Sameeh.net – Seminar Daurah Sehari "Syiah Dalam
Timbangan Al-Quran dan As-Sunnah" di Aula DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) 11
Februari 2015, kembali menyadarkan masyarakat akan bahaya dan sesatnya ajaran
Syiah. Hal ini, memang sengaja diadakan karena melihat perkembangan Syiah di
Indonesia semakin memuncak.
“Menurut saya, siapakah orang
kafir yang paling jahat? Yahudi? Nashrani? Bukan!!! Menurut saya orang kafir
yang paling jahat, bejat dan berbahaya adalah Syiah”, komentar seorang pembawa
acara seminar yang tidak kami sebutkan namanya.
Dalam seminar ini juga hadir
Dr. H. Abdul Chair Ramadhan SH, MH, MA, selaku penulis buku “Syiah, Menurut
Sumber Syiah Ancaman Nyata NKRI”. “Saya mengharamkan menyebut Revolusi Iran dengan Revolusi Islam Iran, karena
tidak pantas menyebutkan seperti. Tapi katakanlah Revolusi Iran jangan
menambah Islam di dalamnya.” Tuturnya dalam sambutan yang diberikan panitia
seminar.
Kemudian, sesi selanjutnya
dilanjutkan dengan membahas dan mengkupas tentang Syiah dan kesesatannya. Sesi
pertama dibawakan oleh peneliti Syiah Indonesia Ust. Farid Ahmad Okbah, MA.
Sedangkan sesi kedua dilanjutkan oleh Ust. Anung Al-Hamat Lc, M.Pd.I.
Hakikat Syiah
Ada beberapa point yang disampaikan Ust. Farid
Ahmad Okbah, MA tentang hakikat dan penyimpangan Syiah. Berikut rangkumannya:
- Siapa saja yang meyakini
bahwa kekhalifahan atau imam setelah wafat Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi wa
Sallam adalah imam Ali maka sudah dipastikan bahwa orang tersebut adalah Syiah.
Statement ini juga terdapat dalam buku “Bisakah Sunni Syiah Bergandengan
Tangan” yang ditulis oleh Prof. Dr. Quraiysh Shihab.
- Menurut ulama Syiah bahwa
Syiah adalah ajaran yang dibawa oleh semua Rasul. Mereka meyakini bahwa Nabi
Ibrahim adalah imamnya imam Ali. Sebab keyakinan mereka itu mereka simpulkan
dari Al-Quran yang terdapat dalam surat
As-Shafat: 83.
- Sebab orang menyimpang ada
dua. Pertama, niatnya yang tidak benar dan sebab kedua, buruknya pemahaman.
Kedua sebab ini ada dalam diri-diri orang Syiah. Hal ini dibuktikan dalam
buku-buku karangan mereka.
- Imam terakhir orang Syiah
akan muncul pada hari akhir untuk memberi petunjuk kepada manusia. Ada hal yang menarik
tentang imam terakhir mereka ini. Konon diceritakan bahwa ibunya hamil di pagi
hari dan melahirkan di sore hari. Kemudian lahirnya pun tidak seperti
kebanyakan orang normal. Imam mereka lahir dari paha ibunya. Mereka baranggapan
bahwa imam itu harus suci, sedangkan lahir melalui lubang kotoran adalah najis.
- Syiah meyakini bahwa Al-Quran
yang ada sekarang ini tidak asli, karena ayat-ayatnya tidak lengkap. Mereka
beranggapan bahwa ayat Al-Quran yang sebenarnya adalah 17.000 ayat.
- Imam dalam ajaran Syiah
seperti kedudukan Nabi bahkan melebihi. Mereka mengarang cerita bahwa setiap
rasul atau Nabi yang diberikan ilmu oleh Allah juga diberikan kepada imam
mereka. Bahkan saking pintarnya, imam mereka dapat berbicara dengan semua bahasa
orang di dunia ini tanpa mempelajari bahasa mereka terlebih dahulu.
- Secara spesifik Syiah adalah
ajaran yang berdiri untuk menegakkan kerajaan Parsi kembali. Hal ini dibuktikan
dengan buku-buku mereka yang kebanyakan ditulis oleh orang Parsi, tidak ada
penulis yang mempunyai keturunan orang Arab.
- Pada tahun 2011 jumlah
mahasiswa Indonesia yang
belajar ke Iran
antara 6000-7000 mahasiswa (Ali Machson Musa, Anggota DPR komisi VIII).
Kemudian Ust. Farid Ahmad
Okbah, MA juga menjelaskan sedikit tentang poros penyebaran Syiah di Indonesia.
Poros Jakarta di Islamic Cultural Center (ICC), Poros Pekalongan – Semarang,
Poros Yogyakarta, Poros Bangil dan Pasuruan, dan Poros Bandung.
Sejarah dan Perkembangan
Syiah di Indonesia
Ada beberapa point yang disampaikan Ust. Anung
Al-Hamat Lc, M.Pd.I tentang sejarah dan perkembangan Syiah di Indonesia.
Berikut rangkumannya:
- Revolusi Iran terjadi pada 11
Februari 1979. Pemuda-pemuda tertarik dengan buku-buku yang ditulis MH.
Thabathabai, Murthadha Mutthahari dan Ali Shariati.
- Ditinjau dari perjalanan
sejarah, komunitas Syiah di Indonesia dapat dikatagorikan dalam tiga generasi
utama, yaitu: Generasi pertama, sebelum meletus Revolusi Iran tahun 1979, Syiah sudah ada di Indonesia, baik
Imamiyyah, Zaidiyyah maupun Isma’illiyah. Mereka menyimpan keyakinan itu hanya
untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga yang sangat terbatas. Karena itu,
mereka bersikap sangat ekslusif; tidak atau belum punya semangat misionaris
untuk menyebarkan ajarannya kepada orang lain. Generasi kedua, didominasi oleh
kalangan intelektual, kebanyakan berasal dari perguruan tinggi. Tertarik kepada
Syiah sebagai alternatif pemikiran Islam. Mereka lebih tertarik kepada
pemikiran Syiah dari pada ritus-ritus atau fiqihnya. Dari segi struktur sosial,
generasi ini berasal dari kelompok menengah ke atas, kebanyakan mahasiswa dan
akademisi perguruan tinggi. Dari segi mobilasi, banyak di antara mereka yang
mempunyai akses kepada hubungan Islam Internasional. Dari segi ideologis,
cenderung radikal, lebih mirip dengan (atau padanan dari) kelompok Neo-Marxian.
Generasi ketiga, kelompok ini mulai mempelajari fiqih Syiah, terutama oleh
lulusan Qom di Iran. Bukan lagi sekedar pemikiran, mereka cenderung berkonflik
dengan kelompok lain; bersemangat misionaris yang tinggi dalam menyebarkan
ajaran; dimensi intelektual sangat rendah, karena lebih sibuk pada fiqih;
menganggap Syiah gelombang kedua (pemikiran) itu bukan Syiah yang sebenarnya;
cenderung mempromosikan diri sebagai representasi original tentang pemahaman
Syiah dan atau sebagai pemimpin Syiah di Indonesia.
- Faktor menguatnya Syiah di
Indonesia:
1. Kebodohan umat Islam akan
agama mereka.
2. Kebodohan umat Islam akan
agama Syiah.
3. Strategi Syiah yang
memanfaatkan suasana kelemahan ekonomi umat Islam.
4. Kelalaian tokoh-tokoh Sunni
dalam menanggapi dakwah Syiah.
5. Kesungguhan Syiah yang luar
biasa dalam menyebarluaskan ajaran mereka.
- Ada 5 fase pergerakan Syiah:
1. Masa perintisan dan
pemeliharaan. Akarnya dengan menempatkan para imigran, punya tempat tinggal dan
pekerjaan, membangun relasi dengan orang-orang kaya dan petinggi-petinggi tokoh
yang berpengaruh, dan mempersempit markas-markas orang Sunni. Fase ini sudah
berhasil di Indonesia.
2. Fase penjajakan. Melakukan
kamuflase pada koridor hukum negara sebagai formalitas dan masuk ke dalam
pemerintahan itu sendiri. Fase ini sudah berhasil di Indonesia.
3. Fase take off. Ditandai
dengan hubungan pemerintah dengan Syiah terjalin erat dan sangat baik. Fase ini
juga sudah berhasil di Indonesia.
4. Fase pemetik buah. Tandanya:
akses ke ruang-ruang pemerintah yang sensitif, membeli lahan, bisnis properti,
menghasut rakyat Sunni agar berbenturan dengan pemerintaha. Fase ini berhasil
mereka lakukan di Indonesia.
5. Fase kematangan (puncak).
Dengan ditandai kekacauan dan kemelut yang parah, pemerintah hilang kekuatannya
(unstabilitas). Mereka akan menawarkan pembentukan dewan nasional di bawah
pengaruh mereka sendiri dengan mengajukan diri untuk melakukan pemulihan
stabilitas. Fase ini sedang berjalan.
Keseluruhan fase ditargerkan
selama 50 tahun. Menurut penelitian di lapangan diperkirakan pada tahun 2020
orang-orang Syiah akan melakukan fase terkahir mereka, yaitu fase kematangan
(puncak). Fase terkahir ini dilakukan dengan menumbang negera itu sendiri,
membunuh orang-orang Sunni, menyiksa bahwa merampas nyawa orang-orang Sunni.
Sebagaimana yang terjadi di Suriah,
Iran dan Irak.
Masihkah kita tinggal diam?
Penutup
Ada hal yang menarik dalam seminar kali ini.
Sebuah statemen yang membuat pendengar bertakbir dan membakar semangat pejuang.
“Jika ada satu orang/tokoh Sunni dibunuh, maka minimal lima orang/tokoh Syi’ie harus dilenyapkan”,
tutur Ust. Farid Ahmad Okbah MA yang membuat seluruh ruangan bergema.
Wallahu’alamu bish Shawab.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan