Dahulu
saya menyatakan pahala sedekah akan bisa sampai kepada mayat bila memang di
niati untuk dikirimkan ke sana.
Karena saya belum mengkaji tentang
states hadis – hadis sedekah. Saya dulu menganggap bahwa orang yang
tidak percaya pahala sedekah sampai kepada mayat,saya anggap orong dungu, tidak
pernah belajar di pondok pesantren, sekolah ma`had diiniyah atau tidak pernah
mendengar penjelasan dari guru atau
kiyai di Langgar atau di masjid. Jadi
orang yang menyatakan pahala sedekah bisa sampai kepada mayat ini memang sudah merata baik kalangan pelajar agama atau guru atau kiyainya.
Saya dulu janggal bila ada santri saya yang menyatakan bahwa
A Hasan Bangil menyatakan pahala
sedekah tidak sampai kepada mayat. Sebab
saya tahu hadisnya persis bahwa pahala
sedekah itu sampai yaitu ada
sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW bahwa ibunya meninggal dunia
apakah bermanfaat padanya bila
dia bersedekah lalu Rasulullah SAW menjawab : Ya. Hadisnya sbb :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ
سَعْدًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي
مَاتَتْ وَلَمْ تُوصِ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Sa`ad
bertanya kepada Nabi SAW, sesungguhnya
ibuku mati dan tidak berwasiat, bolehkah
aku bersedekah untuknya.
Nabi
SAW menjawab : Ya. HR
Nasai.
أَنْبَأَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهُوَ غَائِبٌ عَنْهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ
تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِيَ
الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
Ibnu Abbas ra berkata : Sesungguhnya Sa`ad
bin Ubadah ra menyatakan bahwa ibunya meninggal
dunia dan dia waktu itu pergi,
lalu berkata : Wahai Rasulullah !
Sesungguhnya ibuku meninggal dunia dan
aku tidak ada, apakah ada manfaatnya
bila aku bersedekah untuknya.
Rasulullah SAW menjawab : Ya,
sesungguhnya aku mempersaksikan
kepadamu bahwa kebonku sedakah untuknya. [1][1]
Karena
hadis tsb diriwayatkan oleh amirul mukminin di bidang hadis, maka saya
acc saja, salut saja, norok bontek. Bila keliru, saya tidak ada urusan dan itu bukan urusan saya
karena saya tidak mampu untuk mengeritiknya.
Saya belum tahu bahwa Syekh Muqbil Al wadi`I
– murid Al albani pernah bilang :
وَاْلإِمَامُ
الدَّارُقُطْنِي –رَحِمَهُ الله- قَدْ أَجْهَدَ نَفْسَهُ فِي التَّتَبُّعِ لِمَا
أَخْطَأَ فِيْهِ الشَّيْخَانِ، فَمَا بَلَغَ الْخَطَأُ إِلاَّ نَحْوَ مِائَتَي
حَدِيْثٍ،
Imam Daroquthni sendiri, telah menguras
tenaganya untuk mengeritik kesalahan
dalam sahih Bukhori dan Muslim. Tapi kesalahan yang di jumpai tidak sampai dua ratus hadis.
فَقاَلَ ابْنُ الصَّلاَحِ
فِي "الْمُصْطَلَحِ": إِنَّ أَحَادِيْثَ "الصَّحِيْحَيْنِ"
تُفِيْدُ اْلعِلْمَ الْيَقِيْنِي النَّظَرِي إِلاَّ أَحَادِيْثَ يَسِيْرَةً
اِنْتَقَدَهَا الْحُفَّاظُ كَالدَّارَقُطْنِي وَغَيْرِهِ. فَهُمْ يَعْتَبِرُوْنَ
اِنْتِقَادَاتِهِ –رحمه الله-.
Ibnus Sholah berkata dalam Al mustholah :
Sesungguhnya hadis – hadis dalam sahih Bukhori dan Muslim bisa memberikan
manfaat ilmu yakin nadhori kecuali beberapa hadis sedikit yang di keritik oleh
para hafidh seperti Imam Daroquthni dll.
Para ulama ` juga menganggap baik atas
keritikannya rahimahullah. [2][2]
Begitu
banyak sekitar dua ratusan hadis yang di nyatakan lemah
oleh Imam Daroquthni dan para ulama
juga membenarkan hal itu. Ya`ni Imam
Daroquthni juga tidak di salahkan. Ini suatu gambaran yang menarik untuk
menunjukkan kesalahan agar bisa di manfaatkan dan orang tidak lagi mengikuti
kesalahan. Karena itu pula
saya menjumpai keganjalan dalam masalah hadis sedekah bisa bermanfaat pada mayat atau pahalanya sampai pada mayat. Hadis yang
saya cantumkan di atas ternyata tidak lagi bisa di buat pegangan karena ada nama perawi – perawi yang lemah seperti Sulaiman bin Katsir yang sering keliru dalam
menyampaikan hadis atau Makhlad Ibnu Yazid Dia sering keliru, kadang sanad
hadis terputus sepert antara Hasan dan Sa`ad bin Ubadah, atau
hadisnya mursal.
Jarang
orang yang bisa meneliti keabsahan hadis atau kelemahannya . Jadi
baginya hadis hasan, lemah atau sahih sama saja. Harus di pakai semuanya.
Disini saya ingin mengupas hadis – hadis tentang pahala sedekah yang di
nyatakan sampai pada mayat dan kebanyakan
di buat pegangan oleh orang – orang yang suka tahlil, selametan,
bancaan. Alasanya hanya untuk ngirim ayah atau mbah yang sudah mati.
Karena
itu, saya ingin mengkaji hadis – hadis tentang sedekah yang konon dibuat
pegangan oleh orang – orang yng suka
tahlilan. Hadis – hadisnya sbb:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ سَعْدًا
سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ
تُوصِ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Sa`ad
bertanya kepada Nabi SAW, sesungguhnya
ibuku mati dan tidak berwasiat, bolehkah
aku bersedekah untuknya.
Nabi SAW
menjawab : Ya.
HR Nasai .Al
bani menyatakan, Hadis tsb sahih, sahih wadhoif sunan Nasai 3645, sahihul ahkam
172, Atta`liq alabni Khuzaimah 2501.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ia lemah karena redaksinya kacau belau.
Hadis tsb berbeda sangat dengan redaksi hadis
sbb:
أَخْبَرَنِي هَارُونُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
كَثِيرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا نَذْرٌ أَفَيُجْزِئُ
عَنْهَا أَنْ أُعْتِقَ عَنْهَا قَالَ أَعْتِقْ عَنْ أُمِّكَ
…………….Dari Ibnu
Abbas dari Sa`ad bin Ubadah, sesungguhnya dia datang kepada Nabi SAW, lalu
berkata : sesungguhnya ibuku meninggal dunia
dan punya nazar, apakah bisa saya
memerdekakan budak untuk dia.
Rasulullah SAW bersabda :
Merdekakan budak untuk ibumu [3][3]
Al bani
menyatakan hadis tsb sahih karena ada
hadis sesudahnya.
Saya katakan : Imam
Nasai sendiri sebagai periwayatnya
menyatakan :
لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ إِلاَّ
فِى الزُّهْرِى فَإِنَّهُ يُخْطِىءُ عَلَيْه.
( Perawinya terdapat
Sulaiman bin Katsir dari Azzuhri )
.Tiada cacat untuk Sulaiman bin katsir kecuali dari dia dari Zuhri,
sesungguhnya dia sering keliru dalam menyampaikan hadis dari Azzuhri.
Yahya bin Ma`in menyatakan bahwa Sulaiman bin Katsir lemah.
وَ قَالَ ابْنُ حِبَّانَ :
كَانَ يُخْطِىءُ كَثِيْرًا ، فَأَماَّ رِوَايَتُهُ عَنِ الزُّهْرِى فَقَدْ
اخْتَلَطَتْ عَلَيْهِ صَحِيْفَتُهُ ، فَلاَ يُحّتَجُّ بِشَىْءٍ يَنْفَرِدُ بِهِ
عَنِ الثِّقَاتِ ، مَاتَ سَنَةَ ثَلاَثٍ وَ ثَلاَثِيْنَ وَ مِئَةٍ.
Ibnu Hibban berkata : Sulaiman bin Katsir sering keliru. Bila dia meriwayatkan hadis dari
Azzuhri maka halamannya telah campur baur. Jadi bila riwayatnya berlainan dengan perawi – perawi terpercaya lainnya,
maka tidak bisa di buat pegangan. Beliau
meninggal dunia pada tahun
133 H. [4][4]
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ
سَمِعْتُ الْحَسَنَ يُحَدِّثُ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَنَّ أُمَّهُ مَاتَتْ
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ
نَعَمْ قَالَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ فَتِلْكَ سِقَايَةُ
سَعْدٍ بِالْمَدِينَةِ
Dari qatadah berkata
: Aku mendengar Al hasan bercerita dari Sa`ad bin Ubadah, sesungguhnya ibunya
meninggal dunia, lalu berkata : Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya ibuku meninggal
dunia, apakah aku bersedekah untuknya
Rasulullah SAW
menjawab : Ya
Sa`ad bertanya :
Apakah sedekah yang paling utama ?
Rasulullah SAW bersabda : Memberi minum.
Dari itulah Sa`ad
selalu menyediakan air minuman di Medinah.
Al bani
menyatakan hadis tsb Hasan karena
hadis sebelumnya [5][5]
Saya katakan : HR Nasai 3666, Sanad yang terputus antara Hasan dan Sa`ad
bin Ubadah. Jadi hadis tsb lemah. Sepengetahuan saya, tidak menjumpai ulama
yang menghasankan kecuali al albani.
الطَّبَرَانِيُّ فِي
الْكَبِيرِ مِنْ طَرِيقِ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ
: { أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا
رَسُولَ اللَّهِ إنَّ أُمِّي مَاتَتْ ، أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا ؟.
قَالَ : نَعَمْ قَالَ :
فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ ؟.
قَالَ : سَقْيُ الْمَاءِ }.
……………………..Dari sa`ad bin Ubadah, sesungguhnya
dia datang kepada Nabi SAW lalu berkata : Wahai Rasulullah !
Sesungguhnya ibuku meningal dunia,
apakah aku boleh bersedekah untuk dia ?
Rasulullah SAW menjawab : Ya, silahkan.
Sa`ad bin
Ubadah bertanya lagi : Sedekah apakah yang lebih afdal ?
Rasulullah SAW bersabda : Memberi minum air. [6][6]
Abul fadhel –
Assayyid Abul Mu`athi Annuri berkata
: Hadis tsb mursal karena Said
tidak bertemu dengan Sa`ad dan Said di lahirkan di tahun Sa`ad meninggal dunia.
Hadis tsb munqathi` ( lemah ) [7][7] Ia
juga diriwayatkan oleh Abu dawud tapi mursal. [8][8]
Hadis tsb di
hasankan oleh Al bani pada hal munqathi`
dan seluruh ulama mengetahui hal itu, dan
sepengetahuan saya tiada yang menghasankan kecuali al bani.[9][9]
Syekh Muqbil di tanya tentang beberapa hadis yang kamu anggap
lemah, pada hal telah disahihkan oleh Al
albani, mengapa bisa terjadi seperti itu ?
J.
Ulama dahulu juga berbeda pendapat seperti itu. Imam Ahmad
melemahkan suatu hadis yang di
sahihkan oleh ulama lain. Abu Hatim juga
menyatakan tsiqah kepada seseorang, pada hal ulama lain melemahkannya. [10][10]
Dari Ibnu Abbas ra berkata : Sesungguhnya
Saad bin Ubadah kehilangan ibunya ( mati ) dan dia waktu itu tidak dirumah.
Apakah bisa memberikan manfaat padanya bila aku bersedekah itu dia ?
Rasulullah SAW menjawab : Ya
Saad berkata :
تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهُوَ
غَائِبٌ عَنْهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا
غَائِبٌ عَنْهَا أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
قَالَ فَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِيَ الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
Sesungguhnya aku mempersasikan kepadamu bahwa
kebonku Al Mikhraf sedekah untuknya
HR Bukhori 2756. Ia
juga di sebut dalam kitab Kanzul ummal [11][11] Talkhisul habir 230/3 dan
Al musnadul ja`mi` 265/19. Saya lihat di
seluruh kitab yang saya miliki tiada
keterangan dari pengarangnya bahwa hadis tsb sahih.
Redaksinya beda sekali dg riwayat yg lalu
Abu dawud 15/2, Nasai 130/2 Tirmidzi 25/2 Al Baihaqi 278/6 dari Abu Hurairah.
Menurut riwayat Tirmidzi, Nasai, Abu dawud lihat
Tirmidzi nomer 669. Nasai 3655, Abu dawud 2882, Ahmad 3494. Hadisnya sbb:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ
رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمَّهُ تُوُفِّيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا
إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنَّ لِي مَخْرَفًا فَأُشْهِدُكَ
أَنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا
Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya seorang
lelaki berkata : Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya ibunya telah wafat, apakah
bermanfaat padanya bila aku bersedekah untuknya.
Rasulullah SAW menjawab : Ya
Dia berkata : Sesungguhnya aku punya kebon,
aku mempersaksikan kepadamu bahwa aku
menyedekahkannya untuk ibuku. ( Lemah ) maksud seorang lelaki itu adalah
Sa`ad bin Ubadah.
Jadi
kisah Sa`ad bin Ubadah mau menyedekahkan tanah untuk ibunya itu di riwayatkan dengan redaksi hadis yang
sangat berbeda. Ada
yang menyatakan Saad saat itu bersedekah dengan air dan ada yang dengan kebun
dan ada yang tanpa keterangan air atau kebon.
Dan kami belum menjumpai keterangan kapan Saad bin Ubadah bersedekah
kebon itu, dan Rasulullah SAW sendiri
tidak menjawab atas persaksiannya. Pada hal biasanya di jawab
sebagaimana hadis sbb:
Anas bin malik ra berkata :
كَانَ أَبُو طَلْحَةَ
أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِينَةِ مَالًا مِنْ نَخْلٍ وَكَانَ أَحَبُّ
أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ وَكَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ
مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ قَالَ أَنَسٌ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ ( لَنْ
تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ) قَامَ أَبُو طَلْحَةَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ ( لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ
حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ) وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ
بَيْرُحَاءَ وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ
اللَّهِ فَضَعْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ أَرَاكَ اللَّهُ قَالَ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَخٍ ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ
ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ وَقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ وَإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا
فِي الْأَقْرَبِينَ فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ أَفْعَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
فَقَسَمَهَا أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ
Abu Tholhah adalah sahabat Ansor yang memilik
harta terbanyak dari ladang kurma. Hartanya yang paling di segani adalah tanah Bairuha` yang berhadapan dengan masjid
nabawi. Rasulullah SAW pernah masuk kepadanya dan minum airnya yang tawar .Ketika
turun ayat :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ
حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
Kamu tidak akan mendapatkan kebaikan
hingga kamu meng infakkan apa yang kamu cintai
Abu
Tholhah pergi kepada Rasulullah SAW, lalu berkata :Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya Allah tabaraka wataala berfirman
: “Kamu tidak akan mendapatkan
kebaikan hingga kamu meng
infakkan apa yang kamu cintai “
sesungguhnya hartaku yang paling ku sukai adalah bairuha`, ia
sedekah untuk Allah, aku berharap kebaikan dan simpanannya disisi Allah,
Bagikan wahai Rasulullah ! sebagaimana yang diperlihatakan oleh Allah kepadamu “.
Rasulullah SAW bersabda :”
Bagus, itulah harta yang beruntung
x2. Sungguh aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Aku berpendapat,hendaklah kamu bagikan
kepada kerabat “.
Abu Tholhah
berkata :” Aku melakukannya
wahai Rasulullah ! “. Lalu di bagi diantara kerabat – kerabatnya dan keponakannya [12][13]
Menurut riwayat Bukhori yang lain : Rasulullah SAW
bersabda :
بَخٍ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ
ذَلِكَ مَالٌ رَائح
Bagus, itulah
harta yang pahalanya tak terputus
X2 [13][14]
Menurut riwayat Bukhori yang lain ada tambahan
:
وَكَانَ مِنْهُمْ أُبَيٌّ
وَحَسَّانُ قَالَ وَبَاعَ حَسَّانُ حِصَّتَهُ مِنْهُ مِنْ مُعَاوِيَةَ فَقِيلَ
لَهُ تَبِيعُ صَدَقَةَ أَبِي طَلْحَةَ فَقَالَ أَلَا أَبِيعُ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ
بِصَاعٍ مِنْ دَرَاهِمَ قَالَ وَكَانَتْ تِلْكَ الْحَدِيقَةُ فِي مَوْضِعِ قَصْرِ
بَنِي حُدَيْلَةَ الَّذِي بَنَاهُ مُعَاوِيَةُ *
Diantara kerabat Abu Tholhah yang
mendapatkan bagian tanah tsb adalah Ubay
bin Kaab ( yang hafalal Quran ), Hassan,
lalu Hassan menjual bagiannya kepada Muawiyah.
Dikatakan
kepadanya :Kamu menjual
sedekahnya Abu Tholhah “.
Dia
menjawab :Bukankah aku tidak menjual satu gantang kurma dengan satu gantang dirham “.
Kebon
itu menjadi istana Banu Hudailah yang
dibangun oleh Muawiyah [14][15]
Anas berkata
:
وَأَنَا أَقْرَبُ إِلَيْهِ
وَلَمْ يَجْعَلْ لِي مِنْهَا شَيْئًا
Aku
kerabat terdekat ( anak tiri ) Abu Tholhah,tapi aku tidak diberi bagian sama
sekali [15][16]
Kisah sedekah Abu Tholhah ini jelas sekali, penerimanya juga jelas dan
tanah yang disedekahkan juga jelas dan jawaban Rasulullah SAW pun juga jelas.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ
سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَنَّهُ اسْتَفْتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي نَذْرٍ كَانَ عَلَى أُمِّهِ فَتُوُفِّيَتْ قَبْلَ أَنْ تَقْضِيَهُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْضِهِ عَنْهَا
Dari Ibnu Abbas, dari Sa`ad bin Ubadah,
sesungguhnya dia bertanya kepada Nabi SAW
tentang nadzar ibunya, lalu ibunya meninggal dunia sebelum di lakukan nadzarnya.
Rasulullah SAW bersabda : Tunaikan nadzarnya.[16][17] Sahih
Al albani
menyatakan : Hadis tsb sahih sanadnya.
Jadi dengan
kesahihan hadis tsb maka teka teki pahala sedekah bisa sampai pada mayat terjawab juga
dan tiada hadis sahih yang
sanadnya tidak cacat yang menjelaskan
bahwa pahala sedekah bisa sampai pada
mayat dan dalam hal ini saya tidak menjumpai hadis lain yang bisa di buat
pegangan untuk pahala sedekah di
sampaikan kepada mayat
Kecuali hadis Sa`ad
tadi yang redaksinya kacau dan satu riwayat dengan riwayat yang lain selalu
berbeda. Ternyata seluruhnya lemah
kecuali hadis di mana Saad di perintahkan agar menunaikan nazar
ibunya, bukan sedekah, atau memerdekakan budak atau memberi minuaman. Kisah
Saad untuk minta fatwa pada Rasulullah SAW itu pada hakikatnya untuk bertanya tentang nadzar ibunya itu, bukan masalah sedekah atau lainnya.
يَقُولُ أَهْلُ الْعِلْمِ
يَقُولُونَ لَيْسَ شَيْءٌ يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ إِلَّا الصَّدَقَةُ
وَالدُّعَاءُ
Para
ulama berkata : Tiada sesuatu yang
pahalanya bisa sampai kepada mayat kecuali sedekah dan doa.
Saya katakan : Dalil pahala sedekah bisa sampai ke mayat hanya hadis lemah
itu yang di hasankan oleh Tirmidzi.
Syekh Muqbil
Al wadi`I murid Al bani mengatakan :
غَالِبُ تَحْسِيْنَاتِ
التِّرْمِذِي ضِعَافٌ.
Kebanyakan hadis yang di hasankan oleh
Tirmidzi adalah lemah. [17][18]
Dari Abu Hurairah ra berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Bila manusia meninggal dunia, maka amal perbuatannya terputus kecuali
karena tiga perkara : Sodaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang berdoa untuknya. [18][19]
HR Muslim
1631, Kanzul ummal 952/15, Nasbur royah 450/5 ada perawi bernama Al ala ` yang terpercaya tapi terkadang
keliru. Tirmidzi menyatakan hadis tersebut hasan sahih tapi dari jalur al ala`,
Abu dawud dan Ahmad juga meriwayatkan
tapi dari jalur satu orang yaitu al ala`.yang lemah
Ismail bin Muhammad Alajluni menyebutnya di kitabnya tanpa
menyatakan sahih.[19][20] Pengarang kanzul ummal
juga menyebutnya tanpa komentar sahih [20][21] Ibnu Hajar juga menyabutnya dalam kitab
Nasbur royah tanpa menyatakan sahih [21][22]
وَاْلبُخَارِي فِيِ
اْلأَدَبِ الْمُفْرَدِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Al Bukhori meriwayatkannya dalam kitab al
adabul mufrad, bukan dikitab sahihnya [22][23]
في رواية سليمان بن بلال,
قال : عن العلاء بن عبد الرحمان ، أراه عَنْ أَبِيه.
Menurut riwayat Sulaiman bin Bilal berkata : Dari Al ala` bin Abd Rahman, saya
kira dari ayahnya. [23][24] Kalimat “ Saya kira “ itu menunjukkan kelemahan
dalam menyampaikan hadis.
Hadis tsb di nyatakan sahih oleh Al wi bin Abd Qadir Assegaf dalam
kitabnya Takhrij ahadis wa atsar kitab
fii dhilalil qur`an 306/2.
Saya katakan : Dia mengatakan seperti itu
tanpa ada alasan. jadi sekedar berkata.
Al bani menyatakan :
رَوَاهُ الْجَمَاعَةُ إِلاَّ
اْلبُخَارِي وَابْنُ مَاجَه
Hadis tsb diriwayatkan oleh segolongan ahli
hadis kecuali Bukhori dan Ibnu Majah. Namun beliau menyatakan sahih. [24][25]
Saya katakan : Pada hal jalurnya juga tetap
dari al ala~ itu, tiada lainnya.
Yahya bin Main berkata : Orang – orang sama
berhati – hati terhadap riwayatnya, hadisnya tidak bisa di buat hujjah [25][26]
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأُرَاهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ
تَصَدَّقَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا
Dari Aisyah ra berkata : Sesungguhnya seorang lelaki berkata kepada Nabi SAW,
sesunguhnya ibuku meninggal dunia. Saya kira bila bicara akan bersedekah,
Apakah aku akan bersedekah itu untuk dia
Rasulullah SAW bersabda : Ya, bersedekahlah
untuk nya. [26][27]
lemah.
Ia juga tercantum di Muwattho` 473, Musnad Al Humaidi 243Ahmad 51/6, Muslim 81/2, 73/5. Abu dawud 2881, Ibnu Majah
2717. Ibnu Huzaimah 2499. Seluruhnya
dari Hisyam bin Urwah yang lemah.
Ibnu
Hajar berkata : Hisyam bin Urwah perawi terpercaya, alim tapi kadang
menyelinapkan perawi lemah . [27][28]
Jadi hadis tsb masih belum bisa di buat
pegangan.
عَنْ شُعَيْبٍ ، عَنْ
جَدِّهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْروٍ؛أَنَّ الْعَاصَ بْنَ وَائلٍ أَوْصَى ، أَنْ
يُعْتَقَ عَنْهُ مِئَةُ رَقَبَةٍ ، فَأَعْتَقَ ابْنُهُ هِشَامٌ خَمْسِينَ رَقَبَةً
، فَأَرَادَ ابْنُهُ عَمْرٌو أَنْ يَعْتِقَ عَنْهُ الْخَمْسِينَ الْبَاقيَةَ ،
فَقَالَ : حَتَّى أَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَأَتَى النَّبِيَّ
صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّ أَبِي أَوْصَى بِعِتْقِ
مِئَةِ رَقَبَةٍ ، وَإِنَّ هِشَامًا أَعْتَقَ عَنْهُ خَمْسِينَ ، وَبَقِيَتْ
عَلَيْهِ خَمْسُونَ رَقَبَةً ، أَفَأَعْتِقُ عَنْهُ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم : إِنَّهُ لَوْ كَانَ مُسْلِمًا فَأَعْتَقْتُمْ عَنْهُ ، أَوْ
تَصَدَّقْتُمْ عَنْهُ ، أَوْ حَجَجتُمْ عَنْهُ ، بَلَغَهُ ذَلِكَ.
Dari Syuaib dari kakeknya Abdullah bin Amar,
sesungguhnya al ash bin Wa`il memberikan
wasiat agar seratus budak dimerdekakan
untuknya, lalu anaknya Hisyam memerdekakan lima
puluh budak. lalu Anaknya Amar juga
ingin memerdekakan lima puluh lagi sebagai sisanya
……………………….. dia berkata : hingga aku bertanya kepada Rasulullah SAW.
Dia
datang lalu berkata : Wahai Rasulullah !
Sesungguhnya ayahku berwasiat agar di
merdekakan seratus budak budak untuknya.
Sesungguhnya Hisyam telah memerdekakan budak lima puluh. lalu masih sisa lima
puluh lagi, apakah aku boleh
memerdekakan untuknya.
Rasulullah SAW bersabda : Bila dia muslim,
lalu kamu memerdekakan budak untuknya
atau kamu bersedekah untuknya, maka bisa sampai kepadanya.
J.
وفي رواية: أَنَّ الْعَاصَ
بْنَ وَائِلٍ نَذَرَ ، فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، أَن يَنْحَرَ مِئَةَ بَدَنَةٍ ،
وَأَنَّ هِشَامَ بْنَ الْعَاصِ نَحَرَ حِصَّتَهُ خَمْسِينَ بَدَنَةً ، وَأَنَّ
عَمْرًا سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَنْ ذَلِكَ ؟ فَقَالَ : أَمَّا
أَبُوكَ فَلَوْ كَانَ أَقَرَّ بِالتَّوْحِيدِ ، فَصُمْتَ وَتَصدَّقْتَ عَنْهُ ،
نَفَعَهُ ذَلِكَ.
Menurut suatu
riwayat: Sesungguhnya Al ash bin Wa`il bernazar di waktu jahiliyah untuk
menyembelih seratus unta dan
sesungguhnya Hisaym telah menyembelih lima puluh unta lalu Amar
bertanya kepada Nabi SAW tentang hal itu
?
Rasulullah SAW bersabda :
Bila ayahmu mengakui tauhid lalu kamu berpuasa atau bersedekah untuknya
akan bermanfaat padanya. [28][29]
Ali bin Abu Bakar Al
Haitami berkata :
رَوَاهُ أَحْمَدُ وَفِيْهِ
الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ وَهُوَ مُدَلِّسٌ.
Hadis tsb
diriwayatkan oleh Ahmad, namun sanadnya terdapat Al hajjaj bin Arthoh. Dia suka
menyelinapkan perawi lemah[29][30]
Ibnu Hajar berkata :
صَدُوْقٌ كَثِيْرُ الْخَطَأِ
وَ التَّدْلِيْسِ ، أَحَدُ اْلفُقَهَاءِ
Dia perawi yang suka
berkata benar, sering keliru, suka menyelinapkan perawi lemah- salah satu tokoh
ahli fikih.[30][31]
Saya katakan :
Pernyataan Ibnu Hajar itu juga mirip dengan pernyataan Abu Hatim.
Imam Dzahabi
menyatakan bahwa Al Hajjaj bin Arthoh adalah perawi lemah. Jadi hadis : Bila ayahmu mengakui tauhid lalu
kamu berpuasa atau bersedekah untuknya akan
bermanfaat padanya “ tidak bisa
di buat pegangan.
IMam Thobroni
berkata :
حَدَّثَنِي
أَبِي، ثنا عِمْرَانُ بن يَحْيَى الأَسَدِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ عَمِّي مَرْوَانَ
بن قَيْسٍ وَقَدْ أَخَذَ الرَّعِيَّةَ عَنْ أَهْلِهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَبِي
تُوُفِّيَ، وَقَدْ جَعَلَ عَلَيْهِ أَنْ يَمْشِيَ إِلَى مَكَّةَ، وَأَنْ يَنْحَرَ
بَدَنَةً، وَلَمْ يَتْرُكْ مَالا، فَهَلْ يَقْضِي عَنْهُ أَنَّ نَمْشِي عَنْهُ
وَأَنْ نَقْضِيَ عَنْهُ بَدَنَةً مِنْ مَالِي؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:نَعَمْ، اقْضِ عَنْهُ وَانْحَرْ وَامْشِ، أَرَأَيْتَ
لَوْ كَانَ عَلَى أَبِيكَ دَيْنٌ لِرَجُلٍ فَقَضَيْتَ عَنْهُ مِنْ مَالِكَ،
أَلَيْسَ يَرْجِعُ الرَّجُلُ رَاضِيًا؟ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنَّ يَرْضَى.
Ayahku bercerita
kepadaku, lalu berkata : Imran bin Yahya al asadi bercerita kepada kami lalu
berkata : Aku mendengar pamanku Marwan
bin Qais yang telah mengambil kekuasaan pada keluarga atau penghuni
desanya di masa Rasulullah SAW lalu
berkata : Seorang lelaki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu berkata: Wahai
Rasulullah ! Sesungguhnya ayahku meninggal dunia, dia bernazar untuk berjalan
ke Mekkah dan menyembelih unta tapi
tidak meninggalkan harta, apakah bisa saya wakili dengan berjalan ke Mekkah dan
menyembelih unta dari hartaku.
Rasulullah SAW
bersabda : Ya, tunaikan, sembelihlah dan berjalanlah. Bagaimanakah pendapatmu
bila ayahmu punya hutang kepada seseorang, lalu kamu melunasi hutang ayahmu
dari hartamu, bukankah lelaki tsb akan rela ?
Dan Allah lebih berhak untu rida. HR Thobroni [31][32]
Ali bin Abu Bakar Al
Haitami berkata : HR Thobroni dalam
kitab al kabir, perawi perawinya terpercaya 143/2
Saya tidak menjumpai
perawi bernama Imran bin Yahya al asadi
dan Marwan bin Qais di encyplopedi perawi – perawi hadis. Dan saya tidak menjumpai identitas Imran di kitab –
kitab biografi yang kami miliki.
Menurut Abu Muhammad
Arrazi Attamimi, Marwan bin Qais meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh
anaknya bernama Khutsaim bin Marwan.[32][33]
Saya katakan : ………..
jadi bukan Imran bin Yahya sebagai keponakannya, Hadis tsb juga di cantumkan dalam kitab al
ishobah tanpa keterangan identitas perawinya bahkan tanpa komentar sahih atau lemah.[33][34]
Saya bisa menyatakan
disini bahwa perawi – perawinya tidak di
kenal identitasnya., boleh di katakan
majahil.
Hadis – hadis lemah di atas selalu di
gunakan untuk landasan tahlilan, selametan, bancaan untuk mengirim pahala
kepada ayah,. Ibu dan kakek. Bila telah
di nyatakan bahwa hadis –hadis tsb lemah maka alasan
untuk mengatakan bahwa sedekah
dalam acara kirim kepada orang- orang yang mati tidak ada.Mereka itu ibarat orang yang tenggelam di laut dan sangat membutuhkan bantuan dari
yang hidup, kata mereka . Karena itu, gencar dan gemar sekali masarakat untuk mengadakan tahlilan. Dari sana
timbullah berbagai macam bid`ah. dengan lemahnya hadis pengiriman pahala
sedekah maka tidaka da lagi selametan.
Hadis – hadis
tentang pahala sedekah sampai pada mayat itu bertentangan dengan ayat :
وَخَلَقَ اللَّهُ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ
لَا يُظْلَمُونَ
Dan Allah
menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi
tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.[34][35]
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ
نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Pada hari ini
tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang
dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.[35][36]
لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ
نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
agar Allah memberi
pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya
Allah Maha cepat hisab-Nya.[36][37]
فَكَيْفَ إِذَا
جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Bagaimanakah nanti
apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang
adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya
sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).[37][38]
Dan ayat :
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ
إِلَّا مَا سَعَى(39)وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى(40)ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ
الْأَوْفَى
dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,[38][39]
Ibnu katsir berkata
:
وَمِنْ هَذِهِ الآيَةِ
اْلكَرِيْمَةِ اِسْتَنْبَطَ الشَّافِعِي رَحِمَهُ اللّه، أَنَّ اْلقِرَاءَةَ لاَ
يَصِلُ إِهْدَاءُ ثَوَابِهَا إِلىَ الْمَوْتَى، ِلأَنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَمَلِهِمْ
وَلاَ كَسْبِهِمْ، وَلِهٰذَا لَمْ يَنْدُبْ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللّه صلى اللّه
عليه وسلم أُمَّتَهُ وَلاَ حَثَّهُمْ عَلَيْهِ، وَلَمْ يَنْقُلْ ذَلِكَ عَنْ
أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ، وَلَوْ كَانَ خَيْراً لَسَبَقُوْنَا
إِلَيْهِ،
Dari ayat tersebut, Imam Syafii rahimahullah
mengambil kesimpulan bahwa bacaan
al Quran tidak akan sampai pahalanya
kepada mayat, sebab bukan karya atau amalan mereka. Karena itu
pula, Rasulullah SAW tidak mensunnahkan kepada umatnya, juga tidak
menganjurkannya. Dan hal itu tidak pernah di lakukan oleh salah satu dari sahabat ra. seandainya baik mereka akan lebih dahulu mengerjakannya. [39][40]
Pernyataan Syafii ini berbeda jauh dengan pernyataan
KIYAI Sahal Mahfud yang pengikut madzhab Syafii sbb ;
Acara tahlilan yang
sudah mentradisi
hendaknya terus dilestarikan sebagai salah satu budaya yang bernilai islami dalam rangka
melaksanakan ibadah sosial sekaligus meningkatkan dzikir kepada Allah
Al Qwurthubi berkata
:
وَلمَ ْيُجِزْ مَالِكٌ
الصِّيَامَ وَالْحَجَّ وَالصَّدَقَةَ عَنِ اْلمَيِّتِ
Imam Malik tidak
memperkenankan berpuasa, berhaji atau mengrimkan pahala sedekah untuk mayat. [40][41]
Rasulullah SAW acap kali
bersedekah, dan jumlah sedekahnya sulit di hitung. Beliau sangat dermawan dan
jarang orang yang selevel beliau dalam hal sosial. Begitu juga para sahabatnya. Mereka menganggap bahwa
sedekah itu amalan yang utama.Tapi
sampai detik ini, saya belum menjumpai, Rasulullah SAW bersedekah untuk mayat atau pahala nya dikirimkan kepada Khadijah yang sudah meninggal dunia lebih
dulu. Memang beliau bersedekah kepada teman – teman Khadijah tapi pahalanya tetap beliau ambil
sendiri sekalipun pahala beliau amat banyak.
Tiada satupun sahabat yang mengirim pahala sedekahnya untuk ibunya
selain kisah Sa`ad bin Ubadah itu yang sanad hadisnya masih memiliki
kelemahan, begitu juga redaksinya kacau belau. Bila ada hadis lain yang
sanadnya sahih dan menyatakan pahala
sedekah bisa di transefer untuk mayat, saya akan berpegangan kepadanya
dan sekaligus saya ikut.
Pergilah ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan
kliklah 4 shared mp3 jangan di panahnya.
[1][1] HR Bukhori 2756
[2][2] Pertanhyaan
nomer 192 dalam riwayat hidupn Syekh Muqbil
[3][3] HR
Nasai 3657 HR Nasai 3656 . Al Musnad Al jami` 95/13 . Ahmad
242347/7/6 Al kubro 6450 , 6451, 6452. 6455.
[4][4] Mausuah ruwatil hadis 2602
[5][5] 3665 ,
238/8 sahih wa dhoif sunan Nasai
[6][6] HR Thobroni . Musnadul jami` 92/13
[7][7] Musnad al jami`
92/13
[8][8] Al musnadul jami` 92/13.Bab 3
[9][9] Sahih wa dhoif sunan Nasai karya
al bani 238/8
[10][10] Maktabah syekh Muqbil Al wadi`I , bab riwayat hidup syekh Muqbil
[11][11] 602/6
[12][13] Muttafaq alih , Bukhori 1461
[13][14] Muttafaq alih ,
, Bukhori 2318
[14][15] Sahih Bukhori
[15][16] Sahih Bukhori 4555
[16][17] HR Nasai 3657 Sahih .
[17][18] Maktabah
Syekh Muqbil al wadi`I , bab tanya jawab
pemuda Louder
[18][19] Muslim /Wasiat /1613. Tirmidzi / 1376. Nasai
/Washoya /3651. Abu Dawud /Washoya /2880
[19][20] Kasyful khofa 99/1/ bab 1
[20][21] Kanzul ummal
952/15
[21][22] Nasbur royah 450/5
[22][23] Kasyful khofa 99/1/ bab 1
[23][24] Al musnadul jami` 346/45/ 9
[24][25]
Muktashar irwa`ul gholil 312/1
Miskatul mashobih 44/1
[25][26] Mausuah ruwatil hadis 5247
[26][27] HR Bukhori 2760.
[27][28] Mausuah ruwatil hadis 7302
[28][29] HR Ahmad 6704 / 161 juz 2 . Abu dawud 2883 Tafsir alusi 30/20 . Al musnadul jami` 18/ juz 26 Tafsir al alusi 30/20 . Kanzul ummal 450/6 Majmauz zawaid 192/4
[29][30] Majmauz
zawaid 143/2 – 192/4
[30][31] Mausuah ruwatil hadis 1119
[31][32] Al
mu`jamul kabir 291/15 , Majmauz zawaid 143/2 , Mu`jma kabir karya Thobroni 291/15
[32][33] Al jarh watta`dil 27/8
[33][34] Al Ishobah 82/6
[34][35] Al Jatsiyah 22
[35][36] Ghofir 17
[36][37] Ibrahim 51
[37][38] Ali
imran 25
[38][39] Annajem 39 - 41
[39][40] tafsir Ibnu Katsir .
[40][41] Tafsir qurthubi .
Artikel Terkait
Saya tidak ikut itu, karena gaya nya seperti non muslim tanpa memoperhatikan yang halal dan haran seperti tv prabayar dll
BalasHapus