[ Dikisahkan oleh Ust Zainal Abidin ]
Alkisah :
Dahulu aku gemar baca kitab Barzanji dan Daiba’.
Dahulu aku tukang Tahlilan dan Yasinan.
Dahulu aku pelopor pemuda dan pemudi untuk acara Maulidan
dan Nuzul Qur’an.
Berbagai jimat dan barang betuang aku kumpulkan dengan
harapan mendapat kesaktian. Dengan bekal itu katanya bisa sukses dalam
berdakwah.
Akhirnya orang pintar alias dukun aku banggakan. Baju onto
kusumo, wesi kuning, keris nabi Adam, watu Kul Buntet, Cincin nabi Sulaiman dan
berbagai jimat aku rawat baik-baik.
Agar aku bisa mendapat kesaktian, aku belajar ngelmu (angel
ditemu) karomah dengan menghidupkan dulur limo
ADI ARI-ARI
KAKANG KAWAH
SUKMO SEJATI
RUH SEJATI
GURU SEJATI
Tempat kramat aku datangi hingga kuburan Sunan Giri aku
kunjungi dengan sepeda Gunung alias Ontel saat aku umur 14 tahun yang jaraknya
dari desaku ke Gresik cukup lumayan, dengan keyakinan mendapatkan barakohnya
dan ketularan medan mahnit spiritual para wali.
Aku berpikir saat itu juru dakwah sukses harus sakti, harus
kebal, harus bisa shalat jumat di Mekah dan seambrek Karomah.
Bahkan wali dalam benakku harus SEKTI MONDRO GUNO ORA TEDAS
PALUNING PANDE OTOT KAWAT BALUNG WESI BERJAYA WIJAYAN.
Ibadah paforitku yang paling shahih adalah
Tahlilan
Yasinan
Tawasulan
Marhabaan
Shalawatan
Rasulan
Istighasahan
Tingkeban
Ruwatan
Kemudian aku mendengar ada sekolah yang gratis malah dapat
bayaran.
Heran, kagum, tak masuk akal kok ada belajar model gituan.
Hati kecilku bergumam “Hebat banget……Kayak banget ya negara
Saudi” bisa membuat sekolah gratis di negeri orang lain.
Cuma yang menjadi ganjalan adalah pesan para Kyai agar hati-hati
terhadap tiga firqah sesat:
Khawarij tokohnya Ibnu Taimiyah?
Rafidhah Ibnu Qayyim?
Wahabi Muhammad bin Abdul Wahhab?
Kalau masuk LIPIA hati-hati ambil bahasanya apalagi Reyalnya
saring Aqidahnya.
MEMANG BENAR… PENGALAMAN SPRITUAL ORANG BEDA-BEDA
Proses penerimaan Mahasiswa ku ikuti, sambil merokok aku
masuk LIPIA untuk menengok pengumuman hingga namaku masuk daftar yang diterima.
Kelas persiapan bahasa menjadi awal pengalamanku, kebat-kebit
hatiku….. penasaran diriku…kayak apa sih Wahabi itu.
Aku ikuti pelajaran Aqidah dengan seksama…. tiap diskusi
tauhid kita terlibat aktif… hingga tiap syubhat tauhid aku tanyakan dan
gulirkan kadang membuat haduh di kelas.
Aku merasa perubahan dan peralihan agamaku amat terasa
dengan pelajaran AQIDAH atau TAUHID.
Hati tersentak…..
Tatkala tahlilan dan makanan kematian diharamkan.
Maulid Nabi, Nuzul Qur’an dan Isra’ miraj dibid’ahkan.
Istighatsah, tarekat, shalawat badar dan nariyah serta
shalawat burdah dipersoalkan.
Membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir, membaca berzanji dan
Daiba’ disalah-salahkan.
Saat di rumah kontrakan aku sering berdiskusi dan berdebat
dengan kakak kelas soal amalan tradisi katanya peninggalan nenek moyang tapi
menurutku ajaran para wali nan sembilan.
Berbagai jamaah dan ormas islam ku masuki untuk mengasah
ketajaman agama tapi selalu tak maksimal.
Akhirnya daurah syariyah tahun dengan Syekh Ibrahim ad-Duwaisy
yang diadakan Yayasan al-Sofwa, Jakarta
sebagai awal perkenalan dengan para juru dakwah salafiyah.
Hatiku tertawan dan pikiranku tersungging dengan argumen
mereka terutama Syekh Ibrahim tentang penetapan masalah aqidah dan manhaj ahli
sunnah.
Setelah lulus LIPIA Alhamdulillah aku bisa mendapatkan
kesempatan ke Riyadh
untuk mengabdi dakwah di MAKTAB JALIYAT sambil belajar di SYEKH BIN BAZ.
Menurutku yang paling membekas, berkesan, menarik dan
membalikkanku setelah taufiq dari Allah dari dakwah ini adalah:
SUMBER PENGAMBILAN DALIL YANG BENAR.
METODE PENGAMBILAN DALIL YANG BENAR.
CARA MEMAHAMI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH YANG BENAR.
BERAQIDAH DAN BERTAUHID SECARA BENAR.
LANDASAN DAKWAH TEGAS DAN BENAR.
Kalau akhlak dulu sudah aku pelajari.
Penyakit hati sudah amat sering dibahas dipesantrenku lewat
Ihya Ulumuddin.
Rumah tangga SAMARA jamiyahku juga lebih mantap dan matang
penyampaiannya.
Semangat berbisnis dan etika mencari harta para motivator
kawakan lebih hebat bahkan dengan non muslim hanya bidang halal haram yang
berbeda.
Yang tidak ada di jamiyah masa laluku dan ada di dakwah
salafiyah dan sangat menawan hatiku adalah:
Aqidah lurus
Cara beragama benar
Tauhid bersih dari TBC
Ibadah tanpa bidah
Ikhlas menyampaikan kebenaran sunnah
Berani bicara haq dengan berbagai macam resikonya.
amanah dakwah anti syirik, anti bidah dan anti maksiat tanpa
basa-basi.
Dan dalam hidupku pengalaman dakwah paling membekas adalah
orang tuaku sebelum meninggal……
SUDAH MENINGGALKAN
Kebiasaan merokok yang sudah kecanduan 40 tahun.
Meninggalkan tahlilan, yasinan dan maulidan serta shalawatan
hingga kebiasaan ziarah makan sunan-sunan.
Dan paling berat meninggalkan tarikat dengan berbagai
hujatan.
Semoga dakwah ini dan juru dakwahnya masih tetap istiqamah
dalam menyampaikan
Aqidahnya
Tauhidnya
Manhajnya
Anti syiriknya
Anti TBC nya
DENGAN TETAP MELURUSKAN NIATNYA DAN MEMPERBAIKI CARANYA
Memang berat…memang panas….memang terasing
Saat fitnah dakwah menghadang maka kita hanya bisa bersikap
seperti nasehat ulama mulia.
قال الإمام الذهبي رحمه الله
:
“إذا وقعت الفتن ؛
فتمسك بالسنة
والزم الصمت
ولا تخض فيما لايعنيك
وماأشكل عليك فرده إلى الله ورسوله
وقف ، وقل : الله أعلم
“.
[ السير(20/141) ]
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata,
“Jika terjadi berbagai fitnah, maka berpeganglah dengan As
Sunnah, diamlah, dan jangan membicarakan perkara yang tidak berguna bagimu. Dan
perkara apa saja yang masih musykil, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya
shallallahu alaihi wa sallam serta berhentilah dan katakanlah, “Wallahu a’lam (Allah
lebih mengetahui).”
(As Siyar)
Insya Allah kita dakwah
Bukan cari masa
Bukan cari popularitas
Bukan cari aman
Bukan cari senang orang
Bukan cari pujian jammaah
Bukan posisi dunia
TAPI CARI RIDHA ALLAH
INSYA ALLAH….."
Dikisahkan oleh Ust Zainal Abidin di Grup Multaqō ad-Du’ât
ilallâh
Sumber tulisan: Abu Salma al-Atsari
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan