Hari
ke-29 Ramadan, matahari masih bersinar terang saat waktu menunjukkan
pukul 18.00. Warga masih memenuhi jalan-jalan dan toko-toko
mempersiapkan hari lebaran di wilayah Daulah Islam. Kebanyakan warga
mendatangi toko makanan dan manisan untuk menyiapkan hadiah bagi sesama
muslim, terutama anak-anak. Suasana lebaran telah terasa di Daulah Islam
beberapa hari ini. Banyak barang habis diborong warga. Hal yang
membedakan dengan di Indonesia adalah kenaikan harga barang tidak
terlalu signifikan di sini, di wilayah Daulah Islam.
Maghrib
di tempat kami tinggal berlangsung pada pukul 19.51. Biasanya sejam
menjelang pelaksanaan sholat Maghrib, toko-toko telah tutup. Namun kali
ini beberapa toko masih buka untuk melayani kebutuhan warga yang
berbelanja. Alhasil tim hisbah berkeliling agar warga segera
mempersiapkan diri untuk sholat Maghrib.
Azan
Maghrib pun tiba. Warga berbuka puasa, mungkin yang terakhir kalinya
(karena banyak di antara mereka yang merindukan syahid-red). Kemudian
mereka berbondong-bondong datang ke masjid menanti pengumuman dari pihak
Daulah Islam. Sementara itu pesawat koalisi mulai melakukan takhaluf
(serangan udara) di berbagai tempat. Alhasil listrik padam sehingga
akses komunikasi menjadi terhambat.
Azan
Isya berkumandang, warga masih menunggu pengumuman dari pihak Daulah.
Alhamdulillah selang beberapa saat mobil hisbah keliling kota
mengumandangkan takbir dan warga mulai bertakbiran di masjid-masjid.
Dipastikan besok hari adalah hari raya.
Kumandang
azan subuh membahana di semua penjuru kota. Warga berbondong datang ke
masjid untuk salat Subuh. Di Daulah Islam, salat Subuh bagaikan salat
Jumat karena masyarakat ramai mendatanginya. Salat Subuh kali ini
berbeda karena warga juga menunggu informasi pelaksanaan salat Eid.
Suasana pagi ini dimeriahkan oleh pesawat koalisi yang masih
meraung-raung di atas kami. Alhasil mujahidin dalam posisi istinfar
(berjaga-jaga) apabila ada serangan mendadak. Gema takbir masih
bergelora dari dalam masjid.
Matahari
terbit sempurna, pelaksanaan salat Eid dimulai. Kali ini salat Eid
terpaksa dilakukan di dalam masjid, dalam penjagaan mujahidin. Sebelum
pelaksanaan salat Eid, seorang ulama memberikan penjelasan tentang adab
dan sunah pelaksanaan salat Eid. Sebagian mujahidin berada di luar
masjid. Bisa jadi inilah sebab situs berita sekuler memfitnah Daulah
Islam melarang pelaksanaan salat Eid. Padahal jelas-jelas sumbernya dari
komandan komunis Kurdi. Sayangnya, banyak situs yang katanya Islam di
Indonesia mengutip tanpa tabayun kepada sumber aslinya. Padahal faktanya
Daulah hanya memindah pelaksanan dari lapangan ke masjid-masjid. Hal
itu dimaksudkan untuk mencegah korban jiwa dari kaum muslimin apabila
salat Eid dilaksanakan di lapangan.
Beberapa
saat kemudian Alhamdulillah, pelaksanaan salat Eid selesai
dilaksanakan. Warga keluar masjid satu persatu bersalaman kepada kaum
muslimin lainnya. Ada hal menarik dalam naungan Khilafah ini yaitu warga
saling mengingatkan satu sama lain untuk menjaga keimanan, ibadah, dan
perkara bid'ah yang harus dihindari. Mereka juga saling berpelukan dan
mengungkapkan saling mencintai karena Allah. Suasana ukhuwah
(persaudaraan) antara muhajirin dan anshar begitu kuat.
Sesampainya
di rumah, anak-anak kecil di sekitar rumah sudah berkerumun di depan
rumah dan berebut untuk bersalaman dan bercerita kepada mujahidin.
Mereka bermain senjata mainan dan bangga menunjukannya kepada mujahidin.
Sebagian dari mereka berpakaian ala mujahidin dan memperagakan gaya
iqtiham (penyerangan) kepada musuh.
Tak
berapa lama warga keluar dan saling bersalaman satu dengan yang lain.
Tradisi di sini adalah warga berebut mengundang mujahidin untuk makan
dan bertamu di rumahnya. Mereka merasa bahagia akan hal tersebut. Dalam
peristiwa inilah banyak mujahidin yang memanfaatkannya sebagai sarana
berdakwah untuk menguatkan keimanan kaum anshar dalam suasana jihad fi
sabilillah.
Beberapa
ikhwah mujahidin menyampaikan keutamaan jihad fisabilillah, mencintai
karena Allah, menjadi ansharullah, dan keutamaan syahid di jalan Allah.
Warga mendengarkan dengan seksama terutama saat mendengar cerita
gugurnya mujahidin dan tanda-tanda kesyahidan yang muncul. Diantara
mereka ada yang meneteskan air mata saat mujahidin menyampaikan beberapa
nasihat. Ada juga yang bertakbir saat mendengar cerita heroik oleh
pasukan inghimasiyyin (khusus), maupun istisyhadiyyin (bom syahid).
Alhasil, suasana lebaran di Daulah Islam tidak semata mata kegembiraan
yang melupakan keimanan dan jihad fisabilillah.
Beberapa
ikhwah juga saling mengingatkan satu sama lainnya dalam keimanan dan
semangat jihad fisabilillah. Hingga salah seorang mujahidin
mengungkapkan kesedihannya karena tidak dapat syahid di bulan Ramadhan.
Inilah
lebaran dalam naungan khilafah. Kaum muslimin bukan tersibukkan dengan
baju baru maupun makanan enak. Kami di sini disibukkan dalam situasi
jihad fisabilillah dan keimanan kepada Allah. Wallahu alam.
(BN/riafariana/voa-islam.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan