Anda
menyatakan :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“إِنَّ الدِّينَ يُسْر، وَلَنْ يَشادَّ الدينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ،
فسَدِّدوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بالغُدْوة وَالرَّوْحَةِ،
وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلَجة” (رواه البخاريُّ وَفِي لَفْظٍ لِلْبُخَارِيِّ
“وَالْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوْا”)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorang pun yang hendak menyusahkan agama (Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah dan manfaatkanlah waktu pagi, sore dan ketika sebagian malam tiba” (HR. Bukhari)
Komentarku
( Mahrus ali ):
Terjemahan
itu ada yg salah. Yg benar sbb:
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorang pun yang
hendak memberatkan agama (Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah,
bersikaplah sederhana , berilah kabar gembira dan manfaatkanlah waktu pagi,
sore dan ketika sebagian malam tiba” (HR. Bukhari
وَقَارِبُوا
وَأَبْشِرُوا،
Anda
terjemahkan :
mendekatlah,
berbahagialah
Yg benar
adalah : bersikaplah sederhana , berilah kabar gembira
Anda
menyatakan:
Berbeda
dengan realita sosial pada zaman kita. Yang mana dimana-mana masjid dan
bangunan itu telah ditegel, dikeramik, atau dikarpet. Maka akan memberatkan
bagi kita jika harus mencari masjid yang dibangun dengan berlantai tanah.
Jikapun ada, maka tidak setiap tempat ada, sedangkan waktu sholat itu terbatas.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Ini malah
membingungkan.Untuk apa cari masjid yg berlantai tanah. Kita bisa menjalankan
shalat dimana – mana. Sy dan jamaah sy bila mendatangi undangan pengajian di
tempat yg jauh, maka sy dan mereka cukup berwudhu di masjid dan mencari
tanah yg bisa digunakan untuk shalat dg
mudah sekali.
Ingatlah
dalil ini:
حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ
فَصَلِّ وَالْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ
Dimana
saja kamu menjumpai waktu salat telah tiba , salatlah dan bumi adalah
tempat sujudmu [2]
Anda
menyatakan lagi:
Maka dari
itu janganlah sesuatu yang luas itu kita persempit. Sesungguhnya agama ini
mudah....
Komentarku
( Mahrus ali ):
Sy ini menjalankan sesuatu yg cocok dg tuntunan, lalu anda
katakan mempersempit.
Sy menjalankan yg mudah
dan cocok dengan tuntunan, lalu anda katakan mempersulit. Ini
namanya tidak paham dengan tuntunan.
Pahamnya pd ilmu kebid`ahan.
Bia jalan kebid`ahan anda katakan
luas , tdk mempersempit.
Anda menyatakan lagi :
Adapun
untuk sholat wajib, khusus untuk hujjah bagi kyai harus kita berikan dengan
hadits :
1. Rasulullah sholat wajib di atas mimbar kayu.
2. Para shahabat yang kepanasan ketika sholat berjamaah hingga melepaskan bajunya untuk alas sholat.
3. Shahabat Ka'ab bin Malik yang melakukan sholat wajib sendirian di atas loteng rumah, karena dia sedang di hajr (diboikot) oleh rasulullah dan para shahabat karena tidak ikut perang tabuk tanpa udzur.
1. Rasulullah sholat wajib di atas mimbar kayu.
2. Para shahabat yang kepanasan ketika sholat berjamaah hingga melepaskan bajunya untuk alas sholat.
3. Shahabat Ka'ab bin Malik yang melakukan sholat wajib sendirian di atas loteng rumah, karena dia sedang di hajr (diboikot) oleh rasulullah dan para shahabat karena tidak ikut perang tabuk tanpa udzur.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Untuk
point satu dan tiga sdh di jawab di atas, maka tdk perlu di terangkan lagi.
Untuk menjawab point ke dua :” Para shahabat
yang kepanasan ketika sholat berjamaah hingga melepaskan bajunya untuk alas
sholat.”.
Dari
perkataan anda sdh tampak kekeliruan. Anda menyatakan para sahabat yg
melepaskan bajunya untuk alas shalat ini
jelas meng ada – ada, bukan memberikan keterangan apa adanya.
Sebab
waktu itu hanya satu orang sj karena panas tanah yg di buat sujud Dan ini
jawaban sy yg lampau sbb:
- حَدِيْثُ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ: كُنَّا نُصَلِّي مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
فِي شِدَّةِ الْحَرِّ، فَإِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ أَحَدُنَا أَنْ يُمَكِّنَ
وَجْهَهُ مِنَ الأَرْضِ بَسَطَ ثَوْبَهُ فَسَجَدَ عَلَيْهِ
360.Anas ibnu
Malik menuturkan: “Kami pernah shalat bersama Nabi saw pada hari yang sangat
panas. Jika seorang di antara kami tidak dapat meletakkan wajahnya di tanah
karena panas, maka ia menggelar kainnya di atas tanah dan ia dapat bersujud di
atasnya.” (Bukhari, 21, kitabul ‘amal fish shalati, 9, bab menggelar kain
ketika shalat untuk sujud).
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Keadaan tanah yang sangat panas, bukan dingin seperti
di masjid yang berkarpet. Panasnya adalah panas padang pasir bukan panasnya
kota Malang Jawa timur. Para sahabat dan
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tetap
menjalankan salat berjamaah di tanah yang sangat panas itu tanpa tikar,
hanya salah seorang di antara mereka
yang menggelar pakaiannya untuk bersujud karena tidak tahan. Sebab, biasanya dia menjalankan salat seperti sahabat yang
lain tanpa kain yang dihamparkan
dimukanya.
Perbuatan satu orang yang menghamparkan bajunya untuk
sujud ini karena tanahnya sangat panas tidak bisa di buat landasan untuk memperbolehkan menggelar karpet di
masjid yang udaranya sederhana , kadang dingin, kadang sangat dingin.
Entah Rasulullah Shallallaihi wa sallam tahu
atau tidak. Buktinya tidak ada keterangan Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam mengetahuinya.
Bila kita berpegangan hadis itu untuk memperbolehkan
karpet di masjid maka sangat keliru. Keadaan di masjid dengan padang pasir yang
sangat panas itu berbeda.
Dalam keadaan
yang udaranya tidak terlalu
panas, tiada satupun sahabat yang berjamaah dengan beliau menggunakan kain
untuk sajadah, sedang kita tiap hari menggunakan karpet untuk shalat.
Bacalah hadis ini untuk renungan lagi:
Khobbab
bin Al arat berkata :
شَكَوْنَا
إلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شِدَّةَ حَرِّ الرَّمْضَاءِ فِي
جِبَاهِنَا . وَأَكُفَّنَا فَلَمْ يَشْكُنَا
Kami mengadu kepada Rasulullah S.A.W.
panas yang sangat di dahi dan tapak tangan kami ,lalu beliau diam saja [1]
Anda menyatakan lagi :
Itu masih
bisa diperdebatkan kyai Mahrus
Ali (baca : debat-able).
Rasulullah itu bukan manusia biasa, beliau mempunyai mu'jizat tahu apa yg terjadi di belakang beliau.
Rasulullah itu bukan manusia biasa, beliau mempunyai mu'jizat tahu apa yg terjadi di belakang beliau.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا وَاللَّهِ مَا يَخْفَى عَلَيَّ رُكُوعُكُمْ وَلَا خُشُوعُكُمْ وَإِنِّي لأَرَاكُمْ وَرَاءَ ظَهْرِي
Telah menceritakan kepada kami Isma’il, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Abu al-Zinad, dari al-A’raj, dari Abu Hurairah RA bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “kalian lihatkah arahku? Demi Allah sekalipun kalian ada di belakangku, tidak ada yang kelihatan. Rukuk kalian kulihat, khusyu’ kalian pun kulihat. Karena aku dapat melihat apa yang ada di belakangku.” (Hadis ini di riwayatkan juga oleh Muslim, hadis no. 643: Ahmad, hadis no. 6901, 7031, 7681, 7907, 8416, 8522, 8571, 9420 dan 10161: Malik, hadis no. 361.)
Komentarku ( Mahrus ali ):
-
Hadis tsb perlu dikaji karena ada kejanggalan sbb.
Hadis dengan redaksi tsb hanya diriwayatkan oleh perawi tunggal .
-
أخرجه مالك
((الموطأ)) ]] 121. و ((الحُمَيدي)) ]] 961 قال: حدَّثنا سفيان. و ((أحمد)) ]]
2/244 (7329) قال: قُرئ على سفيان. وفي 2/303 (8011) قال: قرأتُ على عبد الرحمن:
مالك. وفي 2/365 (8756) قال: حدَّثنا حسين، قال: حدَّثنا سفيان، يعني ابن عيينة.
وفي 2/375 (8864) قال: حدَّثنا إسحاق بن عيسى، حدَّثنا مالك. و ((البُخاري)) ]]
418 قال: حدَّثنا عبد الله ين يوسف، قال: أَخْبَرنا مالك. وفي (741) قال: حدَّثنا
إسماعيل، قال: حدثني مالك. و ((مسلم)) ]] 889 قال: حدَّثنا قتيبة بن سعيد، عن مالك
بن أنس. و ((أبو يَعْلَى)) ]] 6335 قال: حدَّثنا داود بن عمرو الضبي، حدثنا ابن
أبي الزناد. و ((ابن حِبَّان)) ]] 6337 قال: أَخْبَرنا عمر بن سعيد بن سنان، قال:
أَخْبَرنا أحمد بن أبي بكر، عن مالك.
-
ثلاثتهم (مالك،
وسفيان بن عيينة، وابن أبي الزناد) عن أبي الزناد، عن الإعرج، فذكره.
Intinya hadis dg redaksi seperti itu hanya dari Abu
Hurairah ra dari al a`raj dari Abuz
Zinad . Dia adalah tingkat ke lima
dari Yunior Tabiin , wafat pd tahun 130
H. [2]
Jadi
hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengetahui sahabatnya dari
belakang punggung nya waktu rukuk itu di kalangan sahabat tdk di kenal, ganjil
sekali, tidak populer. Bahkan mereka
tidak ada yg tahu hadis itu sampai mati mines Abu Hurairah . Bahkan dimasa
tabin , hadis itu masih ganjil, tidak diketahui, nyeleneh sekali . Mereka tidak paham hadis itu mines al a`raj.
Hadis yg
sedemikian ini dikatakan lemah karena tafarrud, Ya`ni hanya satu orang sj di
kalangan yunior tabiin setelah seratusan tahun hijriyah.Bila dikuti , kita ikut satu orang , bukan dua atau tiga. Kita
ikut sahabat yg banyak yg tdk paham hadis itu sj lebih baik dari pd ikut satu orang. Ber arti Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tdk mengerti dan tdak tahu orang di belakangnya sebagaimana nabi – nabi
yg lain.
Dari segi
redaksi hadis juga terjadi kejanggalan, redaksinya kacau sbb:
-
المسند الجامع (16/
725)
-
(أَتَرَوْنَ قِبْلَتِي
هَاهُنَا؟ فَوَاللهِ مَا يَخْفَى عَلَىَّ خُشُوعُكُمْ وَلاَ رُكُوعُكُمْ، إِنِّي
لأَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي.) "
-
-
1.Adakah
kalian melihat kiblatku disini . Khusyu`
dan rukukmu tidak samar bagiku ( jelas sekali ) . Sesungguhnya aku melihatmu
dari belakang punggungku HR Bukhari 408
dan Muslim 424 .
-
وفي رواية: "
(تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَذِهِ؟ فَمَا يَخْفَى عَلَيَّ رُكُوعُكُمْ وَلاَ
خُشُوعُكُمْ، أَوْ رُكُوعُكُمْ وَلاَ سُجُودُكُمْ.)
-
2. Kalian
melihat kiblatku disini. Rukuk dan khusyu`mu atau rukuk dan sujudmu tidak samar bagiku. Musnad al Humaidi sahih
-
Komentarku
( Mahrus ali ):
-
Dalam redaksi kedua ini tidak menggunakan pertanyaan ( adakah ) , juga tidak pakai
sumpah ( maka demi Allah ) ada tambahan sujudmu tdk samar bagiku . Lantas
kalimat” Sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku” tidak ada.
-
Dari satu
perawi redaksinya kok beda banget. Bukan
beda sedikit.
-
-
".
-
وفي رواية: "
(إِنِّي لأَرَى خُشُوعَكُمْ.) ".
-
Menurut
salah satu riwayat : Sesungguhnya aku tahu
khusyu`mu “.
-
مسند أحمد بن حنبل -
غير مشكول (2/ 244)
-
إسناده صحيح على شرط
الشيخين
-
Sanadnya
sahih menurut sarat perawi Bukhari dan
Muslim dlm dua kitab sahihnya.
وفي رواية: " (هَلْ تَرَوْنَ
قِبْلَتِي هَا هُنَا، فَوَاللهِ مَا يَخْفَى عَلَيَّ رُكُوعُكُمْ وَلاَ
سُجُودُكُمْ، إِنِّي لأَرَاكُمْ وَرَاءَ ظَهْرِي.) "
Adakah kalian melihat kiblatku disini . rukukmu dan sujudmu tidak samar bagiku (
jelas sekali ) . Sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku. HR Bukhari
Komentarku ( Mahrus ali ):
Tiada kata khusyu`mu sebagaimana di riwayat lain.
Disini menggunakan kalimat tanya ( هل dan kalimat itu tdk ada
di riwayat lain. Ia tambahan atau
gantian.
Hadis Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengetahui orang dibelakangnya tdak bisa dibuat pegangan, tidak usah dipercaya, dustakan sj. Anggaplah ia kedustaan . Bila di sahihkan, maka redaksinya kacau. Satu riwayat degan yg lain kacau sekali, tdk saling
mendukung bahkan saling menyalahkan. Kita kembali kpd pakem dlm ilmu musthalah
وَذُو
اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ
اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau
redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tahu hati para sahabat,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tahu mereka husyu` atau tidak.
Pada hal isi hati itu bukan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam yang tahu tp Allah. Bila Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengerti kekhusyu` an
para sahabat dlm shalat dari belakang punggung
beliau, apalagi dari depan atau
ketika para sahabat berada di muka
beliau. Maka akan lebih tahu , lebih paham hati mereka . Hal sedemikian ini bila dipercaya, kita akan
bertentangan dengan al quran – ayat sbb:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ اْلأَعْرَابِ
مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لاَ
تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ
إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ(101)
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ اْلأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لاَ تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ
مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
"Dan
antara orang-orang Arab yang di sekeliling kamu, mereka adalah orang-orang
munafik; dan sebahagian daripada penduduk Kota
menjadi berani dalam kemunafikan. Kamu tidak mengetahui mereka, tetapi Kami
mengetahui mereka, dan Kami akan mengazab mereka dua kali, kemudian mereka
dikembalikan kepada azab yang besar." (9:101) - Tobat 101.
Ternyata dlm ayat tsb di jelaskan bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tdk mengerti orang – orang munafik disekitar
beliau, apalagi mengetahui isi hati mereka.
زهرة التفاسير (7/ 3430)
بعض من حولكم من الأعراب منافقون أتقنوا
النفاق وأجادوه، حتى إنهم ليحسنون إخفاء ما في بطونهم، فلا تعرفهم في لحن القول،
Sebagian
kaum arab di sekitarmu adalah munafik – munafik yg lehai dlm memendam kemunafikannya , mereka pandai
sekali, hingga mereka bisa menyimpan apa yg terdapat dlm perut mereka ( hati
mereka ) . Karena itu , kamu tidak mengetahui
isi perkataan mereka ( daeleknya ).
Zahratut tafasir 3430/7
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tdk
mengerti isi hati kaum munafikin menurut keterangan ayat tobat 101 itu. Pada
hal hadis dari Abu Hurairah tadi menyatakan bahwa beliau mengetahui husu dan
tidak nya hati para sahabat yg menjalankan shalat di belakang beliau. Ini
kontradiksi yang sangat, tidak bisa dipersatukan.
Bila hadis
itu dikatakan sahih, maka ayat ini harus dibuang dan membuang ayat berat
sekali, bisa jadi kufur tdk muslim lagi.
Syaik As suba`I telah merumuskan tanda
kelemahan hadis sampai tujuh belas point.
Yang nomer
sembilan sbb:
9ـ
ألا يخالف القرآن
“Hadis itu
harus tdk bertentangan dengan al quran”
.
Bila hadis
tsb mash disahihkan , maka mana yg kita ambil , al qurannya atau hadisnya.
Mengetahui isi hati itu termasuk salah satu sifat Allah bukan
manusia. Dlm suatu ayat Allah menyatakan:
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا
تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia
mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.
Ghafir 19.
Menurut hadis tsb, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melakukan sujud tahu para sahabat bersujud. Ini tambah aneh.
Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri tahu sahabat di belakangnya
aneh, tapi tambah aneh lagi ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
sujud menghadap ke tanah, lalu tahu para
sahabat sujud seolah pantat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
punya dua mata yg tdk tampak.
Anehnya
lagi hadis tsb malah dibuat pegangan
bolehnya sujud di tikar, kain, karpet atau keramik. Pada hal, ia hadis lemah yg
bertentangan dengan isi al quran.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan