Minggu, Maret 25, 2012

Peluang Bisnis Dakwah Lewat Pintu Penerbit


SITI TATMAINUL QULUB
Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang
nungky_diamond@yahoo.com
Baru-baru ini pondok pesantren Daarun Najaah Semarang mengadakan workshop jurnalistik dan managerial penerbitan. Bekerja sama dengan penerbit Rizki Putra Semarang, pondok pesantren Daarun Najaah memiliki mimpi dapat menerbitkan karya-karya para santri-santriwatinya. Berbekal semangat dan bismillah untuk memulai, pada 23 Maret 2012 Daarun Najaah melaunching Penerbit Pustaka Al-Hilal.
Dr H Ahmad Izzuddin, MAg, pengasuh Daarun Najaah memberikan motivasi kepada para santri-santriwati yang juga mahasiswa untuk dapat berkarya dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan adanya Penerbit Pustaka Al-Hilal ini, pengasuh yang juga dosen di IAIN Walisongo ini ingin membangun semangat para santri untuk dapat ‘nguri-nguri’ penerbitan ini dengan semangat menulis atau pun mengelola penerbitan buku. Acara dilaksanakan di musholla Al-Azhar PP Daarun Najaah ini menarik antusias para santri-santriwati.
Direktur Pustaka Rizki Putra, Widodo Budi Utomo yang menjadi narasumber di acara tersebut membagikan strategi dan trik-trik membangun sebuah penerbit yang sukses. Ia juga menjelaskan hal ihwal penerbitan buku. Usaha penerbitan memiliki peluang besar. Terlebih bila itu sebuah pondok pesantren, sangat besar peluang membuka penerbitan. Hanya butuh kreativitas, kerja keras, ketekunan, dan kesabaran.
Berbagai kitab para ulama’ salaf berupa kitab-kitab kuning seperti Shahih Bukhari Muslim, Nashaihul ‘Ibad, Tafsir Jalalain dan sebagainya dapat diterjemahkan ke versi bahasa Indonesia dengan judul menarik. Ini akan mendapat sambutan bagus masyarakat. Apalagi saat ini banyak masyarakat cenderung mencari literatur-literatur agama yang mudah dibaca dan dicerna.
Penerbitan merupakan industri memperbanyak literatur dan memberikan informasi kepada khalayak. Keberadaan penerbit sama dengan keberadaan seorang dai yang berdakwah di atas mimbar. Bedanya seorang dai berdakwah secara langsung (direct), sedangkan penerbit secara tidak langsung (indirect).
Penerbitan merupakan corong dakwah sangat efektif. Karena setiap orang dapat berbagi informasi melalui karyanya yang diterbitkan dan dibaca oleh publik. Penerbitan pun menjadi pintu amal jariah bagi para penulis. Itu salah satu motivasi yang diberikan Widodo.
Ada dua bentuk penerbitan yaitu penerbitan umum dan penerbitan dengan sistem sendiri seperti indie. Penerbitan umum dikelola oleh sistem instansi, sedangkan penerbit sendiri dapat dilakukan oleh setiap orang. Sehingga setiap orang dapat memiliki penerbitan.
Namun ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh penerbit. Pertama, ijin usaha legalitas berupa SIUP, NPWP, TDP dan TDI, ISBN & Nama Usaha/Lembaga yang tertera di dalam penerbitannya. Kedua, Pengelola/penanggung jawab, meliputi Direktur utama, Direktur keuangan, direktur produksi, direktur pemasaran. Ketiga, Tim editorial & setting Lay Out. Tim ini adalah otak dari sebuah penerbitan. Sehingga pemimpin editorial haruslah pintar dan kreatif.
Pemimpin Editorial minimal 3 orang dengan kapasitas yang berbeda agar ada pembanding. Meliputi pula Setter dan Lay out, dan Desain Grafis. Keempat, Jaringan Distribusi. Ini untuk pemasaran buku. Tim pemasaran dapat secara langsung kepada konsumen maupun tidak langsung.
Ada hal menarik yang disampaikan Widodo, bahwa usaha penerbitan iku Batine sitik tapi renes. Hidup tidak butuh banyak, tapi yang penting berkah. Berkah melebihi segalanya. Ia menyampaikan bahwa di perusahaannya seluruh karyawan melaksanakan shalat dhuha setiap jam 8 pagi yang dilanjutkan dengan membaca surat waqi’ah.
Sedangkan pada hari Jum’at, ditambah dengan membaca surat al-Kahfi. Ini menjadi tradisi harian yang tidak dapat ditinggalkan di perusahaan. Ya, untuk menjadi sesuatu harus dimulai dari sekarang. Bila tidak dimulai, kita tidak akan pernah tahu akan menjadi apa. Wallahu a’lam..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bila kitab kuning yang diterjemahkan adalah kitab – kitab ahli bid`ah bukan kitab – kitab ahlis sunnah, maka termasuk dakwah kepada kebid`ahan, bukan dakwah kepada tuntunan, dakwah untuk mengikuti berbagai pendapat orang bukan dakwah untuk mengikuti wahyu dari Allah, dakwah kepada ajaran golongan bukan dakwah kepada Islam secara utuh. Boleh dikatakan dakwah ke jalan sesat bukan jalan yang lurus dan akan menjadi dakwah ke Neraka Jahannam bukan dakwah ke jalan menuju surga. Ingatlah ayat:
وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bergolong – golong  dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,  
 Saya ingin bahagia di akhirat dan saya takut siksaan yang berat atau ringan , karena itu saya harus meninggalkan golongan , tidak akan saya dekati dan tidak akan saya ambil lagi . Saya lebih baik ikut ayat ini :
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, kamu ( Muhammad ) tidak termasuk mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat . Al an`am 159

Bacalah lagi disini:

12 Mei 2011
22 Jun 201
27 Jul 2011
01 Jun 2011

28 Apr 2011
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan