Radio Yasmara
Bismillahirrahmanirrahim
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita. Amin.
Ketenangan adalah sebagai sarana agar
shalat bisa khusyu’, karena shalat
yang khusyu’ adalah sebagian perilaku orang-orang yang bahagia / sukses,
bahkan Allah menyebutkan dalam urutan yang pertama yaitu (khusyu’) sebagaimana dalam firmanNYa
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ(1)الَّذِينَ
هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,
(Q.S. Al-Mu’minun 1-2)……………………..
Oleh karena itu :
1.
Allah melarang dalam mengeraskan bacaan Al-Qur'an dalam
shalat.dengan sangat sebagaimana firman allah (Q.S. Al-Isro’ 110).
قُلِ
ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ
سَبِيلًا(110)
Katakanlah:
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu"
Al-Qur'an adalah
bacaan yang paling utama, bukan perkataan penyair, dan bukan perkataan dukun
tapi Al-Qur'an adalah perkataan Allah yang telah diturunkan kepada Rasul .
Lihat ayat Quran Al-Haqqoh 40-43.
إِنَّهُ
لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ(40)وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ(41)وَلَا
بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ(42)تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Al
Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang
mulia, dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali
kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali
kamu mengambil pelajaran daripadanya.
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
2.
Rasul SAW tidak mau mengenakan baju yang bergambar dan
anggun, tapi beliau memilih baju yang polos, karena mengganggu khusyu’nya
shalat. Haditsnya sudah saya cantumkan dalam judul SEDERHANA dalam BERBUSANA.
Boleh dilihat (www.faizahmahrusblogspot.com)
bulan Juni.
Dengan dasar dalil inilah, maka tidak layak meletakkan
gambar –gambar / foto yang mengganggu khusyu’nya orang shalat. Begitu juga
suara-suara (musik/syiir dan lagu-lagu harus dijauhkan dari tempat shalat /
Masjid, kecuali yang ada perintah. Sebagaimana Rasul SAW memerintahkan agar
Bilal mengeraskan suara adzan sebagai panggilan waktu telah tiba.
Dalam
suatu hadis di jelaskan:
Hendaknya suara muadzin itu bersuara lantang
dan bagus. Demikianlah yang dituntunkan oleh Nabi. Sebagaimana perintah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Zaid:“Lakukanlah bersama Bilal, ajarkan kepadanya apa yang kamu lihat dalam mimpimu. Dan hendaklah dia beradzan karena dia lebih tinggi dan bagus suaranya dari kamu.” (HR. Tirmidzi (174) dan Ibnu Majah (698) dari Abdullah bin Zaid)
Dan juga sabda beliau:
“Jika kalian adzan, angkatlah suara kalian karena tidaklah ada makhluk Allah yang mendengar adzan kalian, baik jin, manusia, atau apa saja kecuali masing-masing mereka akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari (574) dari Abu Said Al Khudri)
Itu sudah cukup, tidak usah ditambah dan jangan
dikurangi. Karena ada ayat 21-22 Asy’Syuro : …………..
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ
الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(21)تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ
مِمَّا كَسَبُوا وَهُوَ وَاقِعٌ بِهِمْ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ
الْكَبِيرُ(22)
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah
yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak
ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat
pedih.
Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena
kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka.
Dan orang-orang yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka
memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu
adalah karunia yang besar.
Maka benarlah dalam menetapkan hukum allah, Rasul SAW
tidak mau berbicara kecuali dengan menggunakan dalil (Al-Qur'an) lihat Q.S>
An-Najm 3-4: ……………..
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى(3)إِنْ هُوَ
إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى(4)
dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut
kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya),
Dengan Al-Qur'an inilah, beliau membacanya dalam shalat
fardu, tahajud, witir, qobliyah dan ba’diyah dll, tiada hafalan lain kecuali
Al-Qur'an (kalamullah). Oleh sebab itu beliau diangkat derajatnya.
Begitu juga perilakunya senantiasa berdasarkan Al-Qur'an.
Bisa juga dibuat amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana Nabi Sulaiman menulis
surat kepada
Ratu Balqis yang menyembah matahari. Lihatlah Q.S. An-Naml 29-31
قَالَتْ يَاأَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ
إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ(29)إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ(30)أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ(31)
Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar,
sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.
Sesungguhnya surat
itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: "Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku
dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri".
yang
akhirnya dia mau beriman bersama Sulaiman (Q.S. An-Naml 44). ………….
قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا
رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ
مِنْ قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(44)
Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam
istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air
yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman:
"Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah
Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".
Namun ada yang perlu diwaspadai. Lihat Q.S. Al-Baqoroh
79.
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ
بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا
قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ(79)
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini
dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit
dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa
yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka,
akibat dari apa yang mereka kerjakan.
Semoga bermanfaat dunia akhirat. Amin.
Bila terdapat
khilaf mohon diberitahu.
Terima kasih atas kunjungan anda.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan