Oleh: Ketua Forum Seruan Al-Haq.
Anda pernah dengar ada aliran “Mulukiyah” ?
Asalnya dari kata Muluk. "Muluk" artinya raja-raja. Atau penguasa. Secara umum, aliran ini masih bagian dari kaum Muslimin, mereka hidup dan berkembang di tengah Umat Islam, bahkan zhahirnya mereka berjenggot dan berjubah, layaknya para aktivis muslim. tapi mereka menyimpan aqidah yang sesat, yakni murji'atul 'ashr, murji'ah gaya baru. diantara rujukan mereka adalah seorang Ulama dari Yordan pembawa ajaran murji'ah yang difatwakan sesat oleh Lembaga Fatwa Resmi Arab Saudi. Tentang fatwa itu bisa anda baca pada link berikut ini:
https://tauhiddansyirik.wordpress.com/…/ringkasan-sebab-se…/
Dan juga disini:
https://generasisalaf.wordpress.com/…/fatwa-lajnah-daimah-…/
Ciri utama sekte ini ialah: mereka membangun keyakinan, sikap, dan dakwah untuk menjaga kepentingan para raja-raja (penguasa). Dalam bahasa lain, menjilat atau menjadi anshorul muluk (budak-budak penguasa). Maka mereka dikenal dikalangan ahlul 'ilm dan penuntut Ilmu dengan sebutan "Mulukiyyah". Artinya sekte sesat neo-murji'ah penjilat penguasa. Sekte Mulukiyyah ini disamping punya ciri utama MENJILAT penguasa, mereka juga punya ciri-ciri khawarij. Bila dengan penguasa sekuler mereka lembut, namun dengan para da'i Sunnah dan aktivis muslim mereka bersikap keras. Ini yang aneh. Panah tabdi', tafjir, dan tahdzir mereka arahkan pada para da'i ahlus sunnah serta aktivis wal harokah, akan tetapi kelembutan dan kasih sayang itu mereka berikan sepenuhnya pada para pemimpin zhalim dan sekuler. Bahkan tidak tanggung-tanggung, densus 88 yang membunuh seorang Muslim yang di duga "teroris" mereka samakan dengan mujtahid Karena alasan "tidak sengaja".
Akal mereka sudah di bolak balikkan oleh setan, kepada para pemimpin sekuler yang karbitan dan merugikan kaum muslimin serta menguntungkan kaum kafirin mereka haramkan kritik, kalau ada kritik terbuka terhadap penguasa zhalim, mereka katakan ghibah, khawarij, hizbiyyah, dst. Tapi untuk para da'i, penuntut ilmu, dan aktivis-aktivis Sunni, mereka halalkan ghibah, mereka halalkan munuduh dan mencela secara terbuka dan membabi buta, dengan alasan "tahdzir". Bahkan tidak sedikit para Ulama (dulu dan sekarang) yang mereka makan bangkainya. Lebih-lebih terhadap para altivis jihad dan mujahidin, mereka sungguh antipati dan foby. Demikianlah manhaj sesat kaum mulukiyyah ini.
Ada fakta unik di negeri ini yang sempat kami ukir dengan tinta emas, saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) di undang oleh paduka yang mulia "Amirul Mukminin" Joko Widodo -Hafizhahullah- ke istana negara untuk menghadiri acara tertentu, ada dua Ulama di MUI yang menolak untuk hadir, dialah Syaikh Achmad Chalil Ridwan dan Syaikh Teungku Zulkarnain. walhamdulillah keduanya adalah dewan pembina Forum Nasional Seruan Al-Haq. Mereka berdua tak sudi menghadiri acara presiden yang menurut mereka merugikan ummat islam. saat mendengar fakta ini, demi Allah kami menangis, air mata ini mengalir deras, melihat ketaqwaan dan sikap wira'i dua Ulama ini yang menjaga kehati-hatian untuk mendatangi pintu-pintu penguasa.
Hal ini mengingatkan kami dengan kisah nyata Imam Malik Bin Anas yang suatu kali diminta Khalifah Harun Ar-Rasyid berkunjung ke istana dan mengajar hadist kepadanya. Tidak hanya menolak datang, tapi ulama yang bergelar Darul Hijrah itu, malah meminta agar Khalifah yang datang sendiri ke rumah beliau untuk belajar. Kata beliau: "Yaa Amiral Mukminin, Al-'Ilmu yu'ta wala Ya'ti (“Wahai Amirul Mukminin, ilmu itu didatangi, tidak mendatangi”, ucap Imam Malik.
Dan akhirnya Harun Ar-Rasyid yang datang ke rumah Imam Malik untuk belajar. Demikian sikap Imam Malik, ketika berhadapan penguasa yang adil sekalipun seperti Harun Ar-Rasyid, tetap diberlakukan sama dengan para pencari ilmu lainnya dari kalangan rakyat jelata.
Suatu hari Harun Ar-Rasyid meminta kepada Abu Yusuf, qadhi negara waktu itu, untuk mengundang para ulama hadist agar mengajar hadist di istananya. Tapi tidak ada yang menanggapi undangan itu. Hampir seluruh Ulama Hadits tak menanggapi. Kecuali dua ulama, yaitu Abdullah bin Idris dan Isa bin Yunus, mereka bersedia mengajarkan hadist, tapi dengan syarat: belajar harus dilaksankan di rumah mereka, dan tidak di istana negara.
Para ulama dalam kitab Adabus-Syari’iyah, menegaskan bahwa kedekatan ulama dengan penguasa bisa menimbulkan fitnah. Menurut Abu Hazim, ulama di masa tabi’in, menyatakan, di masa sebelum beliau, jika umara mengundang ulama, ulama tidak mendatanginya. Jika umara memberi, ulama tidak menerimanya. Jika mereka memohonnya, mereka tidak menurutinya. Kemudian, para penguasa yang mendatangi pintu-pintu ulama dan mereka bertanya. (Riwayat Abu Nu’aim).
Kedekatan ulama dengan penguasa merupakan aib oleh para ulama saat itu. Abu Hazim mengatakan, “Sebaik-baik umara adalah mereka yang mendatangi ulama, dan seburuk-buruk ulama adalah mereka yang mencintai penguasa”, ucapnya.
Wahab bin Munabih lebih tegas lagi, dan menyatakan, agar para ulama menghindari pintu penguasa, karena di pintu-pintu mereka itu ada fitnah. “Kau tidak akan mendapatkan dunia mereka, kecuali setelah mereka membuat musibah pada agamamu”, ucapnya. (Riwayat Abu Nu’aim).
Demikianlah sikap para Ulama Salafus shalih, tidak rakus terhadap dunia, tidak menjilat terhadap penguasa. Karena biasanya seorang Muslim Muwahhid (muslim yang bertauhid) mendedikasikan hidup dan agamanya untuk Allah Ta’ala, sebagai konsekuensi akidah dan ibadah kepada-Nya. Inilah yang sering disebut Mukhlishina lahud diin (mengikhlaskan agama semata kepada-Nya). Dalam salah satu versi doa iftitah sering dibaca: Innas shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi Rabbil ‘alamiin (sesungguhnya shalatku, manasikku, hidupku, matiku, ialah untuk Allah Rabbul ‘alamiin).
Tapi aneh, ada yang mengabdikan hidupnya, ibadahnya, pemikiran, dan amal-amalnya untuk selain Allah, yaitu kepentingan para raja-raja. Ya kita tidak menuduh mereka musyrikin, tapi kita menasehatkan agar mereka berubah, meluruskan akidah, dan memperbaiki diri.
Dalam membangun sikap keagamaannya, sekte Mulukiyah dikenal tidak memiliki prinsip atau manhaj yang jelas. Bagi mereka, apa saja bisa halal, kalau menguntungkan posisi para raja-raja. Dan apa saja bisa haram, kalau merugikan kepentingan raja-raja. Sikap keberagamaan mereka jauh dari istiqamah, tetapi plin plan, menjilat ludah, dan standar ganda.
Musuh terbesar sekte ini adalah semua yang namanya gerakan Islam, harakah islamiyyah. sebab kaum harakah itu dianggap sebagai pengganggu utama kekuasaan raja-raja monarkhi atau penguasa-penguasa sekuler. Cita-cita gerakan Islam membentuk Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah 'Ala Manhajin Nubuwwah dianggap sebagai ancaman atas kekuasaan raja-raja monarkhi; maka itu karakter utama aliran ini ialah: memusuhi gerakan Islam lahir dan batin, sejak awal sampai akhir. Mereka bisa kerjasama dengan Nasrani (Amerika) dan Yahudi (Israel), tapi tidak dengan gerakan Islam.
Menurut Syaikh Abu Muhammad Abi Syakir, ciri-ciri pemahaman kelompok Mulukiyah ini antaranya:
[1]. Semua orang boleh membentuk organisasi, lembaga, yayasan, perkumpulan, dan seterusnya. Itu semua tidak dituduh hizbiyah dan ahli bid’ah, kecuali untuk gerakan Islam. Gerakan Islam (harokah) biasa mereka tuduh hizbiyah dan ahli bid’ah.
[2]. Semua pemimpin di negeri Muslim (seperti Indonesia) bisa diangkat sebagai Ulil Amri, sekalipun berasal dari PDIP. Tetapi kalau pemimpin itu berasal dari gerakan Islam, seperti di Mesir dan Palestina, mereka “menunda gelar” Ulil Amri itu.
[3]. Semua jenis pemberontakan dan kudeta, adalah bathil; kecuali kalau kudeta dan pemberontakan kepada pemimpin yang berasal dari gerakan Islam. Jadi mendemo pemimpin geralan islam itu boleh.
[4]. Semua jenis demonstrasi adalah salah, munkar, Haram, bid'ah, dan tidak sesuai Salafus Shalih; kecuali demo yang ditujukan untuk menggoyang pemimpin gerakan Islam; itu sah, benar, diperlukan oleh agama.
[5]. Pemimpin diktator beraliran Syi'ah harus dilawan dengan Jihad; kalau perlu melakukan penggalangan dana membantu Jihad, sambil menangis-nangis. Tetapi kalau pemimpin diktator yang merampas kekuasaan gerakan Islam dan membunuhi para pendukungnya; nah, ini harus didukung, harus direstui, harus didoakan. Contoh, rakyat Mesir diminta “pulang ke rumah” dan merelakan segala kejahatan pemimpin diktator itu.
[6]. Kezhaliman Basyar Assad di Suriah adalah terkutuk, terlaknat, harus dibasmi dari muka bumi. Tapi kezhaliman rezim militer di Mesir, yang tak kalah biadabnya dengan Basyar Assad; itu harus diterima, harus dimaafkan, dinasehati baik-baik, jangan dilawan. Kenapa? Karena yang ditumpas oleh rezim militer itu adalah gerakan Islam yang membahayakan para raja-raja dan penguasa rakus.
[7]. Demokrasi adalah batil, kufur, sesat, musyrik; tetapi hasil kepemimpinan dari demokrasi adalah sah, legal, harus didukung, harus sami’na wa atho’na meskipun pundak dipukuli dan harta di rampas. Meskipun sarananya dianggap bathil, hasilnya bisa diterima. Shalat Lima Waktu dengan tata-cara Kristiani adalah batil, tidak sah, tertolak. Tapi kalau sudah melakukan “shalat begituan”; pelakunya didoakan, dianggap orang saleh, didekatkan, dimintakan rahmat dan hidayah baginya. Persis ajaran murji'ah.
[8]. Semua jenis pemberontakan adakah teroris khawarij; tapi kalau pemberontakan dan makar kepada pemimpin dari gerakan Islam boleh, sah, diberkahi, didoakan ulama “Salafus Saleh”. Kenapa ya? Karena lagi-lagi gerakan Islam dianggap membahayakan posisi raja-raja monarkhi.
[9]. Perjuangan melawan Yahudi Israel adalah sah, benar, dan bagian dari Jihad Fi Sabilillah. Tetapi kalau pelakunya gerakan Islam semisal Hamas, nanti dulu; harus dilihat dulu orang Hamas itu siapa? Mereka itu biasa pakai jeans, biasa membuka baju, kadang merokok, kadang tidak shalat; wanitanya jilbabnya tidak Syar’i, anak-anak kecilnya masih memakai celana isbal (menutup mata kaki), dan seterusnya. Jadi, kalau HAMAS yang jihad tidak di anggap mujahid, di anggap hizbiyah.
[10]. Syiah Rafidhah adalah bathil, akidah rusak, menghujat para Shahabat Nabi, dan seterusnya. Tapi kalau Syiah mendukung kudeta militer di Mesir, itu manis sekali…so so sweet. Kalau presiden Syiah (Ahmadinejad) tidak boleh dikudeta, malah harus disambut dengan ramah-tamah dan uluran tangan persahabatan.
[11]. Ummat Islam dibantai di mana-mana, bersimpah darah, di zhalimi; kata mereka: " nanti dulu, buat apa koar-koar jihad, kita menunggu keputusan Ulil Amri ".
[12]. Semua gerakan Islam yang bersatu dalam ukhuwah mereka anggap sesat, khawarij, hizbiyyah, dst. Yang ahlus sunnah dan pemilik surga hanyalah mereka. Berbeda jauh dengan manhaj dan akhlaq para Ulama Salafi, seperti Syaikh Al-Albani, Syaikh Bin Baz, dan Syaikh 'Utsaimin -Rahimahumullah-.
Nah, begitulah sekilas ciri-ciri pemahaman kelompok Mulukiyah ini. Lha beragama kok jadi kayak main-main (istihza’). Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Maka bersyukurlah bagi mereka yang TIDAK BERHUTANG BUDI kepada para raja-raja. Karena mereka bisa selamat agama dan Syariatnya, karena bisa mengikhlaskan hati dan jiwa untuk menghamba kepada Allahu Rabbul ‘alamiin.
Rabb kita itu Allah Al A’la, bukan raja-raja di mana saja. Kita tak butuh bantuan dan derma mereka; jika untuk itu agama kita dipenjara; iman kita disandera; akal kita dikendalikan seperti budak-budak tak merdeka.
Allahumma inna nas’alukal huda wat tuqa wa ‘afaf wal ghina (ya Allah, kami meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, rasa kehormatan, dan rasa kecukupan). Amin Allahumma amin
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan