Minggu, November 04, 2012

Buku “Pesantren Studies” Dibedah di Yaman





Tarim, NU Online
Buku “Pesantren Studies” karya kader NU asal Makassar Ahmad Baso dibedah dalam acara Panggung Sumpah Pemuda di Auditorium Ahgaff Center, Tarim, Kamis (1/11) kemarin. Acara yang dipelopori PPI Yaman ini dihadiri sekitar 120 mahasiswa Yaman, khususnya daerah Hadramaut.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program kerja sama antara Departemen Pendidikan dan Dakwah dengan Departemen Seni dan Budaya.

Bedah buku dihadiri para pelajar dari berbagai lembaga yang ada di Tarim, seperti Universitas Al-Ahgaff, Darul Al-Musthofa, Darul Al-Ghuroba, Ribath Tarim dan Ribath Hauthoh.

Dalam sambutannya, Pandi Yusron, ketua DPW PPI Yaman Cabang Hadramaut berharap acara ini bisa membangkitkan dan memperkuat spirit nasionalisme yang sudah tertanam sejak 80 tahun silam.

Bedah yang buku dipandu oleh Muhammad Robi ini menghadirkan Zainal Fanani, Koordinator Dept. Pendidikan dan Dakwah dan H Sofiyulloh, mantan aktivis PMII Kediri.

Dalam pemaparannya, Zainal mengungkap bahwa Indonesia sedang dilanda krisis di segala aspek kehidupan; mulai dari sosial, pendidikan, dan ekonomi.

“Walaupun SBY mengungumumkan pada waktu itu bahwa perekonomian kita stabil, namun, semua itu masih belum bisa dirasakan oleh sebagian besar rakyat jelata Indonesia.” ungkapnya.

Ditambahkan Zainal, Indonesia masih dalam tahap seleksi dalam mencari tipe pendidikan, sehingga terlihat carut-marut dalam progresnya.

Sementara materi H. Sofiyulloh, lebih menjurus pada sosok penulis Ahmad Baso, mantan aktivis Komnas HAM dan Wakil Ketua PP Lakpesdam NU, latar belakang dan motif ia menulis Pesantren Studies hingga sembilan seri, juga pengalaman narasumber ketika bersama Penulis.

Bersama penulis dan keder-kader NU ia pernah dikumpulkan oleh Gus Dur di Blok M, Jakarta. Gus Dur bertanya pada para kader, “Apa yang kalian bawa dari pesantren untuk bangsa ini?” ungkapnya.

Buku “Pesantren Studies” secara lugas membahas sepak terjang pesantren sebagai lembaga pendidikan klasik dalam membendung arus kolonialisasi dan globalisasi.

Pesantren merupakan sebuah lembaga yang puluhan tahun mengakar sebagai pondasi rakyat jelata Indonesia, yang telah banyak mencetak manusia yang menggambarkan karakter bangsa yang mandiri. Demikian topik utama kegiatan ini.

Diskusi dan bedah buku ini merupakan akhir dari serangkaian acara PPI Yaman dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda; mulai dari lomba karya tulis opini hingga pertandingan sepak bola antar lembaga.

Sebelum Panggung Sumpah Pemuda ditutup, PPI Yaman membagikan beberapa kado hadiah bagi para pemenang lomba yang dihelat. Sepak Bola PPIY Cup yang dimenangkan oleh Universitas Al-Ahgaff  dan juga pemenang lomba karya tulis ilmiah, Zainal Fanani dan setelah itu diakhiri dengan doa yang dilantunkan oleh H Sofiyulloh.


Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Deni-Amal

Komentarku ( Mahrus ali):
Dikatakan dalam artikel tsb sbb: 
Dalam sambutannya, Pandi Yusron, ketua DPW PPI Yaman Cabang Hadramaut berharap acara ini bisa membangkitkan dan memperkuat spirit nasionalisme yang sudah tertanam sejak 80 tahun silam.
Komentarku ( Mahrus ali): 
 Nasionalisme  itu bukan ajaran Islam, tapi ajaran kufur, mengapa kaum muslimin membangkitkan nasionalisme bukan Islamisme di kalangan mereka tidak di kalangan Nasrani atau non muslim. Sebab, negara kita ini adalah negara kufur yang dibenci oleh Allah dan disenangi oleh setan – setan manusia  bukan negara Islam yang di cintai oleh Allah dan di cintai oleh kalangan kaum muslimin yang komitmen kepada ajaran Allah. Bila kita mati untuk membela negara kufur ini maka kita akan mati di jalan setan bukan di jalan Allah. Ingat ayat ini:
الَّذِينَ ءَامَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.. Nisa` 76
Klik lagi disini:

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan