Mukaddimah; Ternak ikan lele,
biasanya di beri makanan dari daging babi sebagaimana kebiasaan
di luar negri. Kalau di dalam
negri kita ini, biasanya di kasih makanan usus ayam . Mereka yang berdomisili di luar negri bertanya kepada
saya tentang hal itu, lalu saya bikinkan
artikel ini.
Makanan najis atau haram itu untuk
kita yang beriman, bukan untuk orang kafir atau hewan. Untuk kita
dilarang memakannya, Tapi untuk hewan, tiada hukum halal atau haram
baginya, santap saja.
Yang penting bagi kita, daging itu bahaya untuk kesehatan kita atau tidak. Sekalipun hewan itu makan makanan
halal, tapi kalau keracunan dan bahaya
bagi kita, maka tetap di
haramkan untuk kita.
Begitu juga bila hewan di beri
minuman yang najis , maka boleh saja dimakan oleh hewan. Tiada perintah baginya
dari Allah untuk menghindari barang najis dan mendekati atau meminum air
yang suci saja. Saya agak lama menjawab pertanyaan teman fb tentang hukum ikan
lele yang kenyang dengan daging babi, sebab saya harus mengkaji hadis tentang
hewan jallalah yang katanya tidak boleh di makan dagingnya. Ternyata boleh juga
dimakan, dan hadis – hadisnya lemah semuanya. Realita unta jallalah sendiri
, saya belum menjumpainya, belum melihatnya sekalipun saya di Mekkah
tujuh tahun. Saya hanya membaca dari kitab saja dan mendengar dari guru.
Inilah hasil kajianku semoga bermanfaat.
حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
إِسْحَقَ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
نَهَى
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْلِ الْجَلَّالَةِ
وَأَلْبَانِهَا
قَالَ
وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَى الثَّوْرِيُّ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ
مُجَاهِدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلًا
Telah menceritakan kepada kami
Hannad, telah menceritakan kepada kami Abdah dari Muhammad bin Ishaq dari Ibnu
Abu Najih dari Mujahid dari Ibnu Umar ia berkata; "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam melarang untuk memakan al jallalah (hewan yang memakan
kotoran) dan meminum susunya." Hadits semakna diriwayatkan dari Ibnu
Abbas. Berkata Abu 'Isa; Ini merupakan hadits hasan gharib dan Tsauri
meriwayatkan dari Ibnu Abi Nujaih dari Mujahid dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dalam ke adaan mursal ( lemah ). HADIST NO - 1747KITAB
TIRMIDZI . HADIST NO – 3291 /KITAB ABUDAUD
إرواء
الغليل في تخريج أحاديث منار السبيل (8/ 149)
صحيح.
Al bani menyatakan hadis tsb sahih.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Di saat Imam Tirmidzi sendiri menyatakan hadis tsb adalah hasan gharib,
bukan sahih gharib
،وقال الإمام أحمد :"لا تكتبوا هذه
الأحاديث الغرائب فإنها مناكير ، وعامتها عن الضعفاء
".
Imam
Ahmad berkata: Janganlah menulis hadis – hadis
yang gharib ( nyeleneh ) Sesungguhnya ia adalah hadis yang munkar . Dan kebanyakanya adalah lemah.
- كراهية
المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،
Hukum hanya seorang perawi yang meriwayatkan hadis.( tafarrud )
1. Ulama hadis dahulu tidak suka atau benci terhadap riwayat gharib ( nyeleneh )
Ulama hadis dahulu benci terhadap terhadap riwayat – riwayat yang gharib ( nyeleneh ) dan hadis yang di riwayatkan oleh seorang perawi , lalu di anggap sebagai hadis yang terjelek sebagaimana di katakan oleh Imam Malik rahimahullah: Ilmu terjelek adalah yang gharib dan ilmu yang terbaik adalah yang tampak yang di riwayatkan oleh manusia. ( banyak ). 1
التمييز
في تلخيص تخريج أحاديث شرح الوجيز المشهور بـ التلخيص الحبير (6/ 3072)
اختلف
فيه على ابن أبي نجيح؛ فقيل: عنه، عن مجاهد، مرسلا.
Riwayat itu masih hilap, ada yang
mengatakan dari Abi Najih dari Mujahid dalam keadaan mursal. ( Lemah ). Talkhis
al habir 3072/6.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Jadi hadis tentang larangan makan
jallalah ( hewan pemakan kotoran ) itu masih hilap tentang kasahihannya. Ada yang menyatakan mursal – lemah dan ada yang menyatakan hasan Gharib . Dan
yang terahir inipun menurut Imam Tirmidzi saja. Bukhari dan Muslim tidak
memasukkannya hadis tsb dalam kitab
sahihnya. Ia tidak diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Bahkan imam Bukhari
menjawab pertanyaan Tirmidzi bahwa hadis itu adalah lemah karena mursal.
Dalam Sunan Ibn Majah yang di tahkik oleh al arnauth 353/4 di
katakan :
Cacat hadis itu juga karena an`anah
Muhammad bin Ishak dan beliau menyatakan bahwa hadis itu paling tepat adalah
mursal ( lemah )
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis sedemikian ini jelas tidak
bisa di jadikan hujjah untuk melarang makan hewan jallalah atau hewan apa saja
yang makanannya dari kotoran atau benda najis sepert ikan lele yang di kolam
ternakannya diberi makanan daging babi.
-
وأخرجه
أبو داود (3785)، والترمذي في "جامعه" (1928)، وفي "العلل
الكبير" 2/ 773، والطبراني في "الكبير" (13506)، والحاكم 2/ 34،
والبيهقي 9/ 332، وابن عبد البر في "التمهيد" 15/ 182، وابن الجوزي في
"التحقيق" (1974) من طريق محمَّد بن إسحاق، بهذا الإسناد. وسأل الترمذي
البخاريَ عنه في "العلل" فأعله بالمرسل.
-
وأخرجه عبد الرزاق
(8718)، وابن أبي شيبة 8/ 336 من طريق سفيان الثوري، عن ابن أبي نجيح، عن مجاهد
مرسلًا.
-
وأخرجه عبد الرزاق
(8714) عن ابن عيينة، عن إبراهيم بن أبي حرة، عن مجاهد مرسلًا كذلك. وابن أبي حرة
هذا ثقة.
…………………… Intinya Imam Tirmidzi bertanya
kepada Imam Bukhari tentang hadis larangan makan daging jalllalah dan minum air susunya , lalu Imam
Bukhari menjawab: Hadis tsb cacat karena
mursal (lemah ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi tidak bisa berpegangan hadis
tsb untuk mengharamkan makan daging jallalah.
Muhammad bin Ishak sebagai perawi
yang di permasalahkan disini adalah
الطبقة
: 5 : من صغار التابعين
Tingkatan ke lima
dari tabiin Yunior ,
الوفاة
: 150 هـ و يقال بعدها
Wafat pada tahun 150 H , ada yang
mengatakan: “ setelahnya”.
مرتبته
عند ابن حجر : صدوق يدلس ، و رمى بالتشيع و القدر
Peringkatnya menurut Ibn Hajar : Dia
perawi yang suka berkata benar, suka menyelinapkan perawi lemah, tertuduh syi`ah dan qadariyah.
مرتبته
عند الذهبـي : الإمام كان صدوقا من بحور العلم ، و له غرائب فى سعة ما روى تستنكر
، و اختلف فى الاحتجاج به ، و حديثه حسن و قد صححه جماعة
Peringkatnya menurut Dzahabi :
Beliau adalah Imam yang jujur termasuk lautan ilmu, punya riwayat – riwayat
yang nyeleneh ( gharib ) yang kamu
ingkari sekalipun banyak riwayatnya .
Ulama masih hilap tentang bolehnya berhujjah dengannya, hadisnya hasan dan di
sahihkan juga oleh jamaah. Lihat 5725 Mausuah ruwatil hadis.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Tadlisnya Muhammad bin Ishak ini masih merupakan cacat
hadis “ larangan makan hewan yang pemakan
kotoran itu “.Apalagi hadis itu dikatakan gharib oleh Imam Tirmidzi . Ia juga munkar.
التلخيص الحبير ط العلمية (4/ 384)
-
اخْتُلِفَ فِيهِ
عَلَى ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ:
-
فَقِيلَ عَنْهُ عَنْ
مُجَاهِدٍ مُرْسَلًا.
-
وَقِيلَ: عَنْ
مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ.
Ulama masih hilap tentang
riwayat Ibnu Abi Najih. Ada
yang menyatakan : Dari Mujahid secara
mursal dan ada yang menyatakan dari Mujahid dari Ibnu Abbas ( bukan dari Ibnu Umar tadi ).
كشف
الأستار عن زوائد البزار (3/ 327)
2860
- حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
الْمَوْصِلِيُّ، ثنا حَسَّانُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ،
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى
يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ، عَنْ لُحُومِ الْجَلالَةِ، وَأَلْبَانِهَا، وَظُهُورِهَا.
………., dari laits dari Mujahid dari Ibnu Abbas :
Sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam hari pada penaklukan kota
Mekkah melarang daging jallalah , air
susunya dan punggungnya ( tidak boleh di naiki ). Kasyf al astar 327/3
مجمع
الزوائد ومنبع الفوائد (5/ 50)
رَوَاهُ
الْبَزَّارُ، وَفِيهِ لَيْثُ بْنُ أَبِي سُلَيْمٍ، وَهُوَ ثِقَةٌ وَلَكِنَّهُ
مُدَلِّسٌ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ ثِقَاتٌ.
HR Al bazzar , namun dalam
sanadnya terdapat Laits bin Abu Sulaim
yang tsiqah tapi mudallis ( suka
menyelinapkan perawi lemah ) dan perawi
– perawi lainnya terpercaya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi hadis riwayat Ibnu Abbas kali ini lemah karena an
anah perawi bernama laits. Redaksi hadisnya
juga gharib sekali , ada tambahan pada penaklukan kota Mekkah.
ابن
زنيم ، محدث
الكوفة وأحد
علمائها الأعيان على لين في حديثه لنقص حفظه
[ ص: 180 ] قال أحمد بن حنبل : ليث بن أبي سليم مضطرب الحديث ، ولكن حدث عنه الناس . وقال : ما رأيت يحيى بن سعيد أسوأ رأيا في أحد ، منه في ليث ، وابن إسحاق ، وهمام . لا يستطيع أحد أن يراجعه فيهم .
وقال عبد الله بن أحمد : سألت عثمان بن أبي شيبة ، فقال
: سألت جريرا ، عن ليث ، وعطاء بن السائب ، ويزيد بن أبي زياد ، فقال
: كان ليث أكثر تخليطا ، ويزيد
أحسنهم استقامة . قال
عبد الله : فسألت أبي عن هذا ،
فقال : أقول كما قال
جرير .
وقال أبو زرعة ، وغيره : ليث لا يشتغل به ، هو مضطرب الحديث ، لا تقوم به حجة .
وقال أبو زرعة ، وغيره : ليث لا يشتغل به ، هو مضطرب الحديث ، لا تقوم به حجة .
Laits adalah Ibn Zanim – ahli
hadis Kufah dan salah satu tokoh
ulamanya sekalipun hadisnya lemah
karena hapalanya kurang kuat.
Ahmad bin Hambal berkata: Laits bin
Abu Sulaim perawi yang kacau hadisnya tapi orang – orang juga meriwayatkan
hadis dari padanya. Beliau berkata: Aku
tidak melihat Yahya bin Sa`id sangat
buruk penilaiannya kepada seseorang melebihi kepada laits , Ibn Ishak dan Hammam. Tiada seorang pun yang mampu
untuk mencabut pernyataan beliau tentang tiga orang itu.
Abdullah bin Ahmad berkata: Aku
bertanya kepada Usman bin Abi Syaibah
lalu berkata: Aku bertanya kepada Jarir
tentang Laits , Atha` bin As saib dan
Yazid bin Abi Ziyad , lalu beliau menjawab:Laits sering kabur hapalannya. Yazid
paling lurus dan paling baik.
Abdullah berkata: Aku bertanya kepada ayahku
tentang hal ini,beliau menjawab: Aku berkata sebagaimana perkataan Jarir.
Abu Zar ah dan lainnya berkata: Laits tidak perlu dipikirkan , dia adalah
kacau riwayat hadisnya dan tidak bisa di buat hujjah.
تنقيح
التحقيق لابن عبد الهادي (4/ 671)
-
وقال الطبرانيُّ: ثنا
معاذ بن المثنَّى ثنا مسدَّد ثنا يحيى بن سعيد عن ابن جريج قال: حدَّثني أبو
الزبير عن مجاهد عن ابن عمر قال: نهي عن الجلالة (5)
- Dari Abu Zubair dari Mujahid dari Ibn Umar ra berkata: Daging
jallalah dilarang . Lihat Mu`jam
Thabrani 13464.
- Komentarku ( Mahrus ali ):
Atsar itu dari perkataan Ibn Umar bukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Dan
terdapat perawi bernama Abu Zubair
yang mudallis.
مرتبته عند ابن حجر : صدوق إلا أنه يدلس
-
مرتبته عند الذهبـي :
حافظ ثقة ، و كان مدلسا واسع العلم ، قال أبو حاتم : لا يحتج به
Peringkat Abu Zubair menurut Ibn
Hajar : Dia adalah perawi yang jujur hanya saja dia mudallis.
Menurut Dzahabi: Dia hafidh,
terpercaya, mudallis, ilmunya uas . Abu Hatim
berkata : Tidak boleh dibuat hujjah riwayatnya. Lihat Mausuah ruwatil
hadis. 6291
Setahu saya, seumur saya belum
melihat unta makan kotoran, apalagi tahi. Makanan unta itu rerumputan atau daun – daun yang
berada di pepohonan. Saya jumpai di salah satu situs : http://www.startimes.com/f.aspx?t=32969848
وتأكل الإبل النباتات الصحراوية
العشبية الأرضية والشجرية العالية، وتفضل الشجرية وخاصة في موسم
الجفاف حيث أن طول وارتفاع الرقبة يساعدها على أخذ الأغصان الطرية من قمم تلك
الأشجار المرتفعة، كما أن الشفة العليا المشقوقة والمرنة تعينها على التقاط
النباتات الشوكية،
Dan Unta makan tanaman
padang pasir
yang di bawah dan
pepohonan yang tinggi , dan lebih
memilih daun pohon, terutama di
musim kemarau di mana
leher panjang dan tinggi
bisa membantunya mengambil tangkai segar
dari puncak pohon yang tinggi , sebagaimana bibir atas yang
terbelah fleksibel bisa membantunya untuk
mengambil tanaman berduri.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya juga belum menjumpai sapi,
kerbau atau kambing yang makan kotoran, malah makanannya adalah bersih – bersih, bahkan saya dengar
rumput yang dimakannya juga jangan sering di injak – injak orang.
Lalu hewan jallalah yang makan
kotoran, saya belum menjumpainya. Entah kalau ayam dan bebek dimasukkan ke sana. Pada hal ayam dan
bebek jels di haramkan karena termasuk hewan yang bercakar.
Bila hadis jallalah itu di pandang
dari segi redaksinya sbb:
dari Ibnu Umar ia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang untuk memakan al
jallalah (hewan yang memakan kotoran) dan meminum susunya."
dari Ibnu Abbas : Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada
hari penaklukan kota Mekkah melarang
daging jallalah , air susunya dan
punggungnya ( tidak boleh di naiki ).
Komentarku (
Mahrus ali ):
Antara redaksi
hadis riwayat Ibnu Abbas dan Ibnu Umar sangat berbeda, dimana pada redaksi
Ibnu Abbas ada tambahan redaksi dan dan
punggungnya ( tidak boleh di tunggangi ) .Bukan hanya di larang daging
dan susunya, malah punggungnya juga
dilarang untuk dinaiki.
Tambahan ini dari Nabi
shallallahu ‘alaihi
wa sallam atau dari perawi Ibnu
Abbas atau perawi yang lemah itu . Sulit sekali di tentukan mana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang sesungguhnya dan mana yang di palsukan itu. Redaksi
sedemikian ini termasuk kacau belau, tidak singkron , tidak
boleh di buat hujjah.
Kita ikuti saja kaidah dalam musthalah hadis:
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ
مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ
اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Bila di paksa
untuk pegangan hidup, maka pilih yang mana? Lalu realita hewan unta, kerbau atau sapi yang makan kotoran ini saya sendiri belum menjumpainya.
Mengapa naik
punggung jallalah kok dilarang, katanya di hawatirkan keringatnya akan
membasahi pakaian. Saya katakan : Unta sekalipun tidak pernah makan kotoran, maka di perutnya
itu juga penuh dengan tahi yang juga kotor. Tiada tahi dalam perut unta atau
kerbau, sapi yang tidak kotor. Sekalipun ia makan makanan rerumputan. Lihat
saja baunya bila hewan itu kentut.
Kesimpulan:
Cacat hadis riwayat Tirmidzi dalam
masalah jallalah itu juga karena an`anah Muhammad bin Ishak dan beliau
menyatakan bahwa hadis itu paling tepat adalah mursal ( lemah
Bahkan imam Bukhari menjawab
pertanyaan Tirmidzi bahwa hadis itu adalah lemah karena mursal.
Hadis riwayat Ibnu Abbas tentang jallalah kali ini
lemah karena an anah perawi bernama laits. Redaksi hadisnya juga gharib sekali , ada tambahan pada
penaklukan kota
Mekkah.
Untuk atsar Ibnu Umar tidak bisa
dibuat pegangan karena terdapat
perawi bernama Abu Zubair yang mudallis.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan