IMPOR bekas- Pakaian bekas impor dan lokal banyak dijual di kawasan Gembong, Surabaya. Foto: surya/habibur rohman
Meski sejak 2002 pemerintah telah melarang impor pakaian bekas, namun sampai kemarin baju eks impor masih terus mengalir ke berbagai kota di Tanah Air. Ada apa di balik semua ini?
Muhammad Zainudin/Eben Haezer Panca/Cornelius Vrian
Malang/Kediri
Malang/Kediri
Bisnis jual beli baju bekas lumayan menggiurkan. Bayu Abdul Ghofur, pemilik toko Isgom di Jalan Supriadi, Malang, yang menggeluti usaha ini selama lima tahun telah merasakannya.
Awalnya, ia sering merugi, karena tak bisa membedakan kode elang, pinguin, ikan, dan burung. Kode ini merujuk kualitas barang yang saat masuk ke Tanah Air sudah dalam keadaan terbungkus glangsing.
Namun, setelah mengetahui seluk-beluk bisnis ini, modal awal Rp 60 juta yang dikeluarkannya telah menghasilkan keuntungan berlipat. Kini, ia piawai menebak isi glangsing yang didatangkan dari sejumlah importir di Makasar, Bali, dan Bandung. “Rata-rata kerusakan item di setiap karung mencapai 50 persen. Bahkan, kalau tidak teliti, bisa dapat yang tingkat kerusakannya 90 persen,” tuturnya, Jumat (14/10).
Bayu membeli baju eks impor per karung/glangsing/bal (berisi 100-200 item pakaian) antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Ia jarang mengambil yang seharga Rp 3 juta ke atas, karena peminatnya sedikit. Barang karungan itu kemudian dijual eceran seharga Rp 25.000 - Rp 250.000 per biji. “Kalau saya beli yang di atas Rp 3 juta itu, berapa saya harus menjualnya. Siapa yang beli,” tambahnya.
Dengan suntikan pinjaman bank Rp 150 juta, ia tak hanya membuka gerai di Jl Supriadi, melainkan juga buka cabang di Jalan IR Rais Gang 9, Malang. “Secara kasar, rata-rata keuntungan saya sekitar Rp 50 juta per bulan. Keuntungan bisa meningkat menjadi Rp 100 juta saat akan Lebaran,” terang Bayu.
Keuntungan besar juga diraup Ahmad, warga Jl Raya Desa/Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, yang mulai terjun di usaha ini setelah di-PHK dari sebuah perusahaan elektronika di Jakarta pada 1998. Berbekal uang pesangon, awalnya ia mendatangkan barang dari Surabaya.
Namun, setelah usahanya maju pesat, ia mendatangkan barang dari Kediri, Bali, dan Jakarta. Tak hanya menjual secara retail, keuntungan besar juga didapat setelah menggrosir. “Saya cuma ambil untung Rp 100.000 per karung,” ungkapnya.
Tak harus bermodal besar. Suherman yang berjualan di Jl Terusan Mergan Lor, Kota Malang, mengaku mengawali bisnis hanya dengan modal Rp 6,5 juta. Bermodal tiga karung baju bekas, dalam tempo dua bulan, dia meraup laba Rp 4,5 juta. “Baju-baju yang kualitasnya buruk yang belum laku akan saya obral,” tuturnya.
Geliat perdagangan baju eks impor bisa dilihat di sepanjang Jl Raya Gringging, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri. Ny Bani, pemilik toko Romansa, mengaku telah menekuni baju bekas impor selama 10 tahun. Dari tahun ke tahun, usahanya semakin membesar. Kalau awalnya, ia hanya menjual eceran, sekarang sudah menggrosir. “Dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi,” katanya.
Nikmatinya bisnis baju bekas impor juga dirasakan pedagang Surabaya. Seperti diberitakan kemarin, Wahyu, yang mendatangkan baju bekas dari Singapura untuk dipasok ke Malang, Banyuwangi, dan beberapa kota di luar pulau Jawa, juga meraup untuk lumayan besar.
“Setiap pekan rata-rata permintaan dari para pedagang mencapai 10-30 bal. Setiap bal saya jual Rp 1,8 juta -Rp 3 juta tergantung jenis dan kualitasnya,” tuturnya, Kamis (13/10).
Demikian pula Dewi Yuliana yang banyak memasok kaus oblong, baju, celana, jaket, hingga baju anak-anak ke pusat-pusat pakaian bekas di Jakarta, Bali, dan beberapa kota di Jabar dan Jatim. Ia menjual mulai Rp 1,5 juta - Rp 2,5 juta per bal. Namun, untuk pakaian kualitas KW1 atau super, ia jual mulai Rp 2,5 juta per bal.
“Permintaan meningkat pada bulan-bulan tertentu seperti menjelang Ramadan atau tahun baru. Maklum, banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang ingin tampil beda, namun dengan kemampuan terbatas,” tandas wanita asal Jakarta ini.
Editor : Sugeng Wibowo
Sumber : http://www.surya.co.id/2011/10/15/untung-rp-50-jutabulan-lebaran-rp-100-juta
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Bisnis seperti itu , saya katakan halal , dari pada jual Bakso yang banyak MSG , cuka yang haram , atau peracangan yang menjual petis , terasi yang haram itu atau Apotik yang kapsulnya dan pilnya banyak mengandung glatin babi atau barang haram lainnya . Bisnis jual baju bekas ini halal asal jangan modal hutang ke Bank . Ia mengandung riba yang di benci oleh Allah . Ingat firmanNya :
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.[1]
Dalam suatu hadis juga di jelaskan :
حَدِيْثُ أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغافِلاَتِ
Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Nabi saw bersabda: “Hendaknya kalian menjauhi tujuh dosa-dosa besar yang membinasakan.”
Tanya mereka: “Ya Rasulullah, apa saja?”
Sabda beliau saw: “Menyekutukan Allah, berbuat sihir, membunuh jiwa seorang yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan alasan yang dibenarkan, makan uang riba’, makan uang anak yatim, melarikan diri dari medan peperangan, dan menuduh para wanita beriman yang bersih dengan tuduhan yang tidak baik.” [2](Bukhari, 55, kitab washaya, 33, bab firman Allah: “Sesungguhnya, mereka yang makan harta anak yatim secara aniaya).
Artikel Terkait
bisa minta contact person nya mbak dewi yuliana kah mas ? saya sedang mencari yang bener2 importir utk usaha ini, tlg hubungi saya via email di brandedmurahrere@gmail.com. makasih ...
BalasHapus