Budi
Robi Din
menulis :yai
hidayat/ yai munir pun sulit melawan beliau smua bungkam...
Munir
El Sasaki
menulis sbb: Krn
tdk semua prtanyaan atau pernyataan itu harus ditanggapi, lebih - lebih jika yg
dimunculkan adalah masalah - masalah yg dikelola hanya dari hawa pribadi.
Dan ini tdk ngaruh dalam khalayak..
Dan ini tdk ngaruh dalam khalayak..
Komentarku
( Mahrus ali ):
Sy tidak
mengerti mengarah kemana pernyataan Yai Munir el sasaki ini, mungkin kepada masalah shalat berjamaah
tanpa lampu, mungkin tidak.
Bila ke
arah lain, sy enjoi sj.
Tapi bila
mengarah kepada masalah shalat tanpa lampu di anggap dari hawa nafsu pribadi,
maka ini harus di tanggapi tidak boleh dibiarkan
menyesatkan orang banyak. Harus di stop,
lalu di terangkan bahwa shalat berjamaah
tanpa lampu di masjid adalah tuntunan shalat
berjamaah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama sahabatnya selama hidupnya. Bukan tontonan shalat jamaah orang
sekarang yang menyelisihi tuntunan aslinya.
Ia sama dengan tuntunan palsu
yang di ajarkan dikalangan masarakat ahli bid ah atau sunnah.
Masalah shalat
jamaah tanpa lampu itu bukan bersumber dari hawa nafsu tapi dari tata cara Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam selama hidupnya bersama bersama sahabat. Tiada satupun sahabat yang menjalankan shalat jamaah di
masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggunakan lampu.
Masarakat sekarang tiap hari berjamaah dengan lampu
yang terang benderang melebihi lampu rumah biasa.
Kalau
dikatakan masalah shalat jamaah tanpa
lampu dari hawa nafsu pribadi, maka ini sangat keliru bukan agak benar. Lalu
bisa di simpulkan bahwa shalat berjamaah dengan makai lampu yg terang adalah bukan dari hawa nafsu, tapi dari wahyu
atau tuntunan.
Setelah
itu bisa di tanya, mana tuntunannya dan mana wahyunya?. Jangan bikin kebohongan
publik yang ingin mencari kejujuran lalu di suguhi kedustaan. Ingatlah ayat :
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang
benar".[1]
Bila kita
tidak bisa menunjukkan dalil, maka kita ber arti dusta dalam agama , bukan
dusta dalam masalah dunia. Dan ini
sangat membahayakan diri dan orang banyak. Allah berfirman:
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا
جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari
pada orang-orang yang berbuat kedustaan terhadap Allah atau mendustakan
kebenaran tatkala datang kepadanya? Bukankah dalam neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? Ankabut
68
Jujurlah dalam menyampaikan agama,
jangan berdusta. Kasihan umat dan jangan biarkan umat ini dalam kesesatan sblm mereka meninggal dunia. Ingatlah firmanNYa:
فَاجْتَنِبُوا
الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
maka
jauhilah olehmu berhala-berhala yang kotor itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta. Al haj 30
Shalat berjamaah tanpa lampu adalah tuntunan salat yang
terpendam yg harus di tampakkan, bukan wajib dikubur lagi setelah di tampakkan.
Shalat berjamaah dengan lampu menyalahi tuntunan yg asli sama dengan tuntunan
yg palsu.
Bila
di katakan bersumber dari hawa nafsu, maka sy kasihan kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya yang merintis jamaah tanpa lampu
ini bersumber dari hawa nafsu.
Bila orang berkata: Apakah ada
larangan pakai lampu.
Sy katakan: Menghidupkan lampu atau
mematikannya tiada perintah dan tidak
ada pula larangannya.
Dalam keadaan sedemikian ini, jangan
dikatakan: Kalau gitu kita bebas pilih. Boleh pakai lampu boleh gelap.
Saya katakan : Dalam kondisi spt
ini, pilihlah yang sesuai dengan tuntunan
dan jangan pilih yang menyelisihinya. Hal itu untuk menghurmati ayat ini dan tidak
meremehkannya:
قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(31)
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Budi
Robi Din
menulis ust
roy panggil pa
dosen haryo...
Komentarku
( Mahrus ali ): Bagus sekali untuk bermusawarah bukan untuk menang kalah. Yg
penting bagi kita bisa mengkoreksi kesalahan kita sbl mati bukan sesudahnya.
Kita bisa
tahu kebenaran sblm mati. Dan tiada gunanya di nasehati tentang kebenaran
stlh mati.
Muhammad
Iqbal Sj
menulis :saya yakin
ust @abdul hakim pun akan terdiam oleh beliau
Komentarku
( Mahrus ali ):
Yg penting kita ini senang sekali
bila banyak kalangan orang alim yang ikut urun rembuk untuk keselamatan umat
ini di akhirat nanti dengan memberikan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam yang asli . Kita harapkan jangan sampai mereka menderita dan menyesal
disana karena nolak tuntunan dan
menerima kebid`ahan didunia. Kita ingat ayat:
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ(2)إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat al
ashr
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan