VIVAnews - Konflik di Suriah yang telah berlangsung
selama lebih dari dua tahun membuat resah umat Muslim di seluruh dunia.
Tidak heran, Suriah kini telah menjadi magnet bagi ribuan mujahidin,
termasuk di antaranya ratusan dari Barat.
New York Times, Senin 29 Juli 2013, memberitakan bahwa saat ini ada sekitar 6.000 mujahidin asing yang turun ke Suriah. Data yang dikumpulkan oleh badan intelijen negara-negara Barat ini juga menunjukkan, 140-600 di antaranya berasal dari Barat.
Rincian lebih jelas sulit untuk diperkirakan. Namun, perkiraan kasar ada sekitar 140 warga Prancis, 100 Inggris, 75 Spanyol, 60 Jerman, dan beberapa dari Kanada dan Australia. Mujahid Barat ini juga datang dari Amerika Serikat, Austria, Denmark, Finlandia, Irlandia, Italia, Norwegia, Swedia dan Belanda, berdasarkan studi April lalu oleh International Center for the Study of Radicalization di London.
Jumlah ini bahkan lebih banyak ketimbang mujahidin Barat yang turun ke Irak, Afganistan, Somalia atau Yaman. Menurut laporan intelijen, motivasi mereka datang ke Suriah adalah untuk membantu rakyat negara itu untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad yang kejam.
Salah satunya yang tercatat adalah Nicole Lynn Mansfield, wanita 33 asal Flint, Michigan, Amerika Serikat, yang tewas di provinsi Idlib. Nicole baru masuk Islam lima tahun lalu dan menurut catatan AS tengah bekerja untuk perusahaan Ceko di Suriah.
Dia tewas dalam sebuah mobil bersama dua orang pria. Kantor berita SANA mengatakan, ketiganya ditembaki karena memata-matai pangkalan militer di idlib. Salah satu dari mereka dilaporkan melempari tentara Suriah dengan granat.
Warga AS lainnya yang ke Suriah adalah Eric Harroun, 30. Mantan tentara warga Phoenix ini dijuluki oleh pejuang Suriah sebagai "Orang Amerika" aktif mengumbar kegiatannya di Facebook dan Youtube. Sekembalinya ke AS, Harroun ditahan polisi atas tuduhan tergabung dalam kelompok teroris di Suriah.
Barat Ketar-ketir
Kepergian mereka ke Suriah membuat negara asal mereka ketar-ketir. Eropa dan AS khawatir, para mujahid ini sekembalinya dari Suriah akan membuat ulah atau aksi teror di tanah air. Pasalnya, di Suriah mereka telah dibekali dengan pengetahuan tempur, bahan peledak dan senjata.
"Suriah telah menjadi medan perang utama para mujahidin di seluruh dunia. Ada kekhawatiran dan ancaman bahwa mereka yang ke Suriah menjadi radikal, terlatih dan tergabung dalam pergerakan jihad di Eropa Barat dan Amerika Serikat," kata Matthew G. Olsen, direktur Pusat Pemberantasan Terorisme Nasional Amerika Serikat.
Sejauh ini belum ada laporan soal aksi teror dari para mujahid jebolan Suriah ini. Namun, Menteri Dalam Negeri Prancis sudah mewanti-wanti, menyebut mereka sebagai "bom waktu". Berbagai negara di Eropa juga mulai memperketat perjalanan warganya agar tidak ke Suriah.
Pemerintah Belanda contohnya, sudah meningkatkan ancaman teror menyusul semakin banyaknya warga mereka yang berjihad ke Suriah. Beberapa waktu lalu, Belanda menangkap wanita 19 tahun yang diduga merekrut mujahidin Belanda untuk ke Suriah.
New York Times, Senin 29 Juli 2013, memberitakan bahwa saat ini ada sekitar 6.000 mujahidin asing yang turun ke Suriah. Data yang dikumpulkan oleh badan intelijen negara-negara Barat ini juga menunjukkan, 140-600 di antaranya berasal dari Barat.
Rincian lebih jelas sulit untuk diperkirakan. Namun, perkiraan kasar ada sekitar 140 warga Prancis, 100 Inggris, 75 Spanyol, 60 Jerman, dan beberapa dari Kanada dan Australia. Mujahid Barat ini juga datang dari Amerika Serikat, Austria, Denmark, Finlandia, Irlandia, Italia, Norwegia, Swedia dan Belanda, berdasarkan studi April lalu oleh International Center for the Study of Radicalization di London.
Jumlah ini bahkan lebih banyak ketimbang mujahidin Barat yang turun ke Irak, Afganistan, Somalia atau Yaman. Menurut laporan intelijen, motivasi mereka datang ke Suriah adalah untuk membantu rakyat negara itu untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad yang kejam.
Salah satunya yang tercatat adalah Nicole Lynn Mansfield, wanita 33 asal Flint, Michigan, Amerika Serikat, yang tewas di provinsi Idlib. Nicole baru masuk Islam lima tahun lalu dan menurut catatan AS tengah bekerja untuk perusahaan Ceko di Suriah.
Dia tewas dalam sebuah mobil bersama dua orang pria. Kantor berita SANA mengatakan, ketiganya ditembaki karena memata-matai pangkalan militer di idlib. Salah satu dari mereka dilaporkan melempari tentara Suriah dengan granat.
Warga AS lainnya yang ke Suriah adalah Eric Harroun, 30. Mantan tentara warga Phoenix ini dijuluki oleh pejuang Suriah sebagai "Orang Amerika" aktif mengumbar kegiatannya di Facebook dan Youtube. Sekembalinya ke AS, Harroun ditahan polisi atas tuduhan tergabung dalam kelompok teroris di Suriah.
Barat Ketar-ketir
Kepergian mereka ke Suriah membuat negara asal mereka ketar-ketir. Eropa dan AS khawatir, para mujahid ini sekembalinya dari Suriah akan membuat ulah atau aksi teror di tanah air. Pasalnya, di Suriah mereka telah dibekali dengan pengetahuan tempur, bahan peledak dan senjata.
"Suriah telah menjadi medan perang utama para mujahidin di seluruh dunia. Ada kekhawatiran dan ancaman bahwa mereka yang ke Suriah menjadi radikal, terlatih dan tergabung dalam pergerakan jihad di Eropa Barat dan Amerika Serikat," kata Matthew G. Olsen, direktur Pusat Pemberantasan Terorisme Nasional Amerika Serikat.
Sejauh ini belum ada laporan soal aksi teror dari para mujahid jebolan Suriah ini. Namun, Menteri Dalam Negeri Prancis sudah mewanti-wanti, menyebut mereka sebagai "bom waktu". Berbagai negara di Eropa juga mulai memperketat perjalanan warganya agar tidak ke Suriah.
Pemerintah Belanda contohnya, sudah meningkatkan ancaman teror menyusul semakin banyaknya warga mereka yang berjihad ke Suriah. Beberapa waktu lalu, Belanda menangkap wanita 19 tahun yang diduga merekrut mujahidin Belanda untuk ke Suriah.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan