يَارَبَّـنَا يَارَبَّـنَا
Ya rabbana
Wahai Tuhan kami
Qasidah milik Sayid
Abu
Bakar bin Salim
يَارَبَّـنَا يَارَبَّـنَا يَارَبَّـنَا يَارَبَّـنَا
يَارَبَّـنَا أَنْتَ لَنَا كَهْفٌ وَغَوْثٌ وَمُعِيْنْ
Wahai
Tuhan kami – wahai Tuhan kami . wahai Tuhan kami - wahai Tuhan kami
Wahai
Tuhan kami – Engkau bagi kami adalah
gua, penolong, dan pemberi pertolongan.
Keterangan:
Allah SWT. dipanggil dengan gua dan ghauts, saya belum menjumpai dalilnya dan
tiada sahabat atau ulama salaf dahulu yang menyatakan seperti itu. Itu sekadar
kreasi manusia tanpa dasar wahyu. Berdoalah atau panggillah Allah SWT. dengan
sifat Allah SWT. yang ada di dalam al-Quran atau asmaul husna. Allah SWT.
berfirman :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ
سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.
Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”[1]
Jadi
saya khawatir kepada orang–orang yang menyebut Allah SWT. dengan sebutan yang
tidak terdapat dalam al-Quran atau hadits akan termasuk orang yang keliru dalam
memanggil nama Allah SWT. dan akan
mendapat balasan yang jelek.
عَجِّلْ بِرَفْعِ مَا
نَزَلْ أَنْتَ رَحِيْمٌ لَمْ
تَزَلْ
مِنْ غَيْرِكَ عَزَّ
وَجَلَّ وَلاَطِفٌ
بِالْعَالَمِيْنْ
Cepatlah
melenyapkan musibah Engkau selalu maha
belas kasih
Siapakah
selain Engkau k – Engkau Maha Belas kasih kepada seluruh alam.
رَبِّ اكْفِنَا شَرَّ
الْعِدَا وَخُذْ هُمُوْا
وَبَدِّدَا
وَاجْعَلْهُوْا لَنَافِدَا وَعِبْرَةً لِلنَّا ظِرِيْنْ
يَا رَبِّ شَتِتْ
شَمْلَهُمْ يَا رَبِّ فَرِّقْ
جَمْعَهُمْ
يَا رَبِّ قَلِّلْ
عَدَّهُمْ وَاجْعَلْهُمْ فىِ
الْغَابِرِيْنْ
وَلاَ تُبَلِّغْهُمْ
مُرَادْ وَنَارُهُمْ تُضْبِح
رَمَادْ
بكۤـهٰـيٰعۤصۤ فىِ الْحَالِ وَلَّوا
خَائِبِيْنْ
وَشَرَّ كُلِّ مَاكِرٍ وَخَائِنٍ وَغَادِرِ
وَعَائِنٍ وَسَاحِرِ وَشَرَّ كُلِّ الْمُؤْذِيْنْ
مِنْ مُعْتَدٍ وَغَاصِبِ وَمُفْتَرٍ وَكَاذِبِ
وَفَاجِرٍ وَعَائِبِ وَحَاسِدٍ وَالشَّامِتِينْ
Wahai
Tuhanku! Cukupilah kami atas kejahatan musuh. Tindaklah mereka Engkau cerai
beraikan
Jadikanlah
mereka sebagai tebusan kami dan teladan
bagi orang –orang yang melihat
Wahai
Tuhanku! cerai beraikan persatuan mereka
dan pecahkan kumpulan mereka
Wahai
Tuhanku persedikitlah jumlah mereka dan jadikanlah mata mereka berdebu
Jangan berikan tujuan mereka tercapai, jadikanlah
api mereka menjadi abu
…
dengan kaf ha ya ‘ain shad sekaligus
mereka mundur terhina
Dan
cukupilah kami dari kejelekan orang yang makar, cidra, orang yang bermata hasud
lalu membahayakan, ahli sihir, dan kejahatan setiap orang yang mengganggu
Dari
orang yang melanggar, gasab, pembohong, durja, pencela, hasud dan musuh yang
gembira.
Keterangan:
Banyak permintaan dalam doa ini yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah
dan doa sang penyair kali ini bertawasul dengan huruf kaf ha ya ‘ain shad.
Tawasul sedemikian ini tidak ada tuntunannya, tiada dalilnya dan tiada sahabat atau ulama salaf dahulu
yang melakukan seperti itu. Ia mirip dengan anggapan yang menyatakan bahwa setiap huruf ada khasiatnya.
Tawasul tidak diperkenankan dengan huruf
dan bertawasullah dengan amal
perbuatanmu sendiri. Dalam ensiplopedi
fatwa Komisi Fatwa dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia menyatakan:
س : مَا حُكْمُ قَوْلِ بَعْضِ
النَّاسِ فِي اْلقُنُوْتِ ( بَيْنَ سَقْفِنَا ، وَكَهيعص تَكْفِيْنَا.. ) إلخ وَهَلْ
يَجُوْزُ الصَّلاَةُ خَلْفَ مِثْلِ هَؤُلَاء؟ جَزَاكُمُ الله خَيْرًا.
( جَمَاعَة مُسْلِمَة- بَرِيْطَانِيَا
)
Soal:
Bagaimanakah hukum sebagian orang dalam qunut. Antara atap kita dan kaf ha ya
‘ain shad yang mencukupi kami… Apakah diperkenankan melakukan shalat di
belakang imam seperti itu? Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu! Jamaah
muslim Inggris.
ج : هَذَا اْلعَمَلُ بِدْعَةٌ
وَمُنْكَرٌ وَلَا أَصْلَ لَهُ فِي الشَّرْعِ ، وَالْوَاجِبُ عَلَى الْجِهَاتِ الْمَسْئُولَةِ
عَزْلُ هَذاَ الْإِمَامِ وَإِبْدَالُهُ بِخَيْرٍ مِنْهُ إِذَا لمَ يَتُبْ وَيَدَعْ
هَذِهِ اْلبِدَعْ ، لِقَوْلِ الله سبحانه : وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ الآية ، وَلِقَوْلِ النَّبيِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
رواه الإمام مسلم في صحيحه.
Jawaban:
Perbuatan tersebut bid`ah, mungkar, tiada dalilnya dalam syariat. Bagi penguasa
yang bertanggung jawab kepadanya harus mencopotnya dan diganti dengan yang
lebih baik bila dia tidak bertobat atau meninggalkan bid`ahnya karena Allah berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar.”[2]
Rasulullah
e juga bersabda
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ
مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran,
robahlah dengan tangannya. Bila tidak mampu,cukup dengan lidahnya. Bila tidak mampu cukup dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.”[3]
Abdur Rauf
al-Munawi berkata:
اَلْأَوْلَى أَنْ لَا يُجَاوِزَ
اْلِإنْسَانُ فِي طَلَبِهِ الْمَأْثُوْرِ
“Yang paling utama hendaklah menusia tidak mohon kepada Allah melebihi apa yang terdapat dalam hadits.”[4]
Abdullah
bin Ahmad bin Qudamah al-Maqdisi
berkata:
فَصْلٌ
فَأَمَّا الدُّعَاءُ بِمَا يَتَقَرَّبُ بِهِ إِلَى الله عَزَّ وَجَلَّ مِمَّا لَيْسَ
بِمَأْثُوْرٍ وَلَا يُقْصَدُ بِهِ مَلَاذُ الدُّنْيَا فَظَاهِرُ كَلَامِ الْخَرْقِي
وَجَمَاعَةٍ مِنْ أَصْحَابِنَا أَنَّهُ لَا يَجُوْزُ
Pasal:
Adapun berdoa untuk mendekat kepada Allah k dengan kalimat di luar hadits dan
tidak dimaksudkan untuk mendapat kenikmatan dunia, maka menurut perkataan
al-Kharqi dan segolongan dari teman kami
tidak diperkenankan.[5]
Aku
berkata : Hal itu bila dilakukan di luar shalat, apalagi dalam shalat.
يَارَبَّـنَا يَارَبَّـنَا يَاذَالْبهَا وَذَا السَّنَا
Wahai
Tuhan kami - Wahai Tuhan kami, wahai Tuhan yang punya keagungan dan yang punya
al-Sana (nama sejenis tumbuhan)
Keterangan:
Wahai Tuhan yang punya keagungan dan yang punya al-Sana (nama sejenis tumbuhan), kalimat tersebut
belum pernah digunakan untuk menyebut atau memanggil Allah dalam berdoa oleh
para sahabat atau ulama salaf dahulu. Lafal al-Baha tidak terdapat dalam asmaul husna atau julukan untuk Allah dalam
al-Quran.
وَذَالْعَطَا وَذَا
الْغِنَى أَنْتَ مُجِيْبُ
السَّائِلِيْنْ
يَسِّرْلَنَا عُيُوبَنَا فَأَنْتَ بِالسِّتْرِ قَمِيْنْ
وَاغْفِرْلَنَا ذُنُوبَنَا وَكُلَّ ذَنْبٍ عِنْدَنَا
وَامْنُن بِتَوْبَةٍ لَنَا أَنْتَ حَبِيْبُ التَّائِبِيْنْ
بِجَاهِ سَيِّدِنَا
الرَّسُوْل وَالحَسَنَيْنِ
وَالْبَتُولْ
وَالْمُرْتَضَى أَبىِ
الْفُحُوْلْ وَجَاهِ جِبْرِيْلَ
الاَمِيْنْ
Wahai
Tuhan yang punya pemberian dan kekayaan, Engkau Tuhan yang mengabulkan orang –
orang yang minta
Permudahlah
urusan kami, dan lapangkan dada kami
Tutupilah
aib – aib kami. Engkau layak untuk menutupinya
Ampunilah dosa – dosa kami dan seluruh dosa kami
Berilah
kami bertobat dan Engkau kekasih orang – orang yang bertobat
…
Dengan kedudukan sayidina Rasulullah e,
dua hasan dan Fathimah al-Batul
Ali
al-Murtadha – Abul Fuhul dan kedudukan Jibril yang terpercaya.
Keterangan:
Doa dengan kedudukan orang – orang yang disebutkan tadi tiada sahabat atau
ulama salaf dahulu yang melakukan
seperti itu. Dan tiada sahabat yang menyebut Fathimah al-Batul, atau Ali
dengan al-Murtadha, apalagi disebut Abul Fuhul.
ثُمَّ الصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى النَّبِىِّ
خَيْرِ اْلاَنَامْ
وَآلِهِ الْفُرِّ
الْكِرَامْ وَصَحْبِهِ
وَالتَّابِعِيْنْ
Lantas shalawat dan salam semoga diberikan kepada
nabi – manusia terbaik
Keluarganya
yang cemerlang dan mulia, sahabat dan para tabiiin.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan