Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus menulis dalam buku “Kiyai NU atau wahabi yang sesat tanpa sadar? Hal 95 Sbb:
"Dari Tsumamah dari
sahabat Anas bin Malik, "Sesungguhnya Ummu Sulaim menghamparkan karpet
sebagai alas tidur Nabi, kemudian Nabi pun tidur di karpet tersebut. Kemudian
Anas bin Malik melanjutkan ceritanya, Tatkala Nabi terbangun dari tidurnya, Ummu
Sulaim mengambil keringat dan rambut beliau SAW dan menaruhnya dalam wadah
khusus yang bercampur dengan minyak, wangi, pada waktu Anas akan meninggal
beliau benvasiat supaya keringat yang bercampur dengan minyak wangi tersebut ditaruh
dalam wadah khusus, Tsumamah berkata: "Keringat tersebut ditaruh dalam
wadah khusus tersebut."
Ada tiga riwayat yang sama dengan riwayat Tsumamah di
atas, akan kami kutip satu-persatu:
a. Riwayat Tsumamah
"Nabi masuk ke rumah kami lantas beliau tidur
sambil bercucuran keringat, kemudian ibuku datang sambil membawa botol, lantas
mengumpulkan keringat Nabi tersebut dan memasukkannya ke dalam botol. Kemudian
Nabi terbangun seraya berkata: "W'ahai Ummu Sulaim apa yang engkau perbuat,
Ummu Sulaim pun menjawab: "Ini adalah keringatmu dan aku mencampurnya
dengan minyak wangi kami. Minyak kami yang bercampur dengan keringatmu menjadi
paling wanginja pewangi yang ada. " (dikasih footnote)
Kiyai NU atau wahabi yang sesat tanpa sadar? 97
Komentarku ( Mahrus ali):
Saya telah mengadakan penelitian terhadap hadis tsb, bukan sekedar
membacanya, tapi seluruh jalurnya yang
saya temukan telah saya lihat dan saya renungkan .Bukan hanya dari satu jalur
lalu saya tinggalkan begitu saja lalu
saya ambil kesimpulan. Saya mengecek dan
saya ingin tahu bagaimana takhrij dan hukum hadis tsb, apakah sahih,
lemah atau hasan.. Hampir seluruh
ulama menyatakan hadis tsb sahih. Terang – terangan saja secara fair, bukan secara samar lalu
saya selinapkan sebagian permasalahannya. Saya akan bahas dengan fair
sekali dan obyektif bukan subyektif , Saya tidak akan menerangkan sebagian lalu
menyelinapkan yang lain. Saya belum
menjumpai ulama yang melemahkan hadis
tsb dari segi sanad.
Saya banyak menjumpai ulama yang
merasa kesulitan untuk memahami hadis
tersebut dengan benar. Juga ada kalangan mereka yang memahaminya dengan salah.
Di antaranya adalah Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus
, kalau memang mereka berdua digolongkan ulama. Tapi
kayaknya belum segitu derajatnya. Jadi masih mendekati juhala`..
Dari segi sanad, okey, tapi pengertiannya
cocok dengan hawa nafsu ahli
bid`ah dan sebagian ulama ahli hadis. Ia
juga cocok dengan ulama yang
menjadi pewaris setan bukan pewaris anbiya`. Tapi bila di bandingkan dengan isi
al Quran , pengertian hadis tsb sangat bertentangan, jauh dari keserasian
dengannya. Ini yang mendorong saya untuk
mengkajinya. Ini pemicu bagi saya untuk mendalaminya lalu saya sampaikan ke tengah
umum agar dapat di koreksi lebih lanjut
atau bisa di manfaatkan.
تخريج الحديث
|
Di kitab
manapun hadis tsb hanya dari sahabat Anas bin Malik. Kapan saja hadis tsb di
sampaikan, maka jalur puncaknya hanya
dari sahabat Anas bin Malik. Seluruh istri Rasulullah SAW, anak – anaknya ,
menantu – menantunya , khulafaur rasyidin dan
seluruh sahabat kecuali Anas bin Malik tidak paham dan tidak mengerti kisah Anas itu . Juga
mereka tidak pernah berkisah bahwa keringat Rasulullah SAW berbau harum, bukan
sebagaimana keringat para nabi yang
lain atau manusia biasa. Ini perlu dalil yang valid,
bukan dalil yang masih dipertentangkan dan tiada dalilnya kecuali hadis dari
Anas itu. Pada hal, Rasulullah SAW hanya
lah manusia biasa sebagaimana Rasul yang lain.
Saya tidak menjumpai dalil yang menyatakan
bahwa Rasul lain memiliki keringat yang berbau harum, baik nabi Musa atau Nabi
Ayyub yang ditimpa berbagai penderitaan
dan penyakit. Lihat ayatnya sbb:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا
بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ(6)
Katakanlah:
"Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang
lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan (Nya), Fusshilat 6
قَالُوا مَا أَنْتُمْ
إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ
إِلَّا تَكْذِبُونَ(15)
Mereka
menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang
Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta
belaka". Yasin
مَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ
مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ(154)
Kamu
tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu
mu`jizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar'.. Syu`ara`
وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ
قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا
تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ(33)
Dan berkatalah
pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui
hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di
dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan
dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Mukminun
لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ
وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ(3)
(lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang
zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah
seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu,
padahal kamu menyaksikannya?" Al anbiya`
Dan masih banyak ayat maupun hadis yang
menjelaskan bahwa para nabi atau para rasul
itu manusia biasa dan Nabi Muhammad SAW
juga sebagaimana Rasul sebelumnya. Bila nabi sebagai manusia, maka tahi dan
keringatnya tidak akan berbau harum.
Siapakah yang berani menyatakan bahwa tinja Rasulullah SAW berbau harum atau air
kencingnya seperti kasturi. Dan borok Nabi Ayyub berbau harum. Keringat rasul
berbau harum tidak luput dari olah orang – orang yang berlebihan dalam memuja
Rasul.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ
صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لَا أَدْرِي زَادَ أَوْ نَقَصَ
فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ
قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ كَذَا وَكَذَا فَثَنَى رِجْلَيْهِ
وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ فَلَمَّا أَقْبَلَ
عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ قَالَ إِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ
لَنَبَّأْتُكُمْ بِهِ وَلَكِنْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا
تَنْسَوْنَ فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي وَإِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ
فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ ثُمَّ لِيُسَلِّمْ ثُمَّ يَسْجُدُ
سَجْدَتَيْنِ
Abdullah
berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat."
Ibrahim melanjutkan, "Tapi aku tidak tahu apakah beliau kelebihan rakaat
atau kurang. Setelah salam, beliau pun ditanya: "Wahai Rasulullah, telah
terjadi sesuatu dalam shalat!. Beliau bertanya: "Apakah itu?" Maka
mereka menjawab, "Tuan shalat begini dan begini." Beliau kemudian
duduk pada kedua kakinya menghadap kiblat, kemudian beliau sujud dua kali,
kemudian salam. Ketika menghadap ke arah kami, beliau bersabda:
"Seungguhnya bila ada sesuatu yang baru dari shalat pasti aku beritahukan
kepada kalian. Akan tetapi aku ini hanyalah manusia seperti kalian yang bisa
lupa sebagaimana kalian juga bisa lupa, maka jika aku terlupa ingatkanlah. Dan
jika seseorang dari kalian ragu dalam shalatnya maka dia harus meyakini mana
yang benar, kemudian hendaklah ia sempurnakan, lalu salam kemudian sujud dua
kali." HR Bukhari HADIST
NO – 386
Komentarku ( Mahrus ali):
Dalam hadis itu dijelaskan: Akan tetapi aku ini hanyalah manusia
seperti kalian yang bisa lupa sebagaimana kalian juga bisa lupa,
……… Ini sebagai keterangan yang
jelas bahwa beliau adalah manusia biasa, kadang lupa.
Tanda atau sinyal kelemahan suatu hadis adalah karena bertentangan dengan ayat suci,
ayat tidak mendukung kisah sahabat Anas tsb bahkan menafikannya . Dalam hal
ini, bila kita pilih hadis, kita akan buang ayat atau pilih ayat kita akan buang hadis itu. Karena itu, dahulukan
memilih ayat, sebab ayat mesti benarnya dan hadis kadang keliru, kadang benar,
kadang lemah kadang sahih. Allah menyatakan tentang kevalidan al Quran sbb:
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
41:42. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur?an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. QS. Fussilat: 42
قُلِ الْحَقُّ
مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا
وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ
بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا.
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Robmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Qs. Al Kahfi:29)
الْحَقُّ
مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
”Kebenaran itu adalah dari Robmu, sebab itu jangan
sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al Baqarah: 147)
Hadis yang menjelaskan bahwa
keringat Nabi SAW berbeda dengan keringat rasul dan nabi lainnya itu perlu dalil yang tidak
diperselisihkan ya`ni perlu dalil yang
jelas benar seperti al Quran atau dalil
yang disepakati bukan dalil yang masih diperdebatkan
Rasulullah
SAW masuk ke dalam rumah orang tanpa pamit atau baca salam terlebih dahulu ini
juga bukan ahlak yang baik, bukankah Allah telah memberikan aturan masuk ke rumah sbb:
Masuk ke dalam rumah dengan membaca salam,lihat ayatnya
فَإِذَا
دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Dan jika kalian memasuki rumah maka
ucapkanlah kepada diri kalian salam penghormatan dari sisi Allah yang diberkahi
lagi baik. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan-Nya) kepada kalian agar kalian memahami.” (QS. An-Nuur [24]: 61)Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia mendengar bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam:
إِذَا
دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ،
قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ
يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ،
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ
وَالْعَشَاءَ “
“Jika seseorang memasuki rumahnya lalu ia menyebutkan
nama Allah saat ia masuk ke dalam rumah dan saat ia makan, maka setan berkata
kepada kawan-kawannya, “Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam
bagi kalian di rumah ini”.Jika seseorang memasuki rumahnya dan ia tidak menyebutkan nama Allah saat ia masuk ke dalam rumahnya, maka setan berkata kepada kawan-kawannya, “Kalian mendapatkan tempat bermalam di rumah ini.”
Bila ia tidak menyebutkan nama Allah saat ia makan malam, maka setan berkata kepada kawan-kawannya, “Kalian mendapatkan tempat bermalam dan jatah makan malam di rumah ini.” (HR. Muslim no. 2018)
Bila
pemilik rumah tidak ada, mestinya kembali pulang sebagaimana ayat:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى
تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا
تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا
هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ * لَيْسَ
عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ فِيهَا
مَتَاعٌ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum minta
ijin dan memberikan salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di
dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat ijin. Dan jika dikatakan
kepadamu : “Kembali (saja)lah”; maka hendaknya kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah
yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan
Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan”.
An-Nuur : 27-29
Bahkan Allah telah memerintahkan
kepada para orang tua untuk mendidik serta membiasakan anak semenjak usia dini
agar meminta ijin ketika ingin memasuki rumah orang tuanya di tiga waktu
khusus, sebagaimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ
الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ
لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ
عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمِ
”Hai orang-orang
yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta ijin kepada kamu tiga
kali (dalam satu hari) yaitu : sebelum sembahyang shubuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang ‘Isya’.
(Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas
mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada
keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS. An-Nuur : 58).
Akan tetapi bila telah menginjak
usia baligh, maka ia harus meminta ijin kapan saja dan dimana saja, karena Allah telah berfirman :
وَإِذَا بَلَغَ
الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
”Dan apabila
anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta ijin, seperti
orang-orang yang sebelum mereka meminta ijin. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS. An-Nuur : 59).
Nabi tidur dihamparan Ummu Sulaim.
Perbuatan Nabi SAW sedemikian ini
tidak layak, sebab rumah saat itu tidak ada penghuninya. Masak Nabi SAW berbuat
sesuatu yang tidak senonoh, tidak bermoral.
Ada
orang bilang bahwa Ummu Sulaim adalah kerabat Nabi SAW. Dalam syarah Muslim
dijelaskan sbb:
Imam Nawawi berkata:
قَدْ سَبَقَ أَنَّهَا كَانَتْ مَحْرَماً لَهُ
صلى الله عليه وسلم فَفِيْهِ الدُّخُوْلُ عَلَى
الْمَحَارِمِ وَالنَّوْمِ عِنْدَهُنَّ وَفِي بُيُوْتِهِنَّ، وَجَوَازِ النَّوْمِ
عَلَى اْلأُدْمِ وَهِي اْلأَنْطَاعِ وَالْجُلُودِ
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
Ummu Sulaim adalah muhrim bagi Rasulullah
SAW. Dalam hadis itu di jelaskan juga boleh masuk kepada rumah
muhrim, tidur di rumah mereka atau disisi mereka dan boleh tidur di atas
kulit - Syarah Nawawi 2331. [1]
Komentarku ( Mahrus ali):
Imam Nawawi menyatakan bahwa Ummu
Sulaim adalah Muhrim bagi Rasulullah SAW tanpa dasar atau landasan hadis.
Dalam situs http://www.iid-alraid.de/hadeethlib/Books/22/sharh144.htm
terdapat keterangan sbb:
... وَلاَ
يُهِمُّهُمْ قَوْلُ ابِْنِ الْجَوْزِى : سَمِعْتُ بَعْضَ الْحُفَّاظِ يَقُوْلُ :
كَانَتْ أُمُّ سُلَيْم أُخْتَ آمِنَةَ بِنْتِ وَهْبٍ، أُمِّ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِنَ الرَّضَاعَةِ،
Mereka tidak memperdulikan perkataan
Ibn Jauzi : Aku mendengar sebagian hafidh Hadis
berkata: Ummu Sulaim adalah saudara perempuan Aminah binti Wahb – ibu Rasulullah
SAW sesusuan.
Komentarku ( Mahrus ali):
Kali ini Ibn Jauzi juga hanya
ngomong belaka dari seorang Hafidh, beliau juga tidak menyebutkan namanya,
siapakah al Hafidh itu atau dari mana. Alangkah baiknya bila refrensinya itu
lebih akurat lagi dengan merujuk kepada sanad periwayatan yang valid bukan
sekedar dengan perkataan saya mendengar.
Karena itu, perkataan beliau ini berbeda dengan statemen Ibn Hajar sbb:
أَنَّ هَذَا كَانَ خَاصَّا
بِالنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَعْنِي : الدُّخُوْلَ عَلَى النِّسَاءِ مِنْ غَيْرِ الْمَحَارِمِ
؛ ِلأَنَّ اْلفِتْنَةَ مِنْ جِهَتِهِ مَأْمُوْنَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sesungguhnya
ini sepesial untuk Nabi SAW, ya`ni masuk
kepada wanita – wanita yang bukan
muhrimnya . sebab aman dari fitnah bagi beliau.
Komentarku ( Mahrus ali):
Alasan seperti ini bualan belaka, hanya
ngomong tanpa pengkajian. Dan tidak
memiliki landasan dari al Quran yang kuat. Ia bertentangan dengan ayat:
قُلْ
مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ
إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ(9)
Katakanlah:
"Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak
mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku
tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". Al ahqaf 9
وَاتَّبِعْ
مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرًا(2)
dan
ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al ahzab
Komentarku
( Mahrus ali):
Rasulullah SAW itu diperintahkan untuk mengikuti ajaran al Quran dan beliau
tidak akan menentangnya. Beliau lebih konsis dan lebih tidak akan
mengabaikannya.
·
. وَباَلَغَ الدِّمْيَاطِي فِي الرَّدِّ عَلَى مَنِ ادَّعَى
الْمَحْرَمِيَّةِ فَقَالَ : ذَهِلَ كُلُّ مَنْ زَعَمَ
أَنَّ أُمَّ حِرَامٍ إِحْدَى خَالاَتِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الرَّضَاعَةِ
أَو مِنَ النَّسَبِ
Imam
Dimyati sangat menolak kepada orang yang mengaku adanya hubungan muhrim , lalu
berkata; Kacau pikiran orang yangh mengaku bahwa Ummu Hiram adalah salah satu
bibi Nabi SAW sesusuan atau nasab[2]
·
لَكِنْ ابْنُ
حَجَرٍ ذَكَرَ أَنَّ دَعْوَةَ الْمَحْرَمِيَّةِ تَحْتَاجُ لِدَلِيْلٍ
Ibn Hajar
menyebutkan bahwa pengakuan hubungan muhrim itu butuh dalil.[3]
Bersambung.
Tunggu buku saya yang akan terbit
dalam menjawab kedustaan dan kesesatan
Idrus Ramli dalam buku : “ Kiyai Nu atau Wahabi yang sesat tanpa sadar “.
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo.
Jatim.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan