Kamis, Maret 27, 2014

Ayam,bebek dan burung haram - kajianku ke 40




Perkembangan info flu burung dari masa ke masa .


1997:  Flu burung pertama kali melewati "halangan spesies” dari unggas ke manusia. Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
Pada kasus yang terjadi di Hongkong (tahun 1997), diagnosis infeksi virus H5N1 dipastikan dengan ditemukannya virus. Lokasi diisolasinya virus ini ada pada usap tenggorok, cairan yang diisap dari trakea, aspirat saluran hidung tenggorok, dan ada pula virus yang ditemukan dari cairan bronko alveolar yang didapat dengan pemeriksaan bronkoskopi (memasukkan alat ini ke paru pasien).
1968: Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak 1968.
1999: Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang Hongkong dengan menginfeksi dua orang.
Kedua pasien di Hongkong (tahun 1999) menjalani pemeriksaan ELISA (enzyme liknk immuno sorbent assay), cairan saluran hidung tenggorok. Ternyata positif influenza A. Pada kedua kasus ini juga dilakukan kultur pada cairan saluran hidung tenggorok yang menunjukkan positif influenza A (H9N2).

Dalam tahun 1998-1999 dilaporkan beberapa kasus yang terinfeksi H9N2 dari daratan Cina.
20 Mei 2001:
Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor Ayam dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
7 Februari 2002:
Ratusan ribu ekor Ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong. Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor Ayam dihentikan, menyusul merebaknya wabah flu burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar teritorialnya.[1]Begitu besar perhatian pemerintah di Hongkong untuk keselamatan rakyatnya agar mereka bisa hidup selamat dari penyakit dengan tidak menjual belikan unggas itu .
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor ternyata sudah mampu memproduksi vaksin antivirus avian influenza (AI) atau flu burung sejak 2002.

April 2003:       
Virus H5N1 telah menyebabkan hampir 70 orang meninggal di Asia Tenggara sejak wabah mereka di awal tahun 2003.
Penyakit flu burung mewabah di Belanda.
15 April 2003:
Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, akan memeriksa secara ketat semua jenis unggas dan bahan makanan hasil olahan dari unggas yang berasal dari Belanda. Peraturan itu diberlakukan hingga negeri kincir angin itu bebas dari penyakit flu burung. Instruksi itu sendiri dikeluarkan oleh Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes.[2]
Nopember 2003:Tujuh juta ekor Ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta Ayam di Indonesia mati, 40 persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus New Castle. [3]
November  2003 - Thailand melaporkan adanya penyakit kolera Ayam  [4]
Desember 2003:Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan satu korban.
Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan satu korban.
22 Desember 2003:

Denpasar: 228.700 ekor Ayam milik para peternak di Kabupaten Tabanan, Bali akan dimusnahkan secara bertahap selama 1 minggu ini. Upaya itu dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus flu burung yang telah menewaskan 343.051 ekor Ayam sejak Desember 2003 lalu.

Untuk memulai pemusnahan itu, Jum’at (6/2) digelar upacara adat Dhurmanggala di desa banjar (dusun) Bolangan, Desa Babahan, Penebel, Tabanan guna memohon restu Tuhan. Usai upacara, secara simbolis 3.000 ekor Ayam dimusnahkan dengan cara dibakar. Pemusnahan simbolis juga dilakukan di banjar Utu dan banjar Senganan.
Kepala Dinas Peternakan Tabanan I Gusti Putu Suandi mengungkapkan, dengan pemusnahan itu maka jumlah Ayam yang mati akibat virus flu burung di Tabanan mencapai 571.751 ekor. Ayam-Ayam milik 258 peternak di 5 desa itu merupakan 41 persen dari seluruh populasi Ayam milik peternak sehingga jumlah yang tersisa adalah 803.199 ekor. “ Kerugian ditaksir mencapai Rp 17,1 milliar,” katanya.

Pemusnahan dilakukan apabila vaksinasi tidak lagi berfaedah, yaitu jika 50 persen dari total Ayam di sebuah kandang sudah terkena virus flu burung. Menurut Putu Suandi, pihaknya akan terus mengawasi dengan bantuan aparat pemerintahan desa agar pemusnahan benar-benar dilakukan peternak. Sebab, bila tidak tuntas, ia khawatir virus itu akan merebak kembali.

Sementara itu, Bupati Tabanan Adi Wiryatama mengungkapkan, pemusnahan perlu dilakukan agar bantuan pemerintah yang dijanjikan melalui Menko Kesra Yusuf Kalla dapat segera dicairkan. “Karena bantuan itu hanya bisa diambil kalau ada berita acara yang jelas mengenai pemusnahan ini, jadi pemerintah memiliki acuan jelas mengenai jumlah bantuan dan siapa yang berhak menerimanya,” katanya.

Adapun bantuan yang diberikan berupa bibit Ayam serta bantuan makanan selama dua bulan. Bantuan juga hanya diberikan untuk peternak skala kecil yang hanya memiliki Ayam dibawah 5.000 ekor atau yang disebut peternak rakyat.[5]

Adi menyatakan, sebenarnya bantuan itu belum cukup menolong peternak. Sebab, untuk bisa berproduksi sebagai Ayam petelur, seekor Ayam minimal harus berumur sampai lima bulan. “Berarti untuk pemberian makanan, peternak masih harus menanggung sendiri selama 3 bulan sebelum bisa berproduksi,” katanya. Ia berjanji akan mengupayakan adanya subsidi dari pemerintah daerah.

Selain bantuan berupa bibit dan pakan Ayam, pihaknya saat ini sedang mengupayakan bantuan agar kredit para peternak di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) bisa dijadual ulang pembayarannya. Dua bank itu, menurutnya, telah memberikan persetujuan dan saat ini sedang melakukan survei mengenai kemampuan peternak. Pihak bank juga bersedia untuk memberikan keringanan bunga.[6]

Terkait upaya penanggulangan virus flu burung, Kasubdit P2H Departemen Pertanian Agus Heriyanto yang juga hadir dalam acara itu mengatakan, prioritas utama pemerintah adalah vaksinasi. Tapi pemusnahan atau stamp out (SO) juga dilakukan bila kondisinya sudah sangat parah seperti yang terjadi di Tabanan, Bali.

Adapun untuk penyediaan vaksin, menurutnya, dibutuhkan 895 juta dosis untuk mengatasi flu burung di 10 propinsi. Saat ini, pemerintah telah memiliki dan memesan vaksin hingga 1,1 miliar dosis. Yang jadi masalah, DPR RI menghendaki wabah flu burung ini harus sudah tuntas dalam 6 bulan ini. Untuk itu dibutuhkan vaksin sampai 840 juta dosis. Padahal, jumlah yang tersedia hanya 540 juta dosis. “Karenanya, kami akan segera membeli tambahan 300 juta dosis,” katanya. [7]
22 Desember 2003: Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu burung yang pertama di Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat Kota Eumseong. Korea Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird flu) yang tingkat penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan perkembangan penyakit tersebut dan membatasi dampaknya pada industri peternakan. Virus itu, yang dapat mematikan manusia, muncul di antara Ayam-Ayam di kandang peternakan sekitar 80 km (50 mil) tenggara ibukota Seoul. [8]
24 Desember 2003: Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu ekor Ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung. [9]
Menurut Krissantono, pada akhir Desember 2003 lalu Menteri Pertanian Bungaran Saragih meminta dibentuk tim untuk memantau virus flu burung (avian influenza). Tim ini terdiri dari pemerintah (Direktur Kesehatan Hewan), pengusaha peternakan Ayam, perguruan tingi, dan pakar unggas.
Sepanjang 2003:
Tahun 2003, Indonesia juga pernah menolak pemasukan unggas dan produknya dari Jerman dan Belanda dengan alasan yang sama. Jerman dan Belanda sudah dinyatakan bebas oleh OIE (Badan Kesehatan Hewan Dunia)dan saat ini sudah boleh mengekspor ke Indonesia.

Secara spesifik unggas dan produknya yang terkena pelarangan antara lain Ayam, bebek, dan burung puyuh. Produknya antara lain telur dan daging mentah. Namun untuk produk olahan dia belum bisa memberi kejelasan.

Budi juga mengatakan bahwa pihaknya telah menginstruksikan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Karantina Hewan di seluruh Indonesia untuk menjalankan kebijakan ini. Selain itu, Budi juga berjanji akan mengawasi secara ketat masuknya vaksin untuk flu burung dari luar negeri. Namun tentang asal negara vaksin, pihaknya tidak bisa menentukan.  “Itu adalah kewenangan Indofarma yang sudah ditunjuk pemerintah untuk mendatangkan vaksin dari luar,” ujarnya.

Selama bulan Desember Badan Karantina Hewan bekerja sama dengan petugas bea cukai telah menangkal masuknya bahan biologik dari Hong Kong dan Cina di Bandara Soekarno- Hatta. Menurut Budi, walaupun vaksin dari Cina sering membawa virus, tidak ada ketentuan untuk melarang Indofarma mendatangkan vaksin dari Cina. [10]
Flu burung pertama kali di laporkan di Indonesia pada bulan Agustus 2003. Sampai awal Februari 2006, virus ini dilaporkan endemik di 26 propinsi di Indonsia.[11]


Berdasarkan data Consumer Protection, sejak Agustus 2003 hingga Januari 2004 tidak kurang dari 4,7 juta Ayam mati. Dari jumlah itu, sekitar 60 persen atau 2,82 juta mati akibat flu burung atau yang disebut Avian Influenza (AI) subtipe A dan sisanya mati akibat penyakit tetelo (NCDVV).

Rincian kematiannya sebagai berikut, kematian pada bulan Agustus 604 ribu, September 333 ribu, Oktober 574 ribu, November 2,6 juta, dan Desember 556 ribu.

"November ada empat kali lipat Ayam mati. Harusnya pemerintah ambil sikap," kata Irwan. "Meskipun mungkin saat ini belum ada korban jiwa akibat virus flu burung itu." [12]

Sofjan menjelaskan, virus AI pertama kali ditemukan di Indonesia pada 29 Agustus 2003 di Pekalongan, Jawa Tengah. Virus itu kemudian menyebar ke beberapa daerah di Jawa, Lampung, Bali, dan Kalimantan.

Unggas yang mati akibat virus AI tidak hanya jenis Ayam petelur dan potong, tapi juga jenis unggas lain, seperti burung puyuh. "Sebanyak 400 peternak menderita kerugian akibat serangan virus ini," katanya.

Secara statistik, kematian Ayam pada September 2003 mencapai 333 ribu ekor, Oktober 574 ribu ekor, dan puncaknya pada November 2,26 juta ekor. "Pada Desember jumlahnya menurun menjadi 556 ribu ekor."

Pemerintah telah menugaskan Kelompok Kerja Penyidik Penyakit Unggas Nasional (K2P2) untuk melakukan penyelidikan atas mewabahnya virus avian.

K2P2 telah melakukan tugasnya sejak Oktober lalu. Hasilnya, diindikasikan penyebab kematian Ayam adalah penyakit Newcastle Disease (ND), Velogenic Viscerotropic, dan virus lain yang menyertainya.

Untuk menguji virus lain, akhir pekan lalu K2P2 telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah unggas dengan menggunakan antiserum dari Belanda. "Hasilnya, virus yang menyerang unggas adalah virus influenza tipe A atau AI," kata Sofjan.






[1] Dari sini sudah bisa di katakan bahwa ayam dan unggas tidak layak untuk konsumsi  makanan manusia dan tepatlah bila Rasulullah SAW  melarangnya.
[2] Makanan yang dari unggas  juga harus di periksa dengan ketat untuk menyelamatkan rakyat dafri wabah flu burung. Dan agama  juga melarangnya .
[3] Sayangnya pemusnahan ini dengan membakar hewan  hidup dan ini jelas di larang oleh agama.
[4] (AP/AFP/Reuters/di)

[5] Bantuan ini tidak menyelesaikan  masalah , bahkan bibit itu akan menjadi besar dan akan terjangkit virus lagi lalu di bakar lagi. Maka solusi paling tepat menurut syariat melarang ternak ayam sehingga para peternak pindah professi yaitu ternak sapi , ikan atau kambing.
[6] Kami masih menganggap bunga bank haram dan belum menjumpai dalil yang memperkenankannya.
[7] Rofiqi Hasan - Tempo News Room


[8] Karena itu , ayam tidak boleh di ternakkan atau dimakan.
[9] Ini kerugian besar bagi pemiliknya.
[10] Mawar Kusuma - Tempo News Room

[11] Tempo news
[12] Martha Warta - Tempo News Room

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan