Namanya Camellia Shehata
Zakher, ia berusia 25 tahun, lahir di salah satu kota di Mesir, Almenia dan dibesarkan sebagai
seorang Kristen. Dia menikah setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di
jurusan ilmu pengetahuan dengan seorang pendeta bernama Tadros Samaan.
Dia bekerja sebagai guru di kota yang sama di mana
suaminya tinggal. Setelah beberapa waktu menikah, dia tahu tentang kenakalan
suaminya, yaitu mencuri uang dari gereja dan menyembunyikannya di sebuah
rekening bank swasta dengan namanya sehingga tidak akan dipertanyakan.
Ket : Camelia Shehata saat
belum memeluk Islam
Mereka memiliki seorang putra,
dan ketika anak mereka berumur enam bulan Camelia diperkenalkan dengan Islam
melalui dialog dengan rekan-rekannya yang beragama Islam. Dari sana
ia menjadi semakin ingin tahu lebih banyak tentang Islam dan Nabi Muhammad saw.
Dia mendengar pada salah satu Jumat dari atap rumah, sebuah khotbah mengenai
biografi Nabi Muhammad saw. Setelah membaca tentang Islam dan mempelajari
banyak hal akhirnya dia memilih untuk masuk agama Islam. Rekan-rekannya membuat sebuah pesta kecil dan
menjadi saksi saat dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia mulai membaca dan mempelajari Al-Qur’an
dan hafal empat juz.
Pada saat itu, ia berhenti
menyusui anaknya karena dia yakin bahwa anaknya akan tinggal dengan keluarga
sang ayah. Camelia tidak tahu bahwa ia
memiliki hak untuk mengambil anaknya seperti yang dijelaskan oleh Abu Yahya dan
bisa memiliki hak asuh melalui pengadilan.
Tentu saja keluarganya mengetahui Camelia telah memeluk Islam dan mereka
berusaha sejak saat itu dengan segala cara agar ia meninggalkan keimanannya. Di tahun berikutnya, suaminya tidak
diperbolehkan untuk menyentuhnya.
Pada 17 Juli 2010, dia
memutuskan untuk pergi ke bank dan mencairkan uang yang suaminya curi dari
gereja dan disembunyikan di sebuah rekening dengan namanya. Ia kembali ke rumah, meninggalkan uang
tersebut, mencium anaknya untuk mengucapkan selamat tinggal dan mengambil
beberapa pakaian menuju Al Azhar. Ia
mendengar bahwa ada seorang pria yang bisa membantunya mendapatkan sertifikat
sebagai muallaf yang dikeluarkan Al Azhar, namanya adalah Moftah Mohamed atau
dikenal dengan Abu Yahya.
Sebelum Camelia menemui Abu
Yahya, melalui telepon setelah meninggalkan rumahnya, tentara keamanan
memanggilnya berkali-kali dan menanyakan apakah Camelia bersama dengannya. Abu Yahya dikenal dengan orang yang sering
menolong orang lain untuk kembali ke Islam dan melakukan tes apakah mereka
memeluk Islam dengan benar atau hanya berdasarkan kisah romantis dengan seorang
Muslim atau alasan-alasan lainnya. Pasukan
keamanan menekankan bahwa jika Camelia menghubunginya, Abu Yahya harus
menghubungi mereka seceaptnya. Di waktu
yang sama, suaminya mengumpulkan orang-orangnya dan berpura-pura bahwa istrinya
diculik oleh seorang Muslim.
Abu Yahya melakukan
penyelidikan dan ia mengetahui bahwa diluar sana orang-orang Kristen mengatakan bahwa ia
menculik seorang istri pendeta. Setelah
melaksanakan sholat malam, Abu Mahmud Almenya, teman Abu Yahya yang telah
bersama Camelia datang kepada Abu Yahya dan menanyakan apakah ia dapat menolong
kasus Camelia. Dia menyambut keduanya
dirumahnya dan ingin memastikan tentang kasus tersebut dan menanyakan bahwa ia
memeluk Islam atas kesadarannya dan pilihannya sendiri. Camelia mengatakan kepada Abu Yahya bahwa ia
ingin mendeklarasikan keislamannya secara resmi dan ia ingin segera
melaksanakan ibadah umrah di bulan Ramadhan dan mewujudkan mimpinya mengunjungi
masjid suci.
Abu Yahya akhirnya menyadari
bahwa Camelia serius dan selama pembicaraan dengannya, Camelia bersikeras bahwa
dia adalah seorang Muslimah yang telah memeluk Islam selama satu setengah tahun. Dia mengenakan niqab dan saat ia meninggalkan
ruangan ia berdoa kepada Allah. Abu
Yahya menyarankan agar Camelia menghubungi ibunya, jadi ia dapat merasa aman.
Di pagi hari dalam perjalanan
untuk menyelesaikan keinginan Camelia mendapatkan sertifikat di Al-Azhar, Abu
Yahya dan Abu Mahmud mengawal Camelia ke Al-Azhar. Mereka melaksanakan sholat Dzuhur di masjid
Al-Azhar dan mendatangi sebuah kantor di dalam Al Azhar. Para pegawai di dalamnya mulai menjelaskan
prosedurnya. Sertifikat telah
ditandatangani oleh Camelia dan disaksikan beberapa orang. Namun petugas berhenti saat melihat nama
Camelia dan menanyakan kepadanya, “Apakah Anda Camelia, berusia 25 tahun, seorang
guru ilmu pengetahuan alam?”
Setelah ditanya seperti itu, petugas
mengatakan Camelia harus datang kembali besok karena ia harus diuji oleh
beberapa imam untuk meyakinkan bahwa ia telah meninggalkan Kristen. Abu Yahya memang melihat nama Camelia pada
kertas kecil dan beberapa informasi tentangnya yang berada di laci petugas. Beberapa menit kemudian, petugas kembali
dengan perilaku yang berbeda dan mengatakan kepada mereka bahwa Syaikh Saeed, yang
memiliki kewenangan tidak ada di Al-Azhar dan Camelia harus mengakhiri
prosesnya hari itu dan kembali esok hari.
Abu Yahya melihat perubahan
tiba-tiba dan kebingungan di wajah petugas tersebut.
Tentara Keamanan menghubungi
Abu Yahya dan menanyakan kepadanya mengenai kehadiran Camelia dan apakah mereka
telah pergi ke Al-Azhar. Sejak saat itu
tidak ada lagi kontak antara Abu Yahya dengan tentara yang menghubunginya
sepanjang hari itu.
Pada pulul 00.00 Kamis dini
hari, tentara keamanan kembali mengubungi Abu Yahya dan memintanya untuk
kembali ke Al-Azhar secepatnya untuk menyelesaikan prosedur.
Kehadiran pendeta disekitar
dan di dalam Al-Azhar dirasa tidak normal dan untuk setiap Muslim yang mengenal
lembaga Al-Azhar. Mereka menanyakan
setiap orang dengan bantuan polisi yang memasuki Al-Azhar untuk memperlihatkan
kartu identitasnya. Abu Muhammad dan Abu
Yahya mulai curiga dan mereka meninggalkan Camelia di dekat mobil dan masuk ke
Al-Azhar untuk mencegah masalah apapun dan karena Camelia telah mengenakan
niqab, tidak ada yang mengenalinya.
Kemudian mereka didekati oleh
seornag pendeta dengan seorang polisi dan diminta memperlihatkan identitas. Abu Muhammad menolak memberikan informasi
kepada mereka karena mereka adalah orang Kristen yang tidak memiliki otoritas
di Al-Azhar. Di dalam al-Azhar, seorang
petugas menanyakan kepada mereka jika mereka dari Almenia dengan kasus syahadat,
mereka lebih baik meninggalkan Al-Azhar karena para polisi tengah mencari-cari
mereka dan mereka akan ditangkap.
Abu Yahya berkata pada saat
itu ia merasakan ada sesuatu yang tidak benar, Camelia juga melihat beberapa
orang memperhatikan mereka dan akhirnya mereka bergegas untuk pergi dan naik
taksi meninggalkan kunci mobil dengan saksi mata Abu Muhammad. Abu Yahya membawa Camelia ke kantor dimana ia
bekerja dan ketika sampai di kantor ia membuka ponselnya dan melihat pesan dari
pasukan keamanan nasional untuk menelepon kembali. Pasukan keamanan ingin dirinya membawa
Camelia kembali ke aAl azhar untuk menyelesaikan proses.
Saat itu Abu Yahya sangat
khawatir dan memutuskan untuk tidak mengikuti perintah pasukan keamanan dan
membawa Camelia ke rumahnya. Ia pergi
untuk mengambil mobilnya yang dititipkan ke Abu Muhammad dan mereka telah
bersama dengan pengacara sejak Abu Yahya memutuskan membawa Camelia ke rumahnya.
Di dalam mobil ia bertanya
pada pengacari untuk membantu kasus ini dan mengambil hak asuh anak Camelia
jika memungkinkan. Saat itu kami berada
di jembatan Kasser El Nile dan tiba-tiba kami dikejutkan dengan serangan
sekelompok orang dan salah satu dari mereka berteriak : Anda Syaikh Moftah, Anda
benar-benar sialan! Saat itu Abu Yahya
berpikir bahwa mereka adalah orang Kristen yang berusaha untuk menangkapnya. Abu
Yahya masih bingung sampai akhirnya ia mendengar suara dari radio yang
mengatakan, “serang mereka sampai pingsang” dan kemudian ia tahu bahwa yang
menyerang adalah tentara keamanan nasional.
Mereka memaksa Abu Yahya
keluar mobil dan mereka juga melakukan hal yang sama dengan Camelia, saat itu
Camelia berteriak terhadap tentara, “Mengapa kalian melakukan ini, tinggalkan
saya, saya adalah Muslim…Allah tidak akan diam, takutlah kepada Allah, jangan
biarkan nafsu mengendalikanmu… apakah Anda tidak punya belas kasihan?” dan ia terus berteriak sambil menangis hingga
saat terakhir Abu Yahya melihatnya.
Abu Yahya terus berjuang
sampai akhirnya mereka memaksanya masuk ke adalam mobil dan menutup matanya
hingga ia tidak bisa melihat. Matanya
baru kembali terbuka saat ia berada di kantor kepolisian di kota Nasser namun
karena ia kehilangan banyak darah akibat luka di kepala, ia segera dilarikan ke
rumah sakit dan mengalami geger otak.
Ini adalah kisah sedih yang
benar-benar diceritakan oleh Abu Yahya dan sampai sekarang tidak ada media yang
mengabarkan tentang berita mengenai Camelia.
Gereja menolak mengakui bahwa Camelia adalah seorang Muslim dan dia
berada di dalam penjara dimana ia menerima penyiksaan untuk mengembalikannya
menjadi seorang Kristen. Terlihat bahwa
mereka menolak ide yang mereka gembar-gemborkan bahwa seseorang bebas memilih
agama yang ingin mereka anut. Di sisi
lain, Pendeta Shenoda ketiga menyatakan bahwa Camelia berada di dalam sebuah
gereja dan tidak diijinkan untuk diekspos media.
Kisah Camelia Shehata inilah
yang dijadikan alasan oleh Mujahidin Irak saat mereka menyandera orang-orang
Kristen di sebuah gereja di Baghdad. Mereka menuntut pembebasan Camelia Shehata
secepatnya atau Kristen Irak akan terus menjadi target serangan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan