- وسئل الشيخ صالح
الفوزان حفظه الله : هل يجوز أداء الصلاة على مكان مرتفع عن الأرض كالسرير أو نحوه
إذا شك الإنسان في طهارة الأرض وليس له عذر من مرض أو نحوه ؟
فأجاب : "لا بأس أن يصلي الإنسان
على شيء مرتفع كالسرير أو نحوه
إذا كان طاهرًا وكان ثابتًا لا يحصل منه
اهتزاز وخلل على المصلي ، وتشويش على
المصلي " انتهى من
"المنتقى" (2/143).
Syaikh Shalih al Fauzan
hafidhahullah ditanya: Apakah boleh
seorang yg menjalankan shalat di tempat yg tinggi dari pada bumi spt ranjang atau sesamanya bila
seorang ragu kesucian tanah dan
tdk punya udzur sakit atau sesamanya.
Syaikh Shalih Al Fauzan menjawab:
Boleh saja seorang menjalankan shalat di tempat yg
tinggi seperti ranjang atau sesamanya
bila suci, kokoh , tidak tergoyang dan membikin cacat / terganggu bagi
orang yang menjalankan shalat . Al muntaqa 143/2.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bacalah jati diri syaikh shalih al
Fauzan sbb:
صالح بن فوزان الفوزان هو الشيخ الدكتور
صالح بن فوزان بن عبد الله الفوزان. ولد 28 سبتمبر 1935م الموافق 1 رجب 1354 هـ،
وعضو في هيئة كبار العلماء،
وعضو في المجمع الفقهي
بمكة المكرمة التابع للرابطة،
وعضو في لجنة الإشراف على الدعاة في الحج، إلى جانب عمله عضوا في اللجنة
الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء،
وإمام وخطيب ومدرس في جامع الأمير متعب بن عبد العزيز آل سعود في الملز، ويشارك في
الإجابة في برنامج (نور
على الدرب) في الإذاعة، كما أن له مشاركات منتظمة
في المجلات العلمية على هيئة بحوث ودراسات ورسائل وفتاوى، جمع وطبع بعضها.
Shalih bin Fauzan al fauzan adalah syaikh Doktor Shalih bin Fauzan bin
Abdillah al fauzan – dilahirkan pd 28
September 1935 M - 1. Rajab 1354 H .
Beliau
anggota
dari organisasi ulama
senior ( kibarul ulama ),
dan anggota Dewan
Fiqih cabang Rabitah di Makkah, anggota komite yang
mengawasi khotbah di waktu
haji, di samping kerjanya sebagai anggota
Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Ifta`,
Imam dan penceramah
dan guru di Masjid Amir
mut`ib bin Abdul Aziz
Al Saud di
Malaz, dan mengambil
bagian untuk menjawab dalam
program nurun
al darb ( acara keagamaan ) di radio, juga ikut aktif di jurnal ilmiah dalam
bentuk penelitian dan studi,
risalah , fatwa, beliau mengoleksi dan sebagiannya di
cetak.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Menurut sy bila tanah betul najis,
maka cari tanah lainnya yang masih luas ini untuk shalat.
Bila maksud fatwa itu untuk shalat sunat silahkan.
Bila untuk shalat wajib, maka sy
tidak menjumpai dalilnya sejak dulu sampai sekarang.
Bila ia pendapat pribadi untuk peribadi, mk tetap
salah, dan membahayakan dirinya, apalagi bila kosumsinya untuk umat Islam,
tambah keliru, tidak benar, perlu di rujuk kembali agar cocok dengan hadis dan tidak menyelisihinya.
Kasihan umat ini yg ingin kebenaran
disuguhi dengan kesalahan.
Fatwa Syaikh Shalih Al Fauzan tsb bila kita ikuti , kita akan menyelisihi
tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya dlm menjalankan
shalat wajib. Krena mereka selama hidupnya
tidak pernah menjalankan shalat wajib di ranjang.Mereka selalu shalat di
tanah tanpa tikar , kain atau sajadah. Pada hal tikar, kain dan sajadah (
khumrah ) saat itu sudah ada. Mengapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tidak memakainya untuk selamanya.Tapi sajadah , tikar ditinggalkan and beliau
sujud ke tanah langsung.
Bila
kita ikuti fatwa tsb kita taat pada syaikh tsb , lalu kita menentang Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dlm hadisnya:
حَيْثُمَا
أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ وَالْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ
*
Dimana saja kamu menjumpai waktu salat telah tiba ,
salatlah dan bumi adalah tempat sujudmu. Bukhori 3172
Menurut riwayat Muslim sbb:
صحيح مسلم - (ج 3 / ص 106)
ثُمَّ الْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ
فَحَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ
Lantas bumilah sebagai tempat
sujudmu ( bukan karpet ) , dimana saja kamu menjumpai waktu salat, salatlah.
Kalimat fa sholli adalah fi`il amar
– perintah, harus di taati , jangan sampai menyelisihinya dengan melakukan
shalat di sajadah atau tikar.
اْلأَمْرُ بِالشَّيْءِ نَهْيٌ عَنْ
ضِدِّهِ
Perintah
sesuatu adalah larangan untuk mengerjakan lawannya .
Bila kita diperintahkan untuk
melakukan salat di tanah langsung , maka sudah tentu kita harus taat dan
menjalankannnya dan kita tidak boleh melakukan salat di atas karpet ,
koran , tegel atau marmer, apalagi ranjang . Menurut kaidah itu adalah haram
shalat dikarpet dan ranjang dan wajib shalat di tanah karena taat pada perintah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Lalu kpn Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjalankan shalat wajib di ranjang? Atau tempat tidurnya.
Fatwa itu sama dengan mengajak
manusia untuk menyelisihi tuntunan shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan sama dengan pendapat orng sekarang.
Bila kita ikut fatwa syaikh Shalih
al fauzan, maka selamanya kita tdk pernah menjalankan shalat pakai sandal yg
merupakan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dlm shalat .
Karena itu, inventarisir saja fatwa
itu di berankas dan ambillah tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
yg mulia dan jangan hinakan diri dengan mengikuti fatwa tanpa dalil. Ikutilah
ayat:
قُلْ
هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu( dalilmu
), jika kamu memang orang-orang yang benar". Namel 64Di ayat lain, Allah menyatakan:
أَمْ
لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ(156)فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata? Maka bawalah
kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar. Shoffat.Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan