Ilustrasi: JAKARTA,
26/11 2012- PERINGATAN ASYURA NASIONAL. Ribuan umat memperingati Hari
Asyura yang jatuh setiap hari ke-10 bulan Muharram di Balai Samudra, Kelapa
Gading, Jakarta
Utara, Senin (26/11). Peringatan tersebut dalam rangka Asyura Nasional yang
berkabung atas kematian Imam Husein bin Ali pada pertempuran Karbala tahun 61 H atau 680 Masehi. FOTO
ANTARA/M Agung Rajasa/ss/ama/12
.
- Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran.
26/11/2012 16:55
Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran.
Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia,
terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua Dewan Syura
Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia
(IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di
Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5
jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang
Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung,
Makassar, dan Jakarta.
Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut;
Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan
taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah
kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang
taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah,
taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir
atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.
Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia
(IJABI), Jalaluddin Rakhmat.
Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib
dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah
dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah
adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah
kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui
pemerintahan Islam selain Syi’ah.
Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah
ada empat unsur pokok ajaran; Pertama, Menampilkan hal yang
berbeda dari apa yang ada dalam hatinya. Kedua,
taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. Ketiga,
taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan. Keempat,
digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan
Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah
Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali,
kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
1. Mengenakan songkok hitam dengan bentuk
tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia,
songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
2. Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat
jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan
salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia
menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak
meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau
wakilnya.
3. Pengikut Syi’ah juga tidak akan
mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin,
tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
4. Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah
karena mereka tidak mengakui shalat lima
waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
5. Mayoritas pengikut Syi’ah selalu
membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang
digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak didekat
orang lain.
6. Jika Anda perhatikan caranya berwudhu
maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal
kaum Muslimin.
7. Anda tidak akan mendapatkan penganut
Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
8. Anda juga akan melihat penganut Syi’ah
banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu
anhum.
9. Mereka juga tidak akan menunjukkan
penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul
Mukminin radhiyallahu anhum.
10.
Pada
bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan
maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa
jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka
bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih
bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah)
11.
Mereka
berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf
dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan
antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
12.
Anda
tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an
kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase),
karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di
tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
13.
Orang
Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari
tersebut.
14.
Mereka
juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di
perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi
keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka
menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;
15.
Orang-orang
Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan
harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia
bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan
ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang
menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah
mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil
meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap
syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut
Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.
Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami
sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi
kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah
dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela
Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah
dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak
ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlus
Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak
memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan
membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang
mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang
dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon
hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua.
Wallahu a’lam.
(Qiblati/ LPPIMakassar/fimadani.com/arrahmah.com)
(nahimunkar.com)
Artikel Terkait
Disaat para kiyai, ulama kita terlena dan sibuk ngurusin masalah yang kecil-kecilan, mereka sudah melakukan kegiatan yang terorganisasi dengan sistem moderen dan apak.
BalasHapuspundi-pundi duitnya juga sdh termobilisai dengan hebat untuk mendukung kegiatan syiah mereka, ya bisa jadi wadah ini bisa dimanfaatkannya?. apakah anda selama ini tahu dng lembaga ini???
Pembina Yayasan (Dompet Dhuafa) :
1. Parni Hadi
2. Houtman Zainal Arifin
3. Haidar Bagir
4. Sutiono Sinanseri
http://www.tanyasyiah.com/2014/05/haidar-bagir-pembina-dompet-dhuafa.html