REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM--Tokoh anti-Islam Belanda, Geert Wilders, punya cara lain untuk memantapkan usahanya guna menekan komunitas muslim dan imigran. Kali ini, ia tengah mengajukan pemotongan anggaran bagi para imigran.
"Ini merupakan ancaman. Dalam 10 tahun terakhir, iklim telah benar-benar berubah untuk imigran dan orang-orang yang berbeda keyakinan." kata Direktur Kelompok Lobi imigran Turki (IOT), Ahmet Azdural seperti dikutip dari onislam.net, Ahad (25/3).
Anggota koalisi pemerintah, Partai Liberal Rutte, tidak tahan lagi dengan ulah Wilders dan memutuskan untuk mundur. Putusan mundur itu lantaran partai Kebebasan tidak lagi mencerminkan ruh dari kebebasan itu sendiri. Sebab partai kebebasan terllau banyak menekan para imigran. "Saya akan mendukung koalisi di luar partai kebebasan. Saya juga berhenti untuk menggalang dukungan untuk pemotongan anggaran baru,' kata anggota Partai Liberal Rutte, Hero Brinkman.
Hilangnya dukungan dari anggota koalisi, Partai Liberal Rutte, sulit bagi Partai Wilders untuk melakukan pemotongan anggaran. Karena itu, untuk memuluskan rencanannya itu, Wilders harus menggandeng partai garis keras yang anti pencari suaka dan imigran. "Wilders adalah pemain kekuasaan," kata Maurice de Hond, peneliti dari lembaga survei Belanda.
Para analis memperingatkan retorika Wilders tentang anti-imigran telah merusak citra Belanda di luar negeri dan memicu kritik dari Komisi Eropa. "Jangan meremehkan cara dia mendorong menteri imigrasi, Leers Gerd," ujar Analis politik dari Universitas VU Amsterdam, Andre Krouwel.
Dikatakannya laman anti imigran merupakan contoh bagaimana seorang wilders membatasi kolaborasi antar pemerintah di Eropa. "Ini simbolis, hal ini bakal berdampak pada opini publik," tambahnya.
Azdural menilai, Belanda sekarang dikenal sebagai garis keras ketika berbicara soal imigrasi dan minoritas dalam masyarakat. "Karena Wilders mendukung kabinet, semua menteri berhati-hati dalam menerapkan kebijakannya karena mereka dapat dijegal Wilders," katanya.
Partai Wilders, yang ketiga terbesar di parlemen, adalah sekutu utama koalisi pemerintah. Melalui partainya, ia telah mempengaruhi kebijakan imigrasi Belanda dan mengatur ruang publik berupa larangan terhadap burqa. Jelang pemilihan umum tahun lalu, partai Wilders berkampanye untuk "Hentikan Islamisasi Belanda" dan pembangunan masjid baru.
"Ini merupakan ancaman. Dalam 10 tahun terakhir, iklim telah benar-benar berubah untuk imigran dan orang-orang yang berbeda keyakinan." kata Direktur Kelompok Lobi imigran Turki (IOT), Ahmet Azdural seperti dikutip dari onislam.net, Ahad (25/3).
Anggota koalisi pemerintah, Partai Liberal Rutte, tidak tahan lagi dengan ulah Wilders dan memutuskan untuk mundur. Putusan mundur itu lantaran partai Kebebasan tidak lagi mencerminkan ruh dari kebebasan itu sendiri. Sebab partai kebebasan terllau banyak menekan para imigran. "Saya akan mendukung koalisi di luar partai kebebasan. Saya juga berhenti untuk menggalang dukungan untuk pemotongan anggaran baru,' kata anggota Partai Liberal Rutte, Hero Brinkman.
Hilangnya dukungan dari anggota koalisi, Partai Liberal Rutte, sulit bagi Partai Wilders untuk melakukan pemotongan anggaran. Karena itu, untuk memuluskan rencanannya itu, Wilders harus menggandeng partai garis keras yang anti pencari suaka dan imigran. "Wilders adalah pemain kekuasaan," kata Maurice de Hond, peneliti dari lembaga survei Belanda.
Para analis memperingatkan retorika Wilders tentang anti-imigran telah merusak citra Belanda di luar negeri dan memicu kritik dari Komisi Eropa. "Jangan meremehkan cara dia mendorong menteri imigrasi, Leers Gerd," ujar Analis politik dari Universitas VU Amsterdam, Andre Krouwel.
Dikatakannya laman anti imigran merupakan contoh bagaimana seorang wilders membatasi kolaborasi antar pemerintah di Eropa. "Ini simbolis, hal ini bakal berdampak pada opini publik," tambahnya.
Azdural menilai, Belanda sekarang dikenal sebagai garis keras ketika berbicara soal imigrasi dan minoritas dalam masyarakat. "Karena Wilders mendukung kabinet, semua menteri berhati-hati dalam menerapkan kebijakannya karena mereka dapat dijegal Wilders," katanya.
Partai Wilders, yang ketiga terbesar di parlemen, adalah sekutu utama koalisi pemerintah. Melalui partainya, ia telah mempengaruhi kebijakan imigrasi Belanda dan mengatur ruang publik berupa larangan terhadap burqa. Jelang pemilihan umum tahun lalu, partai Wilders berkampanye untuk "Hentikan Islamisasi Belanda" dan pembangunan masjid baru.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Agung Sasongko
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kalau dulu kaum muslimin berhijrah dari negara kufur ke negara Islam bersama Nabi SAW untuk perjuangan, dakwah dan perang untuk tegaknya ajaran Allah dan runtuhnya ajaran kufur. Saat ini kaum muslimin berhijrah dari negara muslim ke negara kufur untuk mencari uang, hidup enak dan menyenangkan. Ini sangat tidak baik bukan agak baik.
Ingatlah firmanNya:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.[1]
Belanda yang katanya anti diskriminasi, ternyata pelopor diskriminasi kepada kaum muslimin, sayangnya disana tidak ada komnas HAM sepetrti di Indonesia yang galak sekali.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan