Ribut soal Gus Dur dianggap disebut korupsi oleh Sutan
Batoegana dari Partai Demokrat, tampaknya disertai reaksi-rekasi dari kalangan
NU dan fanatikus Gus Dur. Padahal Sutan mengaku tidak mengatakan itu. Namun
reaksi-rekasi sampai ada yang di luar batas dari kalangan fanatikus Gus Dur. Sampai-sampai
ada yang membuat syari’at baru demi membela Gus Dur.
Reaksi yang diberikan para fans Gus Dur yang tergabung dalam
komunitas Gusdurian tampak berlebihan. Koordinator Gusdurian Jawa Timur, Aan
Anshori, mendesak Sutan agar segera minta maaf kepada keluarga Gus Dur dan
warga NU.
“Selain itu Sutan harus membaca istighfar sebanyak 99.999
kali di pusara Gus Dur sambil merenungi kesalahannya dan disaksikan ribuan
santri,” ujar Aan.
Firman Allah Ta’ala ini perlu direnungkan benar-benar.
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا
لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢١)
21. Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah
yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak
ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. dan
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang Amat pedih. (QS
As-Syura/42: 21)
Tentang rekasi-reaksi yang berlebihan, inilah beritanya.
***
Nabi dinista diam,
Gus Dur difitnah marah-marah, tanya kenapa?
JAKARTA
(Arrahmah.com) - Ada
dua sikap berbeda di pimpinan Nahdhatul Ulama (NU) dalam menyikapi kasus yang
mirip, yakni penghinaan. Sama-sama menyikapi penghinaan, tapi respon yang
diberikan sangat jauh berbeda. Ketika Nabi Muhammad Saw dihina dan saat Gus Dur,
mantan Ketua Umum PBNU dan bekas Presiden
RI, yang dihina.
Ketika Gus Dur
dihina, difitnah, reaksi yang keluar dari pimpinan NU dan organisasi otonomnya
sangatlah besar. Kasus terbaru adalah dugaan adanya ‘fitnah’ yang dilontarkan
salah satu petinggi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana. Menurut kabar yang
tersebar di media, Sutan dituding menyebut Gus Dur lengser karena kasus korupsi.
Bagaimana reakasi
para pendukung dan pecinta Gus Dur?.
Ketua Umum PBNU, Said
Aqil Siraj, langsung meminta Partai Demokrat memberikan sanksi kepada Ketua DPP
PD, Sutan Bhatoegana.
“Jika Partai
Demokrat ingin merebut simpati warga NU, Bhatoegana harus dikenai sanksi,”
ungkap Aqil, Jakarta,
Selasa.
Ditanya jenis
sanksi untuk Bhatoegana, apakah sampai pada tingkat pemecatan, Said Aqil
menyerahkan sepenuhnya kepada pimpinan Partai Demokrat.
“Itu terserah
pimpinan Demokrat. Yang jelas Bhatoegana harus dikenai sanksi, karena apa yang
disampaikannya sudah menyakiti orang-orang yang mencintai Gus Dur, khususnya
warga NU,” tambahnya.
Sementara salah
satu organisasi otonom di tubuh NU, Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, berniat
melaporkan Sutan ke Mabes Polri.
“Harus ada
penyelesaian secara hukum, makanya kita melapor ke polisi,” tegas Ketua
Pengurus Wilayah (PW) Ansor Jawa Timur Alfa Isnaeni, Selasa (27/11/2012), siang.
Menurut dia, dalam
masalah ini warga Nahdhliyin tidak hanya menginginkan perkataan maaf dari
politisi asal Partai Demokrat itu, melainkan adanya penyelesaian secara hukum. Karena
dianggap sudah mencemarkan nama baik Gus Dur.
“Kami inginkan
selesai ranah hukum, bukan hanya sekedar maaf,” tutur dia.
Alfa juga menyebut
adanya gelombang aksi pengurus cabang di daerah masing-masing menanggapi
pernyataan Sutan tersebut. “Cabang akan melakukan aksi dengan sasaran di daerah
masing-masing, kami harapkan berjalan damai,” sebut Alfa.
Wakil Ketua GP
Ansor Jatim Hendra Tri Subiantoro, malah menuntut Partai Demokrat supaya
mencopot Sutan dari keanggotaannya di DPR dan memecarnya dari partai berlambang
bintang Mercy itu.
“Kami tidak hanya
menuntut permintaan maaf saja. Tapi kami juga mendesak Partai Demokrat
mencopotnya dari anggota DPR dan memecatnya dari Demokrat, karena sudah tidak
layak lagi sebagai politisi,” ujarnya.
Tak kalah lebay, reaksi
yang diberikan para fans Gus Dur yang tergabung dalam komunitas Gusdurian. Koordinator
Gusdurian Jawa Timur, Aan Anshori, mendesak Sutan agar segera minta maaf kepada
keluarga Gus Dur dan warga NU.
“Selain itu Sutan
harus membaca istighfar sebanyak 99.999 kali di pusara Gus Dur sambil merenungi
kesalahannya dan disaksikan ribuan santri,” ujar Aan.
Di Jakarta, bukan
hanya mengeluarkan statemen, ratusan anggota GP ansor langsung mendemo kantor
DPP Partai Demokrat di kawasan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat. Para
demonstanmembawa selebaran ukuran A4 bergambar foto Sutan yang dicoret.
“Jadi tuntutan
kami sebagai Pemuda Ansor, pertama kami meminta Sutan Bhatoegana dipecat,” ujar
Sekjen GP Ansor DKI Jakarta, Abdul Azis usai demosntrasi di depan kantor DPP
Demokrat, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2012).
Azis mengatakan
pihaknya akan tetap mengawal untuk memastikan Sutan Bhatoegana meminta maaf
secara langsung. Jika dalam waktu dua hari politikus Demokrat tersebut belum
menyampaikan permintaan maaf, Azis mengancam akan menggelar aksi lebih besar
lagi.
“Sutan hanya
meminta maaf kepada keluarga, tetapi karena Gus Dur merupakan tokoh nasional, maka
dia harus meminta maaf secara umum kepada warga Indonesia dan khusus keluarga
Ansor di seluruh Indonesia,” cetusnya.
Dia juga
mengatakan permohonan maaf yang telah disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat
Anas Urbaningrum masih belum cukup. Karena menurutnya, yang semestinya meminta
maaf adalah Sutan.
“Anas sudah minta
maaf tidak ada urusan. Ini personal statement Sutan, secara etika tidak pantas
tidak bermoral karena tidak mengajarkan pendidikan politik yang baik. Selain
permintaan maaf Anas tidak cukup, tetapi Anas harus memecatnya karena ini
permasalahan moral,” tuturnya.
Itulah reaksi para
pendukung Gus Dur, ketika idolanya difitnah orang lain. Reaksinya sangat
dahsyat.
Ketika Nabi
Muhammad Saw Dihina
Sekarang, mari
kita tengok bagaimana sikap mereka ketika Nabi Muhammad Saw yang dihina.
Saat seorang
sutradara AS membuat film menista Nabi, Innocence of Muslims, salah seorang
Rois Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi hanya mengeluarkan statemen, “umat Islam
memang marah jika Nabinya dihina. Tapi harus dewasa menghadapinya.”
“Kita juga ikut
marah,” ujarnya saat konferensi pers para tokoh agama yang digelar di Gedung
PBNU, Rabu, (19/9) terkait film Innocence of Muslims yang menuai protes, konflik
dan korban di berbagai negara.
“Barangkali si
pembikin film itu senang sekali kita berkumpul di sini untuk membahas dia. Kalau
kita cuekkin, semuanya cuek, saya kira, dia akan malu sendiri,” ujarnya.
Ke depan, sambung
Masdar, kalau ada orang yang memprovokasi kebencian terhadap agama lain, lebih
baik kita doakan supaya segera mendapat bimbingan Tuhan dan diampuni segala
dosanya. “Saya kira itu lebih baik.”
“Sekali lagi, ke
depan, ketika ada orang atau kelompok yang memprovokasi kebencian kepada orang
lain, abaikan saja!” tegasnya.
Betul bahwa Ketua
Umum PBNU, Said Aqil Siroj ikut mengutuk penghinaan itu. Tetapi dia mengatakan
“tidak perlu disikapi berlebihan, apalagi dengan tindakan yang justru kontra
produktif.”
“Dari dulu sampai
sekarang, selalu ada orang yang tidak suka kepada Rasulullah, tetapi kita
jangan sampai menghabiskan energi untuk itu, apalagi sampai menimbulkan korban
jiwa,” katanya waktu itu seperti dikutip Antara News.
Kiai bergelar
doktor alumni Universitas Ummul Qura, Mekkah itu beralasan, Nabi Muhammad SAW
merupakan figur yang mulia dan sempurna. “Allah akan menjaga nama baik beliau, baik
ketika masih hidup atau sesudah wafat,” kata Said Aqil.
Salah seorang
tokoh liberal, yang juga pengagum Gus Dur, Komaruddin Hidayat, malah mengimbau
umat Islam agar menyikapi penghinaan itu “secara cerdas”.
Cerdas yang
dimaksud Komar adalah, “Jangan sedikit-sedikit ngamuk, jangan mudah
terprovokasi, dan jangan mudah terpancing emosi dengan munculnya film picisan
semacam itu. Kita harus menyikapinya secara lebih cerdas,” kata Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat di
Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/9).
Komaruddin
mengatakan, film-film yang menjelekkan Islam banyak. Sehingga, Muslim harus
mampu menyikapinya secara cerdas, jangan ikut-ikutan dengan aksi dan reaksi
masyarakat negara lain dalam memprotes film tersebut.
“Buku yang
menjelekkan Islam banyak, film-film yang menjelekkan Islam juga banyak. Namun, apakah
Islam akan jatuh dengan film picisan semacam itu? Apakah Nabi Muhammad SAW
kemudian jatuh martabatnya? Tidak,” katanya.
Kalau ada
kekerasan fisik, kata Guru Besar Filsafat Agama UIN Jakarta itu, lawan secara
fisik, demikian juga dengan kekerasan simbolik yang harus dilawan secara
simbolik, seperti buku atau film yang merupakan simbolik.
“Kalau buku kan
simbolik, hantam dan tulis dengan buku. Film juga simbolik, lawan dengan buat
film. Kalau bisa, kalau tidak ya biarkan saja. Ngapain film picisan semacam itu
ditonton? Saya tidak nonton,” katanya.
Itulah beda reaksi
penggede NU dalam menyikapi penghinaan kepada Gus Dur dan penghinaan terhadap
Rasulullah Saw. Orang awam akan segera menyimpulkan ternyata pembelaan dan
kecintaan mereka kepada sosok Gus Dur lebih dahsyat, ketimbang pembelaan dan
kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw. Entah kenapa. (bilal/SI-onine/arrahmah.com)
Rabu, 28 November 2012 13:23:28
Artikel Terkait
Aneh memang, aneh aneh ae
BalasHapus