Serial Akidah: Jawaban Terhadap Kebohongan Buku-buku Mahrus
Ali
عَنِ ابْنِ عُمَرَرَضِيَ
اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ خَدِرَتْ رِجْلُهُ فَقِيْلَ لَهُ: اُذْكُرْ اَحَبَّ النَّاسِ
اِِلَيْكَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّد، فَكَاَنَّمَا نَشِطَ مِنْ عِقَالٍ
“Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar RA bahwa suatu ketika kaki beliau terkena mati rasa,
maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada beliau: “Sebutkanlah orang
yangpaling Anda cintai!”. Lalu Ibnu Umar berkata: “Ya Muhammad”. Maka seketika
itu kaki beliau sembuh
Anda
menyatakan:
Kalau kita mau jujur dengan merujuk
pada literatur-literatur hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang
berbeda 180 derajat dengan yang dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan
oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim
al-Harbi dalam Gharibul-Hadits (II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum
wal- Lailah (hal. 72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran
Wahabi— dalam kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk
mengamalkan isi hadits ini.
Komentar
(Mahrus Ali):
Katanya
mau jujur, tetapi kok malah berdusta? Apakah yang berbeda 180 derajat itu?
Mengapa anda tidak memberikan penilaian untuk hadits Bukhari yang terdapat
dalam kitab Al Adabul Mufrad, apakah hadits tersebut lemah, hasan, atau
sahih. Padahal dalam buku “Membongkar ,,,” karya LBM NU Jember sebelumnya
–yang anda termasuk tim penulis- , pada buku tersebut ditambahkan dengan
keterangan “Hadits Sahih, Riwayat Bukhari dalam Al Adabul Mufrad”.
Setelah
saya mengatakan lemah, mengapa sekarang
anda sebagai tim penulis buku “Membongkar …” tidak berani memberikan penilaian
sahih lagi. Apakah dahulu anda keliru dan sekarang perlu meralat. Jangan-jangan
apa yang kamu tulis sekarang pun keliru lagi, tidak benar lagi, dan diubah
lagi, lalu ditetapkan lagi. Lihat dalam buku Sesat Tanpa Sadar halaman
191.
Pada
buku “Membongkar…” karya LBM NU Jember dikatakan bahwa hadits tersebut
disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Al Kalimut Thayyib halaman
88.
Sekarang,
apakah anda akan mengatakan jujur lalu berdusta lagi. Anda mengatakan bahwa
Ibnu Taimiyyah adalah pencetus ideologi pertama aliran Wahabi dan dalam kitab
beliau Al Kalimut Thayyib (halaman 88), menganjurkan untuk mengamalkan
isi hadits ini.
Jangan-jangan
anda yang menganjurkan sementara Ibnu Taimiyyah tidak demikian. Tunjukkanlah
dalam bahasa Arabnya jika memang Ibnu Taimiyyah menganjurkan demikian, jangan
hanya disimpan sendiri, nanti para pembaca menjadi ragu dan tidak yakin lagi.
Apakah benar Ibnu Taimiyyah menganjurkan, Apakah anda tidak salah mengutip atau sekedar
inspirasi anda dan bukan perkataan Ibnu Taimiyyah?
Saya
telah melihat di kitab aslinya, ternyata tidak ditemukan kalimat bahwa Ibnu
Taimiyyah menganjurkan, apalagi di kitab fatwa beliau dengan tegas itu bukan
perkataan Ibnu Taimiyyah, tetapi itu adalah kedustaan yang anda buat sendiri.
Silakan lihat di sini:
Anda
menyatakan lagi:
Sufyan al-Tsauri dari Abi Ishaq
al-Sabi’i dari Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
dalam al-Adab al Mufrad.
Komentar (Mahrus Ali):
Tulisan Arabnya adalah seperti
berikut:
يَرْوِيْهِ سُفْيَانُ الثَّوْرِي عَنِ
ابْنِ اِسْحَاقَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدٍ.
Sufyan Tsauri meriwayatkan dari Ibnu
Ishaq Abdul Rahman bin Sa’d.
Komentar (Mahrus Ali):
رَوَاهُ اْلبُخَارِي فِي اْلاَدَبِ
الْمُفْرَدِ (1 / 335 بِرَقْمِ 964 طَبْعَةُ دَارِ الْبَشَائِرِ اْلإِسْلاَمِيَّة – بَيْرُوت
الطَّبْعَة الثَّالِثَة ، 1409 – 1989 ، بِتَحْقِيْقِ مُحَمَّد فُؤَاد عَبْدِ
اْلبَاقِي) فِي بَابِ مَا يَقُوْلُ الرَّجُلُ إِذَا خَدِرَتْ رِجْلُهُ : (
HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad
(1/335/No. 964/ Darul Basya’ir al Islamiyah – Beirut/ Edisi ketiga 1409 – 1989/tahkik
Muhammad Fuad Abdul Baqi/ Bab: Apa yang Dikatakan Seorang Lelaki Apabila
Kakinya Kesemutan).
قاَلَ الْحَافِظُ الْمِزِّي : (رَوَى
َلهُ الْبُخَارِي فِي كِتَابِ اْلأَدَبِ حَدِيْثًا وَاحِدًا مَوْقُوْفًا)..
Al Hafidh Al Mizzi berkata, “Imam
Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrad, satu hadits maukuf dari Abu Ishaq.
Berarti, menurut Al Hafidh tadi,
ahdits tersebut lemah dong? Bukan
sahih sebagaimana yang anda katakan dalam buku “Membongkar …” karya LBM
NU Jember. Lantas, dari referensi yang mana anda bisa menyatakan hadits
tersebut sahih. Hadits lemah tidak bisa dijadikan hujjah, tetapi hanya
hadits sahih lah yang dapat dijadikan hujjah.
Pada saat debat di Pascasarjana, LBM
NU Jember dimenangkan dan tidak dikatakan salah. Ini sangat aneh dan unik,
tetapi masih bisa dianggap wajar, kemudian disebarkan secara luas bahwa Muammal
Hamidi –kalah-, dan pemenangnya adalah LBM NU Jember. Kemenangan diperoleh
dengan cara menipu.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan