Penulis: Umar Syarifudin
(Lajnah siyasiyah Hizbut
Tahrir Indonesia Kota Kediri)
Rezim Assad sebagai boneka Amerika, sepanjang
sejarahnya selalu melakukan kekerasan kepada Muslim Sunni.
Mayat-mayat perempuan dan anak berserakan
menjadi korban keganasan. Segala senjata digunakan oleh rezim Assad. Pasukan
Bashar al-Assad telah menculik anak-anak para aktivis, dan kemudian menembak
kepalanya, dan mayatnya dibuang di jalan-jalan.
Sebuah laporan dari berbagai wartawan dan
lembaga HAM yang mengunjungi Suriah, menuturkan kisah-kisah yang sangat
mengerikan. Bahkan ada anak-anak, bukan hanya ditembak kepalanya, tetapi
tubuhnya disayat-sayat dengat pisau.
Seorang anak yang sebelumnya diculik, kemudian
dipotong-potong, dimasukan ke dalam plastik, kemudian dibuang di depan
rumahnya. Semuanya itu merupakan teror yang dijalankan militer rezim Bashar
al-Assad.
Ratusan perempuan tewas, yang sebelumnya
diperkosa oleh pasukan yang setia kepada Bashar al-Assad.
Ratusan perempuan tewas, yang sebelumnya
diperkosa oleh pasukan yang setia kepada Bashar al-Assad. Mayatnya dibuang
dipinggir-pinggir jalan. Aksi kekejaman dan kejahatan rezim Bashar al-Assad,
masih terus berlanjut, dan tidak lagi mengindahkan seruan dunia internasional.
Lagi dan lagi. Serangan Angkatan Udara Suriah
menggempur area yang dikontrol oposisi di luar Damaskus, menewaskan minimal 82
orang termasuk anak-anak. Serangan ini merupakan serangan udara paling
mematikan sejak 25 November 2014.
Selain korban tewas, puluhan korban luka-luka
dalam serangan tersebut. Fotografer AFP melaporkan, ia melihat warga sipil
dilarikan ke klinik-klinik sementara. Jumlah mereka membludak tidak sebanding
dengan jumlah tenaga medis dan dokter. Beberapa korban luka terpaksa dirawat di
lantai. (Harian Kompas, 7/2/2015) Beberapa kota yang menjadi pusat perlawanan dihentikan
pasokan listrik, air dan makanannya. Rakyat pun hidup dalam kesulitan yang
sangat.
Wilayah-wilayah perlawanan dibombardir
termasuk dengan menembakkan misil. Lebih dari 70 ribu orang telah terbunuh,
lebih dari 1 juta hidup di luar Suriah, di kamp pengungsian yang kondisinya
menyedihkan. Kelompok pemantau yang berbasis di Inggris itu mencatat serangan
udara rezim Suriah diluncurkan lebih dari 60 kali.
Serangan rezim Suriah terjadi setelah
kelompok pemberontak di Ghouta Timur menembakkan rentetan 120 mortir dan roket
ke Damaskus. Serangan itu, seperti dilansir Al Arabiya, juga menewaskan 10
orang, termasuk di dalamnya anak-anak. (Sindonews.com, 6/2/2015)
Menurut PBB, sejak meletus pada 2011, perang
di Suriah telah menewaskan 200.000 orang. Sejak pertengahan 2012, rezim Assad
kerap melancarkan serangan udara di area tersebut dan wilayah-wilayah lain yang
dikontrol oposisi.
Jika pada awal konflik Suriah, seseorang
mengatakan bahwa Barat sedang membantu dan bersekongkol dengan Assad, sangat
sedikit orang yang akan percaya. Sekarang, tiga puluh bulan kemudian menjadi
jelas, bahwa Amerika dan sekutu-sekutu baratnya tidak hanya mendukung
pemerintahan tirani Assad, namun sangat berharap atas kepentingan mereka
sendiri, bahwa Assad akan menang dalam konflik berkepanjangan melawan
pihak oposisi.
Jagal Bashar ingin mengirim pesan politik
yang mengatakan ia kuat dan mampu membunuh bangsanya, karena itu perintahnya
harus didengarkan. Amerika dan Rusia datang untuk menyempurnakan skenario,
ditunjang dengan media massa
pembebek dengan mengingkari fakta politik dan fakta lapangan, melecehkan nalar
publik, dan berbohong. Amerika Serikat harus mengulur waktu, saat ini kesulitan
untuk mencari pengganti Asad yang bisa dikontrol oleh Barat.
Pada awalnya AS membentuk Dewan Nasional
Suriah (SNC), namun tidak mendapatkan hati di masyarakat. Mereka pun membentuk
boneka baru The Syrian National Coalition (Koliasi Nasional Suriah) di bawah
pimpinan Muadz al Khatib. Itupun telah gagal mendapatkan dukungan penuh dari
rakyat. Hal yang sangat ditakuti oleh Barat.
Seperti yang dikatakan oleh politisi senior
dan berpangaruh Amerika Henry Kissinger. Menurutnya, yang mendorong Amerika
tetap mendukung Asad adalah ketakutan akan adanya sebuah negara yang
tersentralisasi yang akan menarik daerah sekitarnya. Senada dengan itu, Menlu
Rusia Sergei Labrov juga menyatakan hal yang sama.
Ia menegaskan kalau konfrontasi Suriah
melebar, negara tetangga Suriah seperti Yordania dan Libanon akan hilang dari
peta dunia. Seperti bapaknya, Asad menerapkan politik bumi hangus, “al-Asad au
nahriqu al-bilad”
Ia menegaskan kalau konfrontasi Suriah
melebar, negara tetangga Suriah seperti Yordania dan Libanon akan hilang dari
peta dunia. Seperti bapaknya, Asad menerapkan politik bumi hangus, “al-Asad au
nahriqu al-bilad” (mendukung Asad atau kami bumihanguskan negeri ini) .
Dia mengira, kekejamannya akan menghentikan
perlawanan rakyat Suriah. Ternyata tidak. Rakyat Suriah yang mewarisi
keberanian, keteguhan, dan kesabaran pahlawan-pahlawan Islam seperti Khalid bin
Walid yang dikubur di tanah as Syam, melakukan perlawanan yang luar biasa.
Para mujahidin Suriah,
terinspirasi dengan kata-kata mulia pahlawan Islam Khalid bin Walid
sebagaimana yang terdapat dalam kitab al Ishabah karya al Asqalani, yang
dipatri pusat Kota Homs : “Aku mencari kematian, dengan kemungkinan itu bisa
didapat, tetapi aku belum ditakdirkan, kecuali mati di atas tempat tidurku.
Tidak ada satu perbuatan yang paling aku harapkan, setelah kalimah lailaha
illa-llah, ketimbang suatu malam di mana aku bermalam dengan memakai perisai,
di bawah cahaya bulan di langit dan guyuran hujan hingga Subuh, sampai kami
menyerang (dan mengalahkan) kaum kafir.”
Memang apa yang termasyhur di Suriah saat ini
tidak lain dari sebuah konflik yang telah tampak di muka dunia sebagai sebuah
perang yang dilancarkan terhadap Muslim yang memiliki persenjataan seadanya.
Dan setelah tiga tahun melancarkan pertempuran sengit, Amerika dan sekutunya
telah gagal untuk menghancurkan kekuatan para pejuang Islam.
Sebaliknya, para pemimpin Barat dengan cepat
mengakui bahwa Suriah telah mengalami jalan buntu. Ini adalah kenyataan yang
sangat menggembirakan umat Islam dan menghilangkan stereotip yang menggambarkan
bahwa kaum Muslim terlalu lemah untuk melawan Amerika.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Seluruh gerakan yang mengatasnamakan Islam
akan mendapat perlawanan yang sangat, mulai dari angkat senjata, sampai di
perang media. Gerakan yang akan
merobohkan Islam selalu mendapat dukungan dari kalangan Yahudi, Syi`ah bahkan dari kalangan kaum muslimin yang sudah hidup di belakang
thaghut untuk sujud ke thaghutnya dan mengenyampingkan ajaran Allah.
Kaum muslimin yang tidak ikut jihad, diam
saja dirumah, malah jengkel dengan muslimin jihadis akan mendapat suport dan
dukungan dari kalangan munafikin dan rezim thaghut setempat. Untuk kalangan
jihadis bukan kalangan murji`ah yang mendukung
kepada Thagut ingatlah firmanNya:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ
وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ
Hai
Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap
keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah
seburuk-buruk tempat kembali. (,Attahrim 9
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan