamaah dimasjidnya tanpa lampu. Masjid beliau
dibiarkan gelap.Para sahabat juga tidak ada yang membawa lampu ke masjid
agar masjidnya terang benderang, tidak gelap gulita. Dan tiada yang usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk memberi penerangan kpd masjid sebagaimana mereka menerangi
rumahnya.
Setahu saya dimasa khulafaur Rasyidin , masjid Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tetap gelap tanpa lampu. Dan saya tidak tahu refrensinya yang valid saat khulafa ur Rasyidin masjid beliau dalam keadaan
terang benderang. Bila ada, maka
saya akan berpegangan kepadanya. Dan tidak akan saya lepaskan landasan
itu. Dan rugilah orang yang dikasih
keterangan yang benar, lalu menyalahkan tanpa dalil atau malah emosi. Saya ingat firmanNya:
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُنَا بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي
وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا الْمُنْكَرَ يَكَادُونَ يَسْطُونَ بِالَّذِينَ
يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ ءَايَاتِنَا قُلْ أَفَأُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكُمُ
النَّارُ وَعَدَهَا اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Dan apabila dibacakan di
hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda
keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang
orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah:
"Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu
neraka?". Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan
neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.[1]
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memerintah untuk memberikan
penerangan masjid, juga tidak melarangnya. Tapi dalam kondisi tiada larangan
dan tiada perintah, saya tidak mengatakan ber arti bebas boleh pilih antara
pakai lampu atau gelap gulita. Dalam keadaan
seperti ini, saya tetap ittiba`
saja bukan menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ya`ni masjid
saya tidak memakai lampu ketika
berjamaah di waktu malam. Bila mengenakan lampu,maka saya menyelisihi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, khulafaur Rasyidin dan sahabat yang lain.
Saya ikut ayat ini:
وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَن يُصِيبَكُم
مِّثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ ۚ وَمَا
قَوْمُ لُوطٍ مِّنكُم بِبَعِيدٍ
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku
(dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti
yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak
(pula) jauh (tempatnya) dari kamu. 89
Hud
Kadang kalimat
Syiqaqi itu di artikan
menyelisihi
أيسر التفاسير للجزائري - (ج 2 / ص 186)
{ لا يجرمنكم شقاقي } : أي
لا تكسبنكم مخالفتي أن يحل بكم من العذاب ما حل يقوم نوح والأقوام من بعدهم
Jangan sampai anda menyelisihi aku membikin anda
kalian tertima azab yang pernah di
alami oleh kaum Nuh dan kaum – kaum
setelahnya. Aisarut tafasir 186/2
Mengapa setelah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, tiada satupun sahabat yang berani memberikan lampu
kepada masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Biasanya orang suka kondisi terang benderang. Dan
itulah watak asli manusia bukan yang palsu .
Pada hal lampu sudah ada sudah ada. Artinya para sahabat
juga mengenakan lampu. Lihat
hadis sbb:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمِّرُوا الْآنِيَةَ
وَأَوْكِئُوا الْأَسْقِيَةَ وَأَجِيفُوا الْأَبْوَابَ وَأَطْفِئُوا
الْمَصَابِيحَ فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا جَرَّتْ الْفَتِيلَةَ
فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ الْبَيْتِ
Tutuplah bejana-bejana kalian, tempat-tempat air kalian,
dan pintu-pintu kalian serta padamkan lampu-lampu kalian, karena bisa jadi
tikus menyeret sumbu lampu, lalu membakar penghuni rumah.HR Tirmidzi yg berkata: Ia hasan sahih.
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ كَثِيرٍ عَنْ
عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا رَفَعَهُ
قَالَ خَمِّرُوا الْآنِيَةَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَأَجِيفُوا الْأَبْوَابَ
وَاكْفِتُوا صِبْيَانَكُمْ عِنْدَ الْعِشَاءِ فَإِنَّ لِلْجِنِّ
انْتِشَارًا وَخَطْفَةً وَأَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ عِنْدَ الرُّقَادِ
فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا اجْتَرَّتْ الْفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ
أَهْلَ الْبَيْتِ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ وَحَبِيبٌ عَنْ عَطَاءٍ
فَإِنَّ لِلشَّيَاطِينِ
Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita
kepada kami Hammad bin Zaid dari Katsir dari ‘Atha’ dari Jabir bin ‘Abdullah
radliallahu ‘anhuma yang memarfu’kannya, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam) bersabda: “Tutuplah bejana (perabot menyimpan makanan), ikatlah tutup
kendi (perabot menyimpan minuman), tutup pintu-pintu rumah dan jagalah
anak-anak kecil kalian pada waktu ‘isya’ karena saat itu adalah waktu bagi jin
untuk berkeliaran dan menculik, dan padamkanlah lampu-lampu ketika kalian
tidur, karena binatang-binatang berbahaya bila datang dapat menarik sumbu lampu
sehingga dapat berakibat kebakaran yang menyebabkan terbunuhnya para penghuni
rumah”. Ibnu Juraij dan Habib berkata dari ‘Atha'; “(saat itu adalah waktu)
bagi setan-setan”. (Bukhari). Ada hads sbb:
في المسجد تميم
الداري
المعجم الكبير
للطبراني (2/ 49)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا أَبُو كُرَيْبٍ، ثنا مُعَاوِيَةُ بْنُ
هِشَامٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ إِيَاسٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ تَعَالَى عَنْهُ، قَالَ: «أَوَّلُ مَنْ أَسْرَجَ فِي
الْمَسْجِدِ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ»
……….., dari Abu Hurairah
ra berkata: Permulaan orang yang
memberikan lampu ke masjid adalah Tamim
ad dari .
مجمع الزوائد ومنبع
الفوائد (9/ 385)
ص.654
16068- وعن أبي هريرة قال: أول من أسرج في المسجد تميم الداري.
%رواه الطبراني وفيه خالد بن إلياس وهو متروك.
……., dalam kitab Majmauz zawa id wa manba`ul fawaid 385/9 hal 654
terdapat keterangan : Hadis
tsb riwayat Thabrani , tapi sanadnya
terdapat Khalid bin Ilyas yang matruk ( ditinggalkan oleh ulama ) .
Komentarku
( Mahrus ali ):
Hadis tersebut
sangat lemah.
Nama Khalid bin Ilyas sbb:
ــ خالد بن إلياس ، و يقال : إياس ، ابن صخر بن
أبى الجهم : عبيد بن حذيفة بن غانم بن عامر القرشى العدوى ، أبو الهيثم المدنى
الطبقة : 7 : من كبار أتباع التابعين
Beliau tingkat ke 7
dari senior kibar pengikut tabiin
مرتبته عند ابن حجر :
متروك الحديث
مرتبته عند الذهبـي :
ضعفوه
·
Menurut
Ibn Hajar , hadis riwayat Khalid bin
Ilyas di tinggalkan.
·
Menurut Dzahabi : Para ulama melemahkannya . [2]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan