Kamis, 9 Jumadil Awwal 1436 H / 28 Februari 2015
Setelah Dua Tahun Bertarung Melawan Kanker Ganas, Ummu Fatimah Tutup Usia
JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Innalillahi
wa inna ilahi raji’un! Setelah dua tahun lebih berjuang melawan
penyakit kanker mulut ganas, akhirnya Ummu Fatimah menyerah kepada
takdir. Ibu muda bernama asli Inggita Marini itu menghembuskan nafasnya
yang terakhir pada Sabtu pagi (14/2/2015) di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat.
Pukul 07.19 WIB, ia menghadap Rabbnya usai sedekah, memohon maaf dan ditalqin dua kalimat syahadat.
Berakhir sudah perjuangan menahan rasa
sakit yang tiada tara selama 24 bulan di pembaringan. Semoga segala
keikhlasan dan kesabaran menerima ujian penyakit kanker mulut
bertahun-tahun itu menggugurkan dosanya. Dan segala amal shalih kaum
muslimin yang membantu meringankan beban Ummu Fatimah dicatat sebagai
amal shalih yang menjadi pemberat timbangan kebaikan di Yaumil Mizan.
Prita Rozanna, kakak kandung Ummu
Fatimah yang selama ini bersabar merawat di rumah sakit, menceritakan
detik-detik terakhir kepergian adiknya. Sabtu dinihari pukul 3.49 WIB
hari ia dibangunkan adiknya. Dia merasa seperti tercekek. Setelah
diperiksa ternyata ada kapas menutupi lubang pernafasannya. Setelah alat
pernafasannya dibetulkan, Ummu Fatimah meminta maaf kepada kakaknya.
“Maafin Gita ya mbak, Mbak jangan kemana-mana,” ujar Ummu Fatimah seperti ditirukan Prita, kakaknya.
Prita pun menenangkan adiknya supaya
tetap tenang. Hari menjelang subuh, ia tidak tidur lagi, sambil menunggu
dokter dan perawat yang biasa keliling menjelang subuh.
Prita tidak menyangka kalau ucapan minta
maaf itu adalah pernyataan terakhir sekaligus ungkapan pamit pisah Ummu
Fatimah menjelang sakaratul maut.
Sesaat kemudian Ummu Fatimah tidur
sebentar, tapi terbangun lagi sambil menunjuk-nunjuk lehernya. Ia pun
minta dimasukkan kanol padahal kondisinya makin memburuk, nafasnya makin
sulit dan mulai seperti orang kejang.
Dalam kondisi panik, ia memanggil
berteriak dokter dan perawat. Setelah dokter dan perawat piket datang,
tak henti-hentinya ia berusaha menuntun Ummu Fatimah dengan dua kalimat
syahadat.
“Datang beberapa dokter dan perawat, waktu itu langsung saya peluk kepalanya, saya usap dadanya, saya tuntun ucapan laa ilaaha illallah. Lalu
sekitar 10 menit kemudian dokter bilang, ‘Bu sudah Bu, Gita sudah tidak
ada nyawanya, sudah dipanggil Allah,” kenang Prita kepada Relawan IDC
saat bertakziyah, Senin (16/2/2015).
JENAZAH TAK MENGELUARKAN BAU BUSUK
Saat merawat Ummu Fatimah di rumah
sakit, Prita banyak mengalami suka dan duka. Namun pengalaman
detik-detik terakhirnya ia menemukan keajaiban pada jenazah adiknya.
Selama dua tahu ia bersabar merawat Ummu
Fatimah dari mulai menggantikan pampers, hingga mengganti perban
penutup luka, meskipun bau busuk begitu menyengat. Bahu itu sangat
menyengat karena organ yang terserang kanker sudah membusuk dan
mengeluarkan belatung. Melihat kondisinya saja kita tidak tega, apalagi
jika membayangkan betapa dahsyat penderitaan Ummu Fatimah.
Saking busuknya, Ummu Fatimah sempat ditolak di kamar RSCM, karena pasien lain merasa terganggu dengan baunya.
Namun subhanallah, justru ketika
meninggal dunia, bau busuk kanker Ummu Fatimah itu hilang sama sekali,
dan luka daging membusuk itu tidak meneteskan cairan sama sekali.
Keajaiban itu disaksikan pula oleh para petugas yang memandikan jenazah
Ummu Fatimah.
“Waktu dimandikan, perawat yang bertugas
memandikan nanya, “Ibu cium bau sesuatu?” Saya tidak merasa mencium bau
apapun. Lalu waktu itu pas selesai dimandikan saya mendekat dan
langsung saya cium. Subhanallah!! Memang tidak ada yang namanya bau,”
kenang Prita.
Karena bau busuknya hilang sama sekali, maka obat-obatan penghilang bau busuk yang disiapkan pihak keluarga pun tidak terpakai.
“Dibawa pulang dengan ambulan, di rumah
itu sudah disiapkan bubuk kopi, kapur barus yang sudah dihaluskan, lalu
arang untuk menghilangkan bau. Ternyata semua itu tidak terpakai. Dan
satu hal lagi, tidak ada satu cairan pun yang menetes setelah
dimandikan,” imbuhnya.
Selain itu, wajah Ummu Fatimah saat
meninggal dunia nampak putih bersih. Keluarga pun berharap, semoga Ummu
Fatimah husnul khatimah.
“Sampai di rumah itu adik-adik saya
nangis, lihat wajah Gita yang putih sekali, tidak ada bau sama sekali.
Ya Allah, mudah-mudahan dengan penderitaannya selama ini, mudah-mudahan
Allah ampuni Gita, Gita husnul khatimah,” ungkapnya.
MIE INSTAN SALAH SATU PENYEBAB KANKER MULUT
Di tengah suasana duka yang mendalam,
Prita menitipkan nasihat yang didapatnya dari dokter. Suatu hari salah
seorang dokter yang menangani kanker mulut Ummu Fatimah, mengungkapkan
empat hal pemicu kanker yang harus dihindari, di antaranya terlalu
banyak mengonsumsi mie instan.
“Kata dokter, kalau mau konsumsi mie
instan itu usahakan sejarang mungkin, paling banter seminggu sekali aja.
Katanya di mie instan itu ada lilin untuk pengawet ditambah dengan
kimia lain. Waktu itu saya ingat, Gita memang dulu orang yang gemar
makan mie instan. Satu hari itu bisa 8 bungkus, bahkan kalau
anak-anaknya, saudaranya makan mie tidak habis, dia yang menghabiskan
sisanya itu,” paparnya.
Prita menitipkan pesan itu kepada
Relawan IDC sebagai kepedulian kepada orang lain, agar penyakit kanker
mulut yang diderita adiknya, tidak terjadi pada yang lainnya.
SEDEKAH HINGGA AKHIR HAYAT
Satu-satunya kesan paling mengharukan
yang dialami ibu Prita adalah spirit sedekah Ummu Fatimah. Di tengah
kesibukan menjaga adiknya di rumah sakit, Prita mendapat musibah
kemalingan. Rumahnya yang berada di Jonggol, Jawa Barat dibobol maling.
Seluruh harta, barang berharga dan surat-surat penting miliknya raib
digasak maling.
Meski mendapat musibah berat, Prita
tetap bersabar dan berusaha untuk tegar di hadapan adik tercintanya yang
sedang sakit. Mengetahui musibah tersebut, Ummu Fatimah yang tengah
terbaring menderita kanker ganas, memberikan sedekah sejumlah uang hasil
sumbangan yang dimilikinya. Subhanallah, sungguh luar biasa
ketulusannya.
“Waktu itu ada musibah, rumah saya
kemalingan, barang-barang saya habis dicuri. Saya tetap berusaha tabah
di depan Gita, meskipun dia tahu kalau saya ada musibah. Nah, di tengah
sakitnya itu, dia malah mau nyumbang buat saya dari uang sumbangan untuk
dia berobat. Saya makin sedih, padahal kondisi dia yang lebih
membutuhkan, tapi dia bersikeras untuk membantu saya,” ungkapnya sambil
terisak tangis.
Kejadian tersebut tak akan pernah
dilupakan Ibu Prita, dua kakak beradik yang saling mencintai satu sama
lain dan ingin saling membantu.
Selain itu, pihak keluarga besar Ummu
Fatimah juga mengucapkan rasa syukur kepada Allah dan terima kasih yang
tak terhingga kepada para muhsinin yang selama ini membantu pengobatan
melalui Infaq Dakwah Center (IDC).
RUQYAH TERAKHIR MENYONGSONG TAKDIR TERBAIK
Mencermati perkembangan kondisi Ummu
Fatimah yang makin memprihatinkan, dalam rapat rutin IDC (6/2/2015)
Direktur IDC mengusulkan penambahan jadwal kunjungan. Maka disepakati
agar kunjungan, terapi ruqyah dan pemantapan aqidah ditingkatkan jadi
sepekan dua kali. Ruqyah dan pendampingan dimaksudkan agar Ummu Fatimah
senantiasa sabar, pasrah, mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah.
Kamis siang (12/2/2015), Tim Ruqyah
menjalankan tugasnya, disaksikan oleh para pembesuk pasien lain yang
satu ruangan dengan Ummu Fatimah. Dalam suasana hening, Tim Ruqyah IDC
mengawali dengan tausiyah kepada keluarga Ummu Fatimah dan semua yang
hadir agar tidak menerka sesuatu yang belum pasti. Karena Allah Ta’ala
melarang mengharapkan kematian ketika ditimpa kesakitan yang luar biasa.
Separah apapun penyakit yang diderita, dia tidak diperbolehkan untuk
mengharapkan kematian.
Rasulullah SAW pernah menegur ‘Abbas,
paman Rasulullah SAW saat mengeluh kesakitan sampai mengharapkan
kematian. Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai pamanku, janganlah engkau
mengharapkan kematian. Karena sesungguhnya, jika engkau seorang yang
baik lalu diberi usia yang panjang, engkau bisa menambah kebaikanmu, dan
itu lebih baik. Adapun jika engkau seorang yang banyak berbuat buruk
lalu diberi tenggang usia, kemudian engkau berhenti dari perbuatan buruk
tersebut dan bertobat, maka yang demikian itu lebih baik. Karena itu
janganlah engkau mengharapkan kematian” (HR Ahmad).
Lalu Ustadz Zidan mengajak berdoa kepada
Allah untuk memberikan keputusan terbaik-Nya. Bila Allah mengizinkan
sembuh maka berikanlah kesembuhan terbaik, dan bila tidak mengizinkan
sembuh maka berikan keputusan yang terbaik kepada Ummu Fatimah.
Sesuai petunjuk Rasulullah SAW dalam sebuah hadits shahih, Ustadz Zidan mengajarkan sebuah doa:
“Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup ini lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku.”
Ternyata firasat Direktur IDC benar, rupanya terapi ruqyah siang itu adalah perjumpaan terakhir Relawan IDC dengan Ummu Fatimah.
TERIMA KASIH DONATUR IDC
Keluarga besar Ummu Fatimah berterima
kasih atas support, doa dan donasi kaum Muslimin yang telah membantu
pengobatan Ummu Fatimah selama di rumah sakit.
“Jujur waktu itu, kita sudah sampai mau
jual rumah, jual mobil untuk biaya berobat Gita. Saya hanya bisa
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga pada semua yang sudah
membantu adik saya Inggita, baik itu berupa doa, berupa uang, semoga
Allah membalas dengan kebaikan,” ujar Prita.
Usai bertakziyah di rumah duka, Jalan
Paus Raya, Jati Bening, Bekasi, relawan IDC melanjutkan ziarah ke makam
Ummu Fatimah. Di TPU Tanah Merah, Jakarta Timur, Blok AAI Petak 0186,
Blad 047, makam Ummu Fatimah ditumpuk dengan makam ibundanya, almarhumah
Rooswen binti Sutan Midin.
Semoga seluruh donatur IDC yang telah
berinfaq untuk membantu pengobatan Ummu Fatimah diluaskan rezeki,
dipanjangkan umur yang berkah dan bahagia, menjadi amal shalih,
mendatangkan pertolongan Allah dan dibalas dengan surga Firdaus. Aamiin.
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan
seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada
hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda
kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim). [TIM]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan