JAKARTA (voa-islam.com) - Bagaimana golongan Syi’ah membuat
negara-negara yang mayoritas penduduknya golongan Sunni seperti kartu ‘domino’,
satu-satu jatuh ke tangan mereka. Golongan Syi’ah berhasil mencapai pengaruh
dengan spektrum politik yang sangat luas.
Lebanon, negara yang mayoritas penduduknya 70 persen
Muslim Sunni, sekarang secara politik berada di tangan golongan
Syi’ah. Tahun l982, Syi’ah di Lebanon masih tergolong minoritas. Sekarang Lebanon sudah
berada di dalam genggaman golongan Syi’ah.
Syi’ah dengan kekuatan milisi Hesbollah sekarang menjadikan Lebanon sebagai
‘stronghold’ (basis utama), dan bahkan menjadi ‘backbone’ (tulangpunggung) bagi
Bashar al-Assad. Tanpa dukungan Hesbollah, pemerintahan Bashar sudah jatuh, dan
tidak dapat bertahan lama.
Hanya dalam waktu dua dekade golongan Syi’ah sudah berhasil menguasai Lebanon.
Golongan Syi’ah di Lebanon dengan kekuatan milisi Hesbollah, sekarang tak ada
kekuatan yang bisa menggoyahkan kekuasaannya atas Lebanon. Angkatan bersenjata Lebanon pun,
tidak dapat berbuat banyak menghadapi milisi Hesbollah. Sehingga,
supremasi kekuasaan golongan Syi’ah di Lebanon benar-benar terjaga.
Di Suriah golongan Syi’ah hanya 17 persen dari populasi seluruh
penduduk Suriah. Tapi golongan Syi’ah berhasil melakukan penetrasi pusat
kekuasaan seperti militer, intelijen, dan kementerian dalam negeri. Ini menjadi
pilar kekuasaan Bashar al-Assad, yang menjadi simbol dari golongan Syi’ah di
Suriah.
Di Irak golongan Syi’ah mendapatkan berkah dengan invasi
Amerika ke Irak, dan menggulingkan Saddam Husien. Ini otomatis kekuasasan
berikutnya jatuh ke tangan golongan Syi’ah. Amerika Serikat hanya menjadi perantara
munculnya rezim baru Syi’ah. Sekarang terjadi kolaboraasi antara golongan
Syi’ah dengan Amerika Serikat di Irak.
Di Bahrain, Kuwait, dan Yaman golongan Syi’ah secara perlahan-lahan
berhasil menguasai kekuasaan. Dengan melakukan penetrasi kepada kekuasaan.
Syi’ah selalu menggunakan taktik doktrin ‘taqiyah’ (berpura-pura), sampai
berhasil membangun kekuasaan, dan kemudian mendepak lawan-lawan politik. Persis
yang terjadi di Yaman.
Semua kebangkitan golongan Syi’ah ini, karena adanya faktor
dukungan negara. Semua perubahan politik yang diancang oleh golongan
Syi’ah di setiap negeri Muslim, tidak terlepas dari dukungan negara induk
Syi’ah, yaitu Iran.
Iran
lah menjadi faktor kunci keberhasilan dan kemenangan setiap golongan
Syi’ah di setiap negeri Muslim.
Di Yaman, golongan Syi’ah Houthi yang sudah berhasil melakukan
kudeta terhadap pemerintah Yaman, tidak terlepas dari negara induk Syi’ah,
yaitu Iran.
Iran
membantu dana dan senjata kepada milisi Syi’ah Houthi. Dengan dukungan dana dan
senjata itu, sekarang golongan Syi’ah menguasai Yaman, yang lebih dari 80
persen penduduknya menganut Sunni.
Sekarang ini ISIS. Bandingkan
dengan golongan Syi’ah. ISIS
sekarang ini menjadi musuh bersama (common enemy). Bukan hanya
negara-negara Barat yang sekuler yang memerangi ISIS, tapi negara-negara yang
menganut Sunni mendukung Barat memerangi ISIS.
Di Bagdad menumpuk ahli-ahli strategi perang, penentu kebijkan
perang, intelijen dari berbagai negara, dan segala jenis senjata sudah
dipersiapkan guna mendukung perang darat (ground battle), yang akan
segera dilancarkan oleh Bagdad ke Mosul, wilayah Irak yang sekarang jatuh ke
tangan ISIS.
Para ahli strategi perang, penentu kebijakan perang, intelijen
dari berbagai negara, berbulan-bulan telah berunding, bertujuan ingin
mengakhiri ISIS. Intinya ISIS tidak mungkin
dapat dikalahkan dengan serangn udara. Harus digelar serangan darat. Menteri
Pertahanan Amerika Chuck Hagel, sudah memberikan laporan kepada komite
Senat Amerika, dan memang harus digelar perang darat.
ISIS
lebih menakutkan bagi kehidupan global. Bukan hanya para penguasa, dan
pusat-pusat kekuasaan global. Bukan hanya Washington, Paris, Berlin, London,
dan Moskow takut terhadap ancaman ISIS, tapi juga Cairo, Dubai, Riyadh, dan
sejumlah negara lainnya.
ISIS yang mendapatkan dukungan secara luas, sesudah mendeklarasikan
Daulah Islamiyah dan Khilafah oleh Abu Bakar al-Bagdadi, kemudian menjadi
ancaman yang sangat menakutkan atas tindakannya dalam perang, terutama
melakukan pemenggalan terhadap para sandera Barat. Terakhir, puncaknya membakar
hidup-hidup pilot Yordania, Mouath al-Kasasbeh.
Sikap ISIS dalam perang yang ‘ghulu’ (berlebihan) dalam perang itu,
kemudian mereduksi simpati dan dukungan Muslim dari berbagai negara, termasuk
negara-negara yang mula-mula netral berubah, dan sekarang ikut dalam perangkap
Barat, memusuhi ISIS. Konflik dengan berbagai kelompok jihadis lainnya,
di Suriah dalam skala besar, melemahkan potensi gerakan jihad yang ingin
mengakhiri rezim Syi’ah Bashar al-Assad.
Sejak beberapa bulan terakhir ini, kemampuan militer ISIS, tidak begitu signifikan dalam memperebutkan wilayah
di Irak dan Suriah. Rencana memperebutkan kota
Bagdad, dialihkan ke Kobane. Kobane pun
jatuh ke tangan milisi Kurdi, Peshmerga. Kobane gagal dikuasai ISIS, dan sekarang jatuh. Ini menjadi simbol, kemunduran
militer ISIS.
Pemerintah Yordan mengklaim wilayah ISIS
berkurang 20 persen. Ini menandakan memang ISIS
menghadapi kesulitan. Serangan udara olah gabungan koalisi Barat dan
Arab, menghancurkan basis posisi yang dikusai oleh ISIS.
Termasuk kota-kota yang sudah dikuasi ISIS di Suriah, perlahan-lahan
jatuh ke tangan pasukan Suriah, seperti sebagia Allepo.
Sekarang Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi sudah keliling ke
berbagai meminta dukungan melakukan perang darat. Ini akan menentukan
nasib ISIS. Bagaimana ISIS akan dapat
mempertahankan Mosul dari serangan darat pasukan gabungan koalisi, yang
terdiri pasukan Irak, milisi Syi’ah dari berbagai negara, Garda Revolusi
Iran, pasukan Amerika dan Barat, mengakhiri ‘pendudukan’ ISIS di Mosul.
Jika Mosul jatuh ke tangan pemerintah Irak, berarti sudah tamat ISIS, dan ini akan semakin dalam pengaruh terhadap
negeri-negeri Muslim Sunni. Syi’ah akan menjadi supremasi kekuatan global
dan bertemu dengan Barat. Kompromi negosiasi tentang nuklir Iran dengan
fihak Barat ini sudah menjadi sinyal penting, terjadi kolaborasi
antara Barat dan golongan Syi’ah.
Basgaimana negeri-negeri Sunni menghadapi skenario yang
sangat buruk ini? Ini hanya faktor akibat, karena selama ini negeri-negeri
Sunni, sudah masuk jebakan politik dan ideologi kafir musyrik (Yahudi dan
Nasrani), yang menggunakan tangan Amerika dan Eropa. Kekuatan militer
negeri-negeri Sunni hanya menjadi bagian kepenetingan global Barat.
Bandingkan dengan golongan Syii’ah kekuasaan dan kekuatan militer,
termasuk kelompok-kelompok milisi disetiap negara diabdikan bagi ideologi
Syi’ah. Dalam dekade mendatang, pasti kita akan melihat jatuhnya
kekuasaan negeri-negeri Muslim ke tangan golongan Syi’ah.
Golongan Syi’ah, ketika masih minoritas mereka menggunakan doktrin
‘taqiyah’, dan menyusup ke pusat-pusat kekuasaan. Sebaliknya, golongan Syi’ah
bila sudah mapan dan memiliki dukungan militer (milisi), pasti akan menggunakan
kekuatannya menggulingkan kekuasaan golongan Sunni, seperti di Lebanon, Yaman,
dan sejumlah negara lainnya.
Golongan Syi’ah sekarang ikut berkampanye melawan golongan Sunni
dengan menunggangi isu ‘terorisme’, yang sekarang gaungnya secara global, dan
membuat para apenguasa Sunni, menggigil ketakutan. Semua itu hanalah manipulasi
yang sedang dibangun, tujuannya menghancurkan kekuatan golongan Sunni yang
bangkit melawan penjajahan Barat. Wallahu’alam.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dengan jumlah yang sedikit bukan
mayoritas, Syi`ah mampu mengkudeta rezim Yaman, bahkan di Lebanon jumlah
sunni 70 persen, kalah dengan Syi`ah. Di Suriah, Syi`ah hanya 17 persen
mampu menguasainya. Yaman sunninya 80 persen telah jatuh ke tangan Syi`ah. Rasanya
tidak mustahil bila Indonesia
ini juga akan jatuh ke tangan Syi`ah sebagaimana negara – negara tsb. Karena
itu, harus ada gerakan di segala bidang untuk menghalau perkembangan Syi`ah.
Bila Syi`ah berkuasa, maka kaum sunni akan mengalami nasib penganiayaan
sangat keji seperti di Irak. Sebetulnya kekuatan yang jelas mampu mengalahkan
Syi`ah di Irak adalah ISIS yang sunni. Tapi
sayang negara - negara sunni malah memerangi ISIS
karena ikut kemauan Yahudi Amirika.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan