Ajaran Syi'ah Galak dan Memusuhi Orang Islam
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji
milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah
–Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Ajaran Syi’ah berisi
kebencian dan permusuhan kepada kaum muslimin yang menyanjung Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya yang mulia; seperti Abu Bakar,
Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah, Abu Hurairah, dan sejumlah besar sahabat Nabi
lainnya. Bahkan ini menjadi karaktristik mencolok dari ajaran Syi’ah yang
sesat. Jika tidak membenci kaum muslimin (Ahlus Sunnah) maka bukanlah Syi’ah.
Karenanya, jika ada sekelompok orang yang terlihat bersimpati kepada Syi’ah
Rafidhah lalu mereka galak kepada orang muslim –bahkan sampai berani
menghalalkan darahnya- itu menjadi indikasi kelompk tadi memiliki
perselingkuhan dengan Syi’ah atau bagian dari kelompok sesat besutan Abdullah
bin Saba’. JIka tidak, pastinya sifat lemah
lembut lebih dikedepankan kepada mereka yang masih saudara seiman, “Maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)
Akidah
Syi’ah Terhadap Kaum Muslimin (Ahlussunnah)
Akidah Syi’ah terhadap kaum
muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah akidah kebencian dan cacian, bahkan
sampai pengafiran dan penghalalan darah dan harta. Menurut keyakinan mereka,
kekufuran Ahlus Sunnah lebih besar daripada kekufuran Yahudi dan Nashrani.
Kenapa bisa begitu? Menurut mereka, kekafian Yahudi dan Nashrani adalah
kekafiran asli, sedangkan kekafiran ahlus sunnah adalah karena murtad. Dan
menurut ijma’, kekafiran karena murtad lebih besar daripada kekafiran asli.
Berikut ini kami sebutkan
beberapa keyakinan mereka tentang Ahlus Sunnah yang berasal dari ucapan
ulama-ulama mereka yang tertulis dalam kitab-kitab mereka sendiri.
1.
Syaikh Husain bin Ali ‘Ushfur al-Darari al-Bahrani dalam kitabnya, al-Mahasin
al-Nafsaniyyah fii Ajwibah al-Masaa-il al-Khurasaaniyyah, hal. 17:
Orang-orang Syi’ah menggelari orang-orang Sunni atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah
dengan al-Naashibah.
Menurut keyakinan Syi’ah, mereka lebih najis daripada anjing dan lebih kufur
daripada Yahudi dan Nashrani.
Dia mengatakan,
بَلْ
أَخْبَارُهُمْ عَلَيْهِمُ السَّلامُ تُنَادِي بِأَنَّ النَّاصِبَ هُوِ مَا يُقَالُ
لَهُ عِنْدَهُمْ سُنِّياًّ
“Bahkan kabar-kabar dari mereka
(para imam) 'alaihis salam menyerukan bahwa yang dimaksud al-Nashib adalah yang
dikenal dikalangan mereka dengan Sunni.”
2.
Al-Majlisi dalam Bihar
al-Anwar, Juz: 101, hal. 85: Abu Abdilllah berkata: “Sesunghunya
Allah Tabaraka wa Ta’ala terlebih dahulu melihat orang-orang yang
menziarahi kuburan Husain bin Ali pada sore hari ‘Arafah.” Beliau ditanya,
“(Apakah) sebelum melihat orang-orang yang sedang wukuf?” Beliau menjawab,
“Ya.” Beliau ditanya lagi, “Bagaimana bisa behitu?” Beliau menjawab,
لِأَنَّ
فِي أُولَئِكَ أَوْلادُ زِنَا ولَيْسَ فِي هَؤُلَاءِ أَوْلادُ زِنَا
“Karena di tengah-tengah mereka
(orang-orang yang wukuf di Arafah) terdapat anak-anak zina, sedangkan di
tengah-tengah mereka (peziarah kuburan Husain) tidak ada anak-anak zina.”
3. Al-Kulaini, dalam al-Raudhah
min al-Kaafi, Juz 8, hal. 285, menyebutkan sebuah riwayat dari Abu
Abdillah yang berkata kepada Abu Hamzah:
وَاللهِ
يَا أَبَا حَمْزَةَ، إِنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَوْلادُ زِنَا مَا خَلا
شِيْعَتُنَا
“Demi Allah hai Abu Hamzah,
sesungguhnya manusia seluruhnya merupakan anak-anak pelacur kecuali Syi’ah
kita.”
Catatan Penulis: Padahal
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita
yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di
dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar,” (QS. Al-Nuur:
23).
4. Muhammad al-Tijani, dalam
kitabnya al-Syi'ah Hum Ahlus Sunnah, hal. 161, lebih terang-terangan
lagi menyatakan bahwa al-Nawasib (yang mereka kafirkan dan
musuhi) adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dia berkata,
وَعُنِِيَ عَنِ
التَّعْرِيْفِ بِأَنَّ مَذْهَبَ النَّوَاصِبَ هُوَ مَذْهَبُ ((أَهْلِ السُّنَّةِ
وَالْجَمَاعَةِ)) فَنَاصِرُ مَذْهَبِ النَّوَاصِبِ اَلْمُتَوَكِّل هُوَ
نَفْسُهُ (( مُحْيِي السُّنَّةِ )) فَافْهَمْ
“Dan tidak membutuhkan
pengenalan lagi bahwa madhab al-Nawashib adalah madhab Ahlus Sunnah wal
Jama'ah. Dan al-Mutawwil adalah pembela madhab Al Nawashib, dia itu sendiri
yang bergelar muhyis sunnah (pengidup sunnah), maka pahamilah.”
Menurut keyakinan al-Tijani,
mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama'ah-lah yang menyimpang dari keluarga Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. Ia menjuluki al-Mutawwil
sebagai tokoh utama al-Nawashib (yang memusuhi) Ali dan Ahlul Bait. Bahkan
kedengkiannya sudah sampai membongkar makam Husain, melarang menziarahinya, dan
membunuh orang-orang yang menggunakan nama Ali. Al-Khawirizmi dalam Rasail-Nya
menyebutkan bahwa al-Mutawakkil tidak akan memberikan harta atau bantuan
kecuali kepada orang yang mencela keluarga Ali bin Abi Thalib dan membela
madhab al-Nawashib.
(Namun ini merupakan tuduhan
semata dari al-Tijani yang menunjukkan kedengakian dan kebenciannya terhadap
kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah).
5.
Muhammad al-‘Ayasyi, dalam tafsirnya
al-‘Ayasyi, Juz 2, hal. 398, menukil riwayat dari Ibrahim
bin Abi Yahya. Dari Ja’far bin Muhammad, ia berkata: “Tidaklah seseorang
dilahirkan kecuali ada satu Iblis yang mendatanginya. Jika Allah mengetahui
bahwa dia dari Syi'ah kami, maka Allah akan menghijabinya dari syetan itu. Dan
jika bukan dari Syi'ah kami, maka syetan akan menancapkan jari telunjuknya di
duburnya, lalu ia akan menjadi orang yang buruk, oleh karenanya zakar keluar di
depan. Dan jika ia seorang perempuan, syetan akan menancapkan jari telunjuknya
di kemaluannya sehingga ia menjadi pezina. Di saat itulah seorang bayi akan
menangis dengan kencang jika ia keluar dari perut ibunya. Dan setelah itu,
Allah akan menghapus dan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya, dan di sisi-Nya
lah terdapat Ummul kitab.”
.
. . Menurut Syi'ah, Wanita Ahlus Sunnah sebagai pelacur . . .
6.
Ni’matullah al-Jazairi, dalam al-Anwar
al-Nu’maniyah, 2/307: Bahwa Syi’ah menghalalkan darah dan harta
Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yakni membunuh dan merampas harta mereka.
Diriwayatkan oleh al-Shaduq, ia bertanya kepada Abu Abdillah, “Apa pendapat
Anda tentang membunuh orang al-Nashib (Ahlus Sunnah)?” Ia menjawab, “Darahnya
halal (boleh membunuhnya), tetapi aku khawatir atas (keselamatan) mu. Jika kamu
bisa, robohkan dinding (timpakan) atasnya atau kamu tenggelamkan di air supaya
tidak bisa memberikan kesaksian (yang memberatkan) atasmu, maka lakukanlah.”
Aku bertanya lagi, “Apa pendapat Anda dalam hartanya?” Ia menjawab, “Ambillah
hartanya semampumu.”
7.
Ni’matullah al-Jazaairi, dalam Nuur
al-Barahin, hal. 57, bahwa firqah-firqah yang menyelisihi Firqah
Imamiyah, berdasarkan nash-nash yang banyak sekali, menunjukkan mereka kekal di
neraka. Dan ikrar syahadat mereka tidak bermanfaat sedikitpun kecuali dalam
penjagaan darah dan harta mereka serta pelaksanaan hukum-hukum Islam yang
berlaku bagi mereka.
Catatan Penulis: Bagi
Syi'ah, seluruh kaum muslimin adalah Nawashib, karena mereka tidak mendahulukan
Ali atas Abu Bakar dan Umar, kecuali Syi'ah saja.
.
. . Syi'ah menuduh Ahlus Sunnah telah kafir dan akan kekal di neraka. Sehingga
darahnya halal ditumpahkan dan hartanya halal dirampas. . .
8.
Yusuf al-Bahrani, dalam
al-Hadaa-iq al-Nadhirah fi Ahkaam al-‘Ithrah al-Thaahirah,
hal. 136 dalam Bab “Orang yang menyelisihi (Syi’ah), hakikatnya bukan
orang Islam. Dan sesungguhnya orang yang menyelisihi (Syi'ah) sebenarnya adalah
kafir.” Ia tidak membedakan antara kufur kepada Allah dan kufur kepada para
imam, dengan alasan bahwa imamah termasuk masalah ushuluddien (pokok
agama) berdasarkan nash ayat dan hadits yang sangat jelas. Di antaranya
pernyataannya,
“Pertama: engkau telah
mengetahui bahwa orang yang menyelisihi (Syi'ah) adalah kafir, tidak memiliki
bagian dalam Islam dari berbagai sisinya, sebagaimana telah kami pastikan dalam
kitab kami al-Syihab al-Syaqib.”
Catatan Penulis: Beginilah
Syi’ah dengan mudahnya menisbatkan kekafiran kepada orang yang mereka sebut
sebagai wahabiyyin. Jangan heran jika mereka sangat membenci dan suka menghina
Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena memang beginilah ajaran agama mereka.
9.
Muhammad bin al-Hasan al-Thusi,
dalam kitabnya Tahdziib al-Ahkaam 3/197, menyebutkan:
Imam mereka (Abu Abdillah), ikut menyalatkan jenazah orang munafik (yang mereka
maksud adalah Ahlus Sunnah,- red), tapi ia melaknatnya, isi doanya:
اَللهُ أَكْبَرُ
اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاناً عَبْدَكَ أَلْفَ لَعْنَةٍ مُؤْتَلَفَةٍ غَيْرَ
مُخْتَلَفَةٍ اللَّهُمَّ اخْزِ عَبْدَكَ فِي عِبَادِكَ وَبِلادِكَ وَأَصِلْهُ
حَرَّ نَارِكَ وَأَذِقْهُ أَشَدَّ عَذَابِكَ فَإِنَّهُ كَانَ
يَتَوَلَّى أَعْدَاءَكَ وَيُعَادِيْ أَوْلِيَاءَكَ وَيُبْغِضُ أَهْلَ
بَيْتِ نَبِيِّكَ
“Allahu Akbar, Ya Allah
laknatlah fulan hamba-Mu dengan seribu laknat yang terkumpul, bukan terberai.
Ya Allah, hinakanlah hamba-Mu ini di tengah hamba-hamba-Mu dan di
dalam negeri-Mu, sampaikanlah ia panasnya neraka-Mu, dan timpakan padanya
adzab-Mu yang paling pedih, karena ia mengangkat musuh-musuh-Mu sebagai
pemimpin, memusuhi para wali-Mu, dan membenci keluarga Nabi-Mu.”
Catatan Penulis: Maka
jangan heran jika kita melihat seorang pengikut Syi'ah ikut menyalatkan jenazah
seorang muslim, lalu laknat ini yang ia bacakan kepadanya. Karena menurut
mereka, setiap orang yang menyelisihi Syi'ah disebut munafik.
10.
Al-Hurr al-‘Aamili dalam Wasail al-Syi’ah: 2/771, Bab: Bagaimana
cara menyalatkan orang yang sunni yang menyimpang, dari Muhammad bin Muslim dan
salah seorang kedunya berkata: “Jika ia seorang penentang kebenaran, maka
ucapkan:
اَللّهُمَّ
أَمْلِأْ جَوْفَهُ نَاراً وَقَبْرَهُ نَاراً وَسَلِّطْ عَلَيْهِ الْحَيَاتَ
وَالْعَقَارِبَ
“Ya Allah penuhilah lambungnya
dengan api, kuburnya dengan api, dan kuasakan ular dan kalajengking atas
mereka.”
Jika orang Syi'ah menyalatkan
Ahlus Sunnah, bukan doa kebaikan yang terucap, tapi laknat dan adzab Allah yang
mereka mohonkan. . .
11.
Al-Maaqami, dalam Tanqih
al-Maqaal fii ‘Ilmi al-Rijal, pada faidah yang ke-20, hal. 208,
menukil dari al-Muhaqqiq al-Bahrani dan dari riwayat-riwayat yang banyak bahwa
orang yang bukan Syi'ah Istna ‘Asyariyah adalah kafir dan musyrk.
12.
Muhsin al-Mu’allim, dalam kitabnya al-Nushbu
wa al-Nawashib, hal. 609. Sesudah menyebutkan sejumlah Nawashib, di
antaranya: Abu Bakar, Umar, Ustman, ‘Aisyah, Hafshah, Abu Hurairah, Ibnu Umar,
dan sejumlah sahabat, serta Imam Malik, dan al-Bukhari radhiyallahu
'anhum, ia menyebutkan kafirnya para nawashib dari perkataan para
ulama Syi'ah:
“Sayyid al-Khu-i semoga Allah
meridhainya berkata: dan lebih jelasnya seorang nashib hukumnya kafir walau ia
menampakkan (ucapan) dua kalimat syahadat dan keyakinan kepada hari kiamat.”
Sayyid al-Shadr berkata
tentang orang-orang yang ia kecualikan dari najisnya orang kafir, ia memasukkan
di antaranya: Ahlul Kitab, ghulat, lalu menyebut Nawashib. Ia berkata, “Begitu
nawashib yang menyatakan permusuhannya kepada Ahlul Bait yang mereka itu telah
Allah hilangkan kotoran (najis) dari mereka dan membersihkan mereka
sebersih-bersihnya. Sesungguhnya mereka itu, para pemberontak dan nawashib,
adalah kafir. Tetapi mereka suci menurut syariat selama mereka menisbatkan diri
kepada Islam.”
“Mengambil dalil dari apa
yang diriwayatkan Ibnu Abi Ya’fur dalam al-Mautsiq, dari
Abu Abdillah, dalam sebuah hadits ia berkata: Janganlah kalian mandi dari
tempat pemandian umum. Karena di dalamnya digunakan mandi orang Yahudi,
Nashrani, Majusi, dan al-Nashib (para pembeci) terhadap kita ahlul Bait. Maka
dia itu adalah yang terburuk dari mereka. dan sesungguhnya Allah Tabaraka wa
ta’ala tidak pernah menciptakan satu makhluk yang lebih najis daripada anjing.
Dan sesungguhnya al-Nashib (orang-orang yang memusuhi) kita ahlul bait, jauh
lebih najis daripada anjing.”
13.
Al-Majlisi dalam Bihar
al-Anwar, 23/390 meyebutkan, seluruh kaum muslimin yang tidak
meyakini keimamahan para imam dua belas (artinya; selai kelompok Syi'ah) adalah
kafir, sesat, dan kekal dalam neraka. Berikut pernyataannya:
- “Ketahuilah, sesunguhnya
keumuman lafadz syirik dan kufur atas orang yang tidak meyakini keimamahan
amirul mukminin dan para imam sesudahnya dari anak-anaknya, dan lebih
mengutamakan yang lain atas mereka itu menunjukkan bahwa mereka adalah kafir
yang kekal di neraka.”
- "Syaikh al-Mufid dalam
kitab al-Masa’il berkata: “Imamiyah bersepakat atas orang
yang mengingkari keimamahan salah seorang imam (yang dua belas) dan menentang
apa yang Allah wajibkan kepadanya berupa kewajiban taat (kepada para imam)
adalah kafir, sesat, dan wajib kekal di neraka.”
Penutup
Dari pernyataan-pernyataan
para ulama syi’ah dalam kitab-kitab mereka sendiri di atas, nampak jelas bahwa
kaum Syi'ah mengafirkan kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang merupakan
kelompok mayoritas kaum muslimin Indonesia.
Ajaran Syi'ah menyuruh
-bahkan mewajibkan- pengikutnya untuk galak dan memusuhi kaum muslimin yang
cinta kepada Rasulullah, keluarganya dan para sahabantya. Wallahu Ta’ala a’lam.
[PurWD/voa-islam.com]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan