Ikhwanul Muslimin bekerja sama dengan kelompok Islam lainnya pada hari Jumat kemarin (2/3) berusaha mendirikan partai politik baru untuk menjadi pemain politik terkemuka dalam pemilu pertama negara itu sejak penggulingan Muammar Gaddafi dalam pemberontakan yang didukung NATO.
Partai-partai Islam dan sekuler akan bersaing dalam pemilihan bulan Juni mendatang untuk kursi di dalam majelis nasional yang akan merancang konstitusi baru bagi negara Afrika Utara tersebut.
Analis politik mengatakan Ikhwanul Muslimin Libya mungkin akan muncul sebagai kekuatan politik yang paling terorganisir dan pemain terkemuka di negara pengekspor minyak di mana kelompok Islam, seperti semua oposisi, mengalami tekanan selama 42 tahun pemerintahan Gaddafi.
Pasca pemberontakan pemilu telah membawa kelompok Islam ke dalam pemerintahan di Tunisia, Mesir dan Maroko sejak Oktober tahun lalu dan mereka juga akan tampil baik di Libya, sebuah negara yang secara sosial konservatif di mana alkohol sudah dilarang sebelum revolusi.
Lamine Belhadj, yang mengepalai komite yang bekerja untuk mendirikan partai baru, kepada Reuters dalam sebuah konferensi pada Jumat kemarin mengatakan akan mempertemukan kubu Islamis dari garis-garis yang berbeda.
"Ini adalah konferensi pembentukan sebuah partai, sipil nasional dengan bingkai Islam. Partai sedang dibentuk oleh Ikhwanul Muslimin dan kelompok independen yang tidak berafiliasi dengan organisasi Islam," katanya menegaskan.
Belhadj, seorang pejabat senior di Dewan Transisi Nasional (NTC) dan anggota komisi yang bertanggung jawab untuk mengatur pemilu, mengatakan partai baru belum diberi nama dan para pemimpinnya belum dipilih.
Abdullah Shamia, seorang profesor ekonomi dan anggota Ikhwan sejak Ikhwan sebagai sebuah organisasi bawah tanah di Libya, mengatakan partai baru akan independen. Ikhwanul Muslimin, yang lebih luas dalam amal dan sosial, akan melanjutkan pekerjaannya secara terpisah dari partai politik.
Munculnya partai-partai Islam di kotak suara telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang Arab sekuler lebih bahwa pemerintah baru akan memberlakukan pembatasan yang lebih religius pada masyarakat atau berusaha untuk membuat konstitusi sesuai dengan hukum Islam, atau syariah.(fq/reu)
Sumber: eramuslim
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ikhwanul Muslimin membentuk partai kayaknya langkah yang baik yang diridai Allah dan menjanjikan hidup yang lebih Islami. Realitanya tidak demikian. Partai Islam di Tunisia, Mesir, Maroko menang total, tapi negara tetap kufur, bukan negara Islam yang mereka inginkan.Tapi negara kufur itu yang mereka pertahankan. Jadi belum ada realita yang cocok dengan apa yang kita inginkan atas kemenangan partai Islam. Partai Islam menang atau partai kafir atau sekuler, negara dan UUnya tetap kufur bukan UU Islami. Lebih baik Saudi tanpa partai Islam, tapi peraktek hukum Islam berjalan sekalipun tidak total.
Partai Islam ikut pemilu ikut demokrasi, saya amati dengan cara munafik sekali. Ingin merebut hati rakyat, kadang dengan cara yang tidak Islami. Ajaran Islam dikorbankan dan ajaran setan di pakai. Banyak partai dan golongan akan melemahkan Islam dan menguatkan kekufuran. Ingat ayat ini:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan