Ibnu Taimiyyah
menulis : lama2
aa perhatikan ust. Mahrus
Ali jadi ZHOHIRIYYAH nih..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Aneh di beri tahu dengan dalil yg
pas tentang zakat kurma atau gandum,
malah di bilangin zahiriyah. Kalau diberi tahu tentang zakat fitrah beras tanpa
dalil, malah diterima dengan baik, lalu di bilangin ini yg cocok dengan ajaran
ahlus sunnah wal jamaah.
Saya katakan : Apakah ajaran
ahlus sunnah itu menentang dalil ? Kalau nentang dalil, tandanya ahli bid`ah dan
batiniyah. Hadis ditolak, zakat fitrah
beras tanpa dalil, malah diterima.Lihat komentar Ibnu Abbas sbb:
:
تُوشِكُ أَنْ تُنْزَلُ عَلَيكُمْ حِجارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ... أَقُوْلُ قَالِ رَسُولُ اللهِ ( صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّمَ ) وَتَقُولُونَ قَالِ أَبُو بَكَرَ وَعُمَرُ ؟!
Hampir
sj turun atasmu batu dari langit... Aku
berkata: Rasulullah (saw) bersabda dan
Anda mengatakan, Abu Bakar dan Umar?”
Bila sepuluh ulama berpendapat yg beda dengan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka
kita haram ikut mereka untuk menentang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Ibnu
Taimiyyah menulis Yaaa salam..
Ust. Mahrus
Ali harus faham juga bahwa dalam islam qiyas termasuk salah satu sumber
hukum islam setelah quran sunnah n ijma..
Jika di indon tidak ada kurma n gandum karena memang makanan pokoknya beras.. Lalu apakah harus impor kurma? Bagaimaba di zaman2 dahulu di mana dunia impor n transportasi masih terbelakang? Maka akan sangat menyulitkan..
Karena itulah ditentukan Illat hukumnya.. Di mana semua hukum itu berporks pada illat..
Gitu lho ustadz..
Jika di indon tidak ada kurma n gandum karena memang makanan pokoknya beras.. Lalu apakah harus impor kurma? Bagaimaba di zaman2 dahulu di mana dunia impor n transportasi masih terbelakang? Maka akan sangat menyulitkan..
Karena itulah ditentukan Illat hukumnya.. Di mana semua hukum itu berporks pada illat..
Gitu lho ustadz..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda menyatakan:
Yaaa salam..
Ust. Mahrus
Ali harus faham juga bahwa dalam islam qiyas termasuk salah satu sumber
hukum islam setelah quran sunnah n ijma..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kalau sudah ada dalil itu
tidak diperbolehkan qiyas, ngerti gak anda.
Bila sudah ada dalil, lalu anda tolak dalil dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu anda pindah kpd qiyas – pindah pada
pendapat. Itu namanya anda menolak hadis
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengikuti hawa nafsumu. Kamu
tolak kewajiban zakat kurma
sebagai hadis dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam lalu anda pilih sendiri beras sebagai zakat kurma atas nama qiyas.
Terus , mana konsistenmu pd dalil yg sahih
itu ? Kamu malah komit pd pendapat tanpa dalil. Dan ini adalah kekeliruan yg
sangat dengan atas nama apapun keliru.
Bila kita ikut qiyas lalu berzakat kurma
beras, maka hadis yg muttafaq alaih yang mengharuskan kurma atau gandum akan
dibuang.
Bila kita keluarkan beras untuk zakat fitrah,
mana dalilnya ?
Jelas tidak ada. Jangan di ada – adakan.
Sya
ingat firmanNya:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya . Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Isra` 36.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya . Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Isra` 36.
وَقَالَ قُدِّسَ سِرُّهُ أَيْضاً ((وَقَدْ كَانَ
السَّلَفُ الصَّالِحُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ يَقْدِرُوْنَ عَلَى
اْلقِيَاسِ وَلَكِنَّهُمْ تَرَكُوا ذَلِكَ أدباً مَعَ رَسُوْلِ اللهِ
Al arif billah Assya` rani
semoga Allah mensucikan sirrinya
berkata: Sungguh salafus sholeh
dari kalangan sahabat dan tabi`in enggan
berkiyas sekalipun mereka mampu untuk melakukannya karena berakhlak terhadap Rasulullah SAW
Imam Bukhori membikin bab:
بَاب مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُسْأَلُ مِمَّا لَمْ يُنْزَلْ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فَيَقُولُ لَا
أَدْرِي أَوْ لَمْ يُجِبْ حَتَّى يُنْزَلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ وَلَمْ يَقُلْ
بِرَأْيٍ وَلَا بِقِيَاسٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى ( بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ )
Nabi SAW ditanya tentang sesuatu yang tiada dalilnya dalam
al Quran lalu beliau berkata :” Tidak
tahu “ atau tidak menjawab hingga wahyu
diturunkan. Beliau tidak berpendapat atau menggunakan qiyas
قلت لو كان القياس نص كتاب أو سنة قيل في كل ما كان نص كتاب هذا حكم الله وفي كل ما كان نص السنة هذا حكم رسول الله ولم نقل له قياس
Aku (Imam Syafi'i berkata), jikalau Qiyas itu berupa nas Al-Qur'an dan As-Sunnah, dikatakan setiap perkara ada nas-nya didalam Al-Qur'an maka itu hukum Allah (Al-Qur'an), jika ada nas-nya didalam as-Sunnah maka itu hukum Rasul (sunnah Rasul), dan kami tidak menamakan itu sebagai Qiyas (jika sudah ada hukumnya didalam Al-Qur'an dan Sunnah). Maksud perkataan Imam Syafi'i adalah dinamakan qiyas jika memang tidak ditemukan dalilnya dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
ولم يكن
يقدم على الحديث
الصحيح عملا ولا رأيا ولا قياسا ولا قول صاحب ولا عدم علمه بالمخالف الذي يسميه كثير من
الناس إجماعا ويقدمونه على الحديث الصحيح([2]).
Imam Ahmad
mendahulukan hadis sahih, dari pada amaliyah ( seseorang ) pendapat, qiyas,
perkataan teman ( atau sahabat ) atau
tidak mengerti ada orang yg berbeda
yang di sebut oleh banyak orang sebagai ijma` dan mereka mendahulukannya dari pada hadis sahih. Lihat kitab I`lamul
mauqiain 1/29-30 .Komentarku ( Mahrus ali ):
Perinsip imam Ahmad mendahulukan dalil. Bila ada dalil sahih, maka beliau pegangi, bukan pendapat , qiyas dll.
Anda menyatakan :
Ust. Mahrus
Ali harus faham juga bahwa dalam islam qiyas termasuk salah satu sumber
hukum islam setelah quran sunnah n ijma..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Mana dalilnya dari Allah dan rasulNya bahwa qiyas itu rukun
agama?
Jangan bikin ajaran baru lalu
di atas namakan Islam.
Apakah tidak bertentangan
dengan ayat :
ثُمَّ
جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama)
itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui.. Jatsiyah 18
Syariat itu dari Allah untuk manusia
, bukan pendapat manusia untuk manusia. Dan kebanyakan pendapat manusia – ulama
atau juhala bermodalkan hawa nafsu bila menyalahi dalil. Ingatlah hadis:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي
“Aku tinggalkan 2 perkara jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan sesat setelah aku selamanya ialah Kitab Allah (al-Quran)
dan Sunnahku” (Membedah akar Bid ‘ah, Terjemah Asmuni
Solihan Zamakhsayi. Hal : 194. H.R. Malik).
Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebut qiyas
untuk dibuat pegangan? Lalu kamu mengatakan: Qiyas adalah rukun agama? - tanpa
dalil.
Anda menyatakan
lagi:
Jika di indon tidak ada kurma n gandum karena memang makanan pokoknya beras..Lalu apakah harus impor kurma?
Jika di indon tidak ada kurma n gandum karena memang makanan pokoknya beras..Lalu apakah harus impor kurma?
Komentarku ( Mahrus ali ):
Masak tidak bisa impor , Yg penting itu uang. Ada uang
dan banyak pembeli, insya alloh banyak penjual dan mereka akan berebutan.
Jangan tinggalkan hadis untuk melakukan
sesuatu tanpa dalil dengan argumen murahan , tidak bermutu, buang saja dan
ambil dalil yg bermutu.
Anda menyatakan:
Bagaimana di zaman2 dahulu di mana dunia impor n
transportasi masih terbelakang?
Maka akan sangat menyulitkan..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Mulai dulu, banyak barang – barang dari arab yg di
impor ke Indonesia,lihat
sj di toko – toko Ampel , Sasak dll.
Yang penting itu dibutuhkan masarakat .
Anda menyatakan: Karena itulah ditentukan Illat hukumnya.. Di mana semua hukum itu berporks pada illat.. Gitu lho ustadz..
Anda menyatakan: Karena itulah ditentukan Illat hukumnya.. Di mana semua hukum itu berporks pada illat.. Gitu lho ustadz..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sy dan jamaah sy mengeluarkan
zakat fitrah kurma sejak sepuluh tahun yg lalu bisa, lalu kamu tdk bisa dengan
alasan spt itu. Sangat kerdil sekali anda. Kamu dan orang dulu bila buang dalil
dengan alasan spt itu keliru.
Anda menyatakan:
Yaaa salam...
Ust Mahrus
Ali benar2 menguji kesabaran aa..
Lha kan sudah aa jelaskan di atas.. Dasarnya qiyas atas illat hukum..
Lha kan sudah aa jelaskan di atas.. Dasarnya qiyas atas illat hukum..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Qiyas itu tdk boleh kalau ada
dalil. Masak tdk ngerti hal ini. Sy senyum sj kamu bilang spt itu.
Anda menyatakan:
2. Coba pelajari lagi..
Semua hujum pasti mengandung illat yg padanya
hukum berputar padanya..
Kalau ust. Belajar ushul fiqh.. Ini sebenarnya pelajaran dasar aja..
Kalau ust. Belajar ushul fiqh.. Ini sebenarnya pelajaran dasar aja..
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ini jawaban sy
padamu dulu:
sy males komen dg caramu yg tdk bsa membawakan dalil,
nanti sj akan sya jawab sekalian di status sy. Sy lihat kamu tdk paham usul
fikih. Buktinya nerjemahkan hadis sj keliru waktu dulu , apalagi kitab usul
fikih yg arab lebih sulit , hampir yakin , bahwa kamu salah paham tentang usul
fikih.
Ini kesalahanmu dulu waktu
menerjemahkan hadis, silahkan diklik :
Ada orang bilang:
Mana ushul fikihnya?
Komentarku ( Mahrus ali ):
Biasanya orang yang berkata spt
itu tidak ngerti usul fikih, atau ngerti dan pengertiannya masih kabur. Kalau dia
itu paham benar. Maka dia akan menyatakan:
Perkataan anda yg ini
bertentangan dengan kaidah usul fikih ini , lalu di sebutkan arabnya dan di
terjemahkan dengan benar, bukan terjemahan yg keliru. Kalau perlu sebut
kitabnya. Ini gentle bukan bodoh pura – pura ngerti.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan