Senin, Mei 16, 2011

Hukum kepiting

 Ditulis oleh H Mahrus ali
Hukum kepiting .

 Yaqut bin Abdullah al Hamawi  , wafat 626 H berkata : “
من عجائب الدنيا بحيرة خلاط فإنها عشرة أشهر لا يكون فيها ضفدع ولا   سرطان  ولا سمكة ثم يظهر بها السمك مدة شهرين في كل سنة
Termasuk keajaiban dunia adalah danau Khollat  selama sepuluh bulan tidak terdapat  katak , kepiting dan ikan  ,lalu ada ikan  selama dua bulan dalam setahun .[1]
Ibnu  Hajar  berkata :
فعند الحنفية وهو قول الشافعية يحرم ما عدا السمك واحتجوا عليه بهذا الحديث
Menurut mazhab hanafi dan pendapat ulama madzhab Syafii  selain ikan tetap di haramkan .Mereka  berpegangan kepada hadis ikan besar yang pernah di makan  sahabat sbb :
Jabir  ra berkata :
وَزَوَّدَنَا جِرَابًا مِنْ تَمْرٍ لَمْ يَجِدْ لَنَا غَيْرَهُ فَكَانَ أَبُو عُبَيْدَةَ يُعْطِينَا تَمْرَةً تَمْرَةً قَالَ فَقُلْتُ كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُونَ بِهَا قَالَ نَمَصُّهَا كَمَا يَمَصُّ الصَّبِيُّ ثُمَّ نَشْرَبُ عَلَيْهَا مِنَ الْمَاءِ فَتَكْفِينَا يَوْمَنَا إِلَى اللَّيْلِ وَكُنَّا نَضْرِبُ بِعِصِيِّنَا الْخَبَطَ ثُمَّ نَبُلُّهُ بِالْمَاءِ فَنَأْكُلُهُ قَالَ وَانْطَلَقْنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ فَرُفِعَ لَنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ كَهَيْئَةِ الْكَثِيبِ الضَّخْمِ فَأَتَيْنَاهُ فَإِذَا هِيَ دَابَّةٌ تُدْعَى الْعَنْبَرَ قَالَ قَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ مَيْتَةٌ ثُمَّ قَالَ لَا بَلْ نَحْنُ رُسُلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدِ اضْطُرِرْتُمْ فَكُلُوا قَالَ فَأَقَمْنَا عَلَيْهِ شَهْرًا وَنَحْنُ ثَلَاثُ مِائَةٍ حَتَّى سَمِنَّا قَالَ وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا نَغْتَرِفُ مِنْ وَقْبِ عَيْنِهِ بِالْقِلَالِ الدُّهْنَ وَنَقْتَطِعُ مِنْهُ الْفِدَرَ كَالثَّوْرِ أَوْ كَقَدْرِ الثَّوْرِ فَلَقَدْ أَخَذَ مِنَّا أَبُو عُبَيْدَةَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَأَقْعَدَهُمْ فِي وَقْبِ عَيْنِهِ وَأَخَذَ ضِلَعًا مِنْ أَضْلَاعِهِ فَأَقَامَهَا ثُمَّ رَحَلَ أَعْظَمَ بَعِيرٍ مَعَنَا فَمَرَّ مِنْ تَحْتِهَا وَتَزَوَّدْنَا مِنْ لَحْمِهِ وَشَائِقَ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ هُوَ رِزْقٌ أَخْرَجَهُ اللَّهُ لَكُمْ فَهَلْ مَعَكُمْ مِنْ لَحْمِهِ شَيْءٌ فَتُطْعِمُونَا قَالَ فَأَرْسَلْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ فَأَكَلَهُ *
Rasulullah SAW  memberi  bekal kurma sekantong kulit  , tiada makanan lainnya . Abu Ubaidah memberikan satu kurma – satu kurma .
Perawi berkata : “ Bagaimana kamu bisa berbuat dengannya  ?
Jabir berkata : Kita  menyesapnya  seperti   bayi menyesap , lalu kita minum air  . Kita sudah cukup dengannya sampai malam. Kita  memukul  dedaunan yang jatuh dengan tongkat kita ,lalu kita basahi dengan air lalu kita makan.
Kita pergi ke pantai  , lalu dipantai ada  ikan anbar  laksana undukan pasir besar.
Abu Ubaidah berkata  : “Ikan itu sudah membangkai ,  Tapi kita   menjadi utusan Rasulullah SAW  dalam keadaan  darurat di dalam sabilillah ,kita makan saja.
Kita bertempat disitu satu bulan ,kita berjumlah tiga ratus orang hingga  kita gemuk. Kita  menciduk minyak dari lobang matanya  dengan bejana ( tempayan ) , Kita potong daging nya ,kita rebus lalu kita dinginkan sebesar sapi .
Abu Ubaidah mengambil tiga belas  lelaki diantara kita ,lalu didudukkan di lobang matanya ,lalu mengambil tulang rusuknya ,  didirikan , lalu  unta  paling besar lewat dibawahnya . Kita  bikin dendeng daging  untuk bekal kita .Ketika sampai di medinah , kita datang kepada Rasulullah SAW ,lalu kita sebutkan hal itu kepadanya .
Beliau bersabda :  Ia adalah rizqi yang di keluarkan oleh Allah untukmu . Apakah kamu punya dagingnya , dan  kami makan padanya .lalu kita berikan kepada Rasulullah SAW  dan beliau memakannya . [2]
Imam Muhibbud din Thobari , lahir 224 , wafat 310 berkata :
والثعبان والعقرب والسرطان والسلحفاة للاستخباث والضرر اللاحق من السم
Ular ,kalajengking , kepiting  kura kura adalah haram  karena  jember dan racunnya  yang membahayakan .[3]
Komentarku ( Mahrus ali )
Bila  kepiting  termasuk jember , maka layak di haramkan karena ada ayat :
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang jember[4]

قال أحمد   السرطان  لا بأس به قيل له يذبح قال لا وذلك لأن مقصود الذبح إنما هو إخراج الدم منه وتطييب اللحم بإزالته عنه فما لا دم فيه لا حاجة إلى ذبحه
Imam Ahmad , wafat tahun 241 H. berkata :” Kepiting boleh  ,lalu di katakan kepadanya : “ Apakah di sembelih ? “.
Beliau menjawab  :”Tidak , karena maksud pemotongan adalah mengeluarkan darah dan melezatkan daging . Selama kepiting  tidak memiliki darah , tidak perlu dipotong [5]
Aku pada tanggal 15 Ramadan 1425 H. berkata : “Pernyataan tersebut pendapat peribadi Imam Ahmad dan beliau tidak mengetengahkan dalil . Ia bertentangan  dengan pendapat ulama  syafiiyah “.
Komentarku ( Mahrus ali ) : Imam Ahmad memperkenankan kepiting tanpa dalil .    
Ahmad bin Ali bin Hajar Alasqalani  , wafat 852 berkata :
   حديث أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن بيع   السرطان  لم أجده   
Hadis tentang larangan jual beli kepiting ,aku tidak menjumpainya “.[6]
Abdullah bin Yusuf Abu Muhammad Al hanafi Azzaila`i  , wafat 762 berkata :
الحديث الثالث والعشرون روي أنه عليه السلام نهى عن بيع   السرطان  قلت غريب جدا
Hadis ke 23 , diriwayatkan bahwa Nabi SAW  melarang jual beli kepiting  . Aku berkata  : “sangat nyeleneh “. [7]
   Jadi masalah kepiting hilafiyah , kita perlu kembali kepada Allah sebagaimana  ayat :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.[8]
Keterangan  penghalalan kepiting secara tegas dalam al Quran tidak ada , tapi ada yang mengharamkan dan kepiting termasuk khobits. Dalam hadis juga  tidak ada yang memperkenankan . Secara kenyataan para Rasulullah  mulai Nabi Adam sampai  Nabi  Muhammad , dan para sahabatnya  tidak kami jumpai keterangan hadis bahwa mereka  pada suatu saat pernah makan kepiting . Kita diperintahkan untuk makan sebagaimana makanan para Rasulullah.  Dalam  suatu hadis dijelaskan :
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ) وَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ )
Wahai  manusia !  Sesungguhnya  Allah baik  tidak akan menerima kecuali  yang baik . Dan sesungguhnya Allah memerintah  kaum mukminin  sebagaimana  para Rasul , lalu  berfirman : Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Al mukminun 51 )
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. ( Al Baqarah  172 )[9]
 Saya lebih  condong untuk mengharamkan kepiting. Bila  dikatakan syubhat , maka layak sekali untuk di hindari
الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ
Perkara halal adalah jelas dan haram juga jelas .  Dan diantara  halal dan haram itu terdapat perkara subhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya . Barang siapa berhati – hati dari perkara subhat , sungguh telah membersihkan diri untuk agama dan  kehormatannya. Barang siapa yang  jatuh ke dalam subhat , akan jatuh juga kedalam keharaman laksana pengembala yang mengembala di sekitar tanah larangan akan mengembala di dalamnya . Ingat ! Setiap raja mempunyai tanah larangan . Ingat ! Sesungguhnya tanah larangan Allah adalah keharamanNya .[10]
  Bila  kita makan berarti kita hilaf dengan para Nabi dan akan membinasakan kita sebagaimana hadis :

      ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ *

Rasulullah  SAW  bersabda  :”  Tinggalkan apa yang saya tidak memberi komentar . Sesungguhnya bangsa  sebelummu binasa karena  banyak bertanya dan menjalankan  bid`ah . Bila  aku memerintah sesuatu padamu  ,kerjakanlah semampumu  . Bila aku melarang sesuatu padamu hindarilah  “.[11]
    Paling fatal lagi biasanya kepiting di masak dengan tahinya , pada hal tahi itu kotor banget dan najis .  Untuk apakah kita makan kepiting bila masih ada ikan .
                                                                      


-------------



[1]  Mu`jamul buldan 381/2 .
[2] HR Muslim dalam kitab sahihnya   1935
[3] Fathul bari 619/9.
[4] Ala`raf 57
[5] Al Mughni 337/9
[6] Addiroyah fii takhriji ahadisil hidayah 212/1
[7] Nasbur royah 201/4
[8] Annisa`  59
[9] HR  Muslim / Zakat / 1015. Tirmidzi / Tafsir / 2989. Ahmad / Baqi musnad muktsirin/8149. Darimi / Raqaq / 2718

[10] Hr Bukhori / Iman / 52. Muslim / Musaqat / 1599. Tirmizi / Buyu`/ 1205. Nasai/ Asyribah /4453. –5710. Abu dawud / Buyukl/ 3329. Ibnu Majah / Fitan / 3984. Ahmad / Musnad kufiyyin / 17883
[11] Muttafaq alaih  , Muslim 1337
Artikel Terkait

4 komentar:

  1. Assaamulaikum
    Bagaimana pendapat ustadz tentang pengertian ayat: bila kalian berselisih dalam suatu masalah maka kembalikan kepoada Al=Qur'an dan suanah. bagaimana cara mengembalikan masalah lhilafiyah hukum kepiting kepada Al-Qur'an dan sunah?

    BalasHapus
  2. Kita kembalikan kepada Rasulullah SAW , apakah beliau pernah makan kepiting , begitu juga sahabat- sahabatnya yang terpantau oleh Rasulullah , apakah mereka di kala itu makan kepiting apakah tidak . Bila ya , silahkan makan kepiting dengan segala macam bentuknya . Bila tidak , maka kita ittiba` saja yaitu tidak makan kepiting . Lalu kita kembalikan kepada al quran , ternyata ada ayat Allah mengharamkan yang jember , dan kepiting itu salah satunya , dia selalu di tanah berlumpur , kadang makan tahi , masuk ke lobang yang berlumpur pula .Itu layak di beri nama jember . Apakah kepiting yang lingkungan kehidupannya seperti itu lalu kita katakan tidak termasuk jember . Pokoknya bila memakannya , carilah dalilnya dulu dari al Quran dan hadis.

    BalasHapus
  3. bukankah semua yang di laut itu halal bahkan bangkainya pun halal? bukankah semua yang di laut itu halal bahkan bangkainya pun halal?

    BalasHapus
  4. Makan saja anjing laut, buaya dan ular - ularnya atau gajah laut.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan