Kamis, Juni 11, 2015

Sejak sepuluh tahun lalu, saya berjamaah di masjid yang gelap . Serial ke 1



Sejak sepuluh tahun lalu saya dan jamaah saya tidak pernah melakukan  shalat jamaah di malam hari kecuali dalam keadaan gelap. Tidak pernah menghidupkan lampu ketika berjamah. Setahu saya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya berjamaah dimasjidnya tanpa lampu. Masjid beliau dibiarkan gelap.Para  sahabat  juga tidak ada yang membawa lampu ke masjid agar masjidnya terang benderang, tidak gelap gulita. Dan tiada yang  usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk memberi penerangan kpd masjid sebagaimana mereka menerangi rumahnya.
  Setahu saya dimasa khulafaur Rasyidin , masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetap gelap tanpa lampu. Dan saya  tidak tahu refrensinya yang  valid saat khulafa ur Rasyidin masjid beliau  dalam keadaan  terang benderang. Bila ada, maka  saya akan berpegangan kepadanya. Dan tidak akan saya lepaskan landasan itu. Dan rugilah orang yang  dikasih keterangan yang benar, lalu menyalahkan tanpa dalil atau malah emosi.  Saya ingat firmanNya:

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُنَا بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا الْمُنْكَرَ يَكَادُونَ يَسْطُونَ بِالَّذِينَ يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ ءَايَاتِنَا قُلْ أَفَأُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكُمُ النَّارُ وَعَدَهَا اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?". Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.[1]

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memerintah untuk memberikan penerangan masjid, juga tidak melarangnya. Tapi dalam kondisi tiada larangan dan tiada perintah, saya tidak mengatakan ber arti bebas boleh pilih antara pakai lampu atau gelap gulita. Dalam keadaan  seperti ini, saya  tetap ittiba` saja bukan menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ya`ni masjid saya  tidak memakai lampu ketika berjamaah di waktu malam. Bila mengenakan lampu,maka saya menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, khulafaur Rasyidin dan sahabat yang lain.
Saya ikut ayat ini:
وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَن يُصِيبَكُم مِّثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ ۚ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِّنكُم بِبَعِيدٍ
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.  89 Hud
Kadang kalimat  Syiqaqi  itu di artikan menyelisihi
أيسر التفاسير للجزائري - (ج 2 / ص 186)
{ لا يجرمنكم شقاقي } : أي لا تكسبنكم مخالفتي أن يحل بكم من العذاب ما حل يقوم نوح والأقوام من بعدهم
Jangan sampai anda menyelisihi aku membikin anda kalian  tertima azab yang pernah di alami  oleh kaum Nuh dan kaum – kaum setelahnya.  Aisarut tafasir 186/2

 Mengapa setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, tiada  satupun sahabat yang berani memberikan lampu kepada masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Biasanya  orang suka kondisi terang benderang. Dan itulah watak asli manusia bukan yang palsu .  Pada hal lampu sudah ada sudah ada. Artinya  para sahabat  juga mengenakan lampu.  Lihat hadis sbb:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمِّرُوا الْآنِيَةَ وَأَوْكِئُوا الْأَسْقِيَةَ وَأَجِيفُوا الْأَبْوَابَ وَأَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا جَرَّتْ الْفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ الْبَيْتِ
Tutuplah bejana-bejana kalian, tempat-tempat air kalian, dan pintu-pintu kalian serta padamkan lampu-lampu kalian, karena bisa jadi tikus menyeret sumbu lampu, lalu membakar penghuni rumah.HR Tirmidzi  yg berkata: Ia hasan sahih.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ كَثِيرٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا رَفَعَهُ قَالَ خَمِّرُوا الْآنِيَةَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَأَجِيفُوا الْأَبْوَابَ وَاكْفِتُوا صِبْيَانَكُمْ عِنْدَ الْعِشَاءِ فَإِنَّ لِلْجِنِّ انْتِشَارًا وَخَطْفَةً وَأَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ عِنْدَ الرُّقَادِ فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا اجْتَرَّتْ الْفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ الْبَيْتِ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ وَحَبِيبٌ عَنْ عَطَاءٍ فَإِنَّ لِلشَّيَاطِينِ
Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Hammad bin Zaid dari Katsir dari ‘Atha’ dari Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhuma yang memarfu’kannya, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: “Tutuplah bejana (perabot menyimpan makanan), ikatlah tutup kendi (perabot menyimpan minuman), tutup pintu-pintu rumah dan jagalah anak-anak kecil kalian pada waktu ‘isya’ karena saat itu adalah waktu bagi jin untuk berkeliaran dan menculik, dan padamkanlah lampu-lampu ketika kalian tidur, karena binatang-binatang berbahaya bila datang dapat menarik sumbu lampu sehingga dapat berakibat kebakaran yang menyebabkan terbunuhnya para penghuni rumah”. Ibnu Juraij dan Habib berkata dari ‘Atha'; “(saat itu adalah waktu) bagi setan-setan”. (Bukhari).
Ada hads sbb:


في المسجد تميم الداري
المعجم الكبير للطبراني (2/ 49)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا أَبُو كُرَيْبٍ، ثنا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ إِيَاسٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ تَعَالَى عَنْهُ، قَالَ: «أَوَّلُ مَنْ أَسْرَجَ فِي الْمَسْجِدِ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ»

………..,  dari Abu Hurairah ra  berkata: Permulaan orang yang memberikan lampu ke masjid adalah Tamim  ad dari .
مجمع الزوائد ومنبع الفوائد (9/ 385)
ص.654
16068- وعن أبي هريرة قال: أول من أسرج في المسجد تميم الداري.
%رواه الطبراني وفيه خالد بن إلياس وهو متروك.
…….,   dalam kitab Majmauz zawa id  wa manba`ul fawaid 385/9   hal 654  terdapat keterangan :  Hadis tsb  riwayat Thabrani , tapi sanadnya terdapat Khalid bin Ilyas yang matruk ( ditinggalkan oleh ulama ) .
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis  tersebut  sangat lemah.
Nama  Khalid bin Ilyas sbb:


  ــ  خالد بن إلياس ، و يقال : إياس ، ابن صخر بن أبى الجهم : عبيد بن حذيفة بن غانم بن عامر القرشى العدوى ، أبو الهيثم المدنى
الطبقة : 7  : من كبار أتباع التابعين


Beliau  tingkat ke 7  dari senior kibar pengikut tabiin  

مرتبته عند ابن حجر : متروك الحديث
مرتبته عند الذهبـي : ضعفوه
·       Menurut Ibn Hajar , hadis riwayat Khalid bin  Ilyas  di tinggalkan.
·       Menurut  Dzahabi : Para  ulama melemahkannya . [2]

Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50
 




[1] Al Haj 72
[2]  Mau suah ruwatil hadis  1617.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan