SALAH satu
penyakit akidah yang menjangkiti umat Islam di Indonesia adalah kegemarannya
mengkultuskan kuburan nenek moyang dan sosok yang dianggap saleh, untuk
dijadikan perantara meminta berkah, kesehatan, minta anak, jodoh, jabatan dan
berbagai hajat lainnya. Aneh, kuburan pun dianggap memiliki fakultas dan
jurusan
Kenyataan adanya kepercayaan
yang salah bahkan merusak akidah Islam, contohnya keberadaan makam Walisongo
tidak lepas dari mitos. Konon, bila orang punya tujuan tertentu berziarah ke
makam Walisongo, doa-doanya akan dikabulkan.
”Orang yang ingin mendapat
ilmu biasanya berziarah ke makam Sunan Kalijaga, mendapat harta pergi ke makam
Sunan Kudus, dan bila ingin mendapat kedudukan berziarah ke makam Raden Fatah,”
ungkap Soleh, salah satu penjaga makam Raden Fatah di halaman Masjid Agung
Demak sebagaimana dikutip oleh koran di Jakarta beberapa waktu lalu.
Demikian di antara isi bedah
buku Kuburan-kuburan Keramat di Nusantara karya Hartono Ahmad Jaiz
dan Hamzah Tede di Islamic Book Fair 2011/1432H di Istora Senayan, Jakarta,
Kamis 10 Maret 2011. Dua pembicara dihadirkan oleh penerbit Al-Kautsar Jakarta
untuk membedah buku ini, yakni penulisnya, Hartono Ahmad Jaiz, dan
pembandingnya dari MUI Pusat, Dr Cholil Nafis. Acara ini dipandu oleh redaktur
penerbit buku itu, Abduh Zulfidar Akaha.
Dijelaskan, masalah
dikeramatkannya kuburan-kuburan bukan hanya menggejala di satu tempat, namun
sudah menjangkit ke mana-mana, dan jumlahnya sangat banyak. Sebagai contoh, ada
tulisan "Daftar Makam Keramat di Kabupaten Bandung Jawa Barat" di
kaskus.com, disebutkan ada satu kecamatan yang makam keramatnya sampai 51
tempat, lengkap dengan nama kuburannya dan alamatnya. Kemudian masih diberi
komentar, Dari sekian Banyak makam disini masih sangat banyak yang
belum ditulis karna tempat yang jauh dan di tengah hutan.....
(kaskus.us, 12-09-2010, 08:32 AM, Ireng Kencana).
Banyaknya makam yang
dikeramatkan di berbagai tempat itu menjadikan keprihatinan para ulama yang
masih punya kepedulian dan menyayangi umat Islam agar tidak terjerumus ke dalam
kesesatan yang nyata.
Seorang Syaikh dari Timur
Tengah yang berceramah di Radio Rodja diterjemahkan Ustadz Zaenal Abidin,
Selasa 05 Oktober 2010 tentang pentingnya Tauhid menyebutkan, di dunia Islam
ada 20.000 kuburan yang dikeramatkan, yang dapat mengakibatkan pelakunya
melakukan kemusyrikan yang mengeluarkan dari Islam.
Kalau toh tidak sampai
terjerumus ke dalam kubangan kemusyrikan, masalah berkaitan dengan kuburan ini
menimbulkan pula amaliah yang belum tentu sesuai dengan syariah. Termasuk,
sekedar membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an di kuburan merupakan amalan yang
tidak ada tuntunannya, namun oleh mereka diyakini sebagai amal baik yang layak
dilakukan saat melakukan ziarah kubur.
Buku ini ditulis berdua
(Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede), dengan judul Kuburan-kuburan Keramat di Nusantara.
Isinya mengenai sejumlah kuburan yang dikeramatkan di berbagai tempat di Indonesia. Tema
ini menambah wawasan bagi yang telah membaca buku Pendangkan
Akidah Berkedok Ziarah di Balik Kasus Kuburan Keramat Mbah Priok.
Dan akan lebih jelas lagi rangkaiannya dengan membaca buku yang baru terbit dan
beredar di IBF 5-13 Maret 2011 itu berjudul Lingkar Pembodohan dan Penyesatan karya
Hartono Ahmad Jaiz dkk terbitan Pustaka Nahi Munkar Surabaya.
Menurut penulisnya, buku Kuburan-kuburan
Keramat di Nusantara ini dimaksudkan untuk mengingatkan, tugas
untuk berdakwah di masa kini dan kemungkinan di masa mendatang relative cukup
berat. Karena masalahnya menyangkut hal yang rumit dan pelik, sekaligus
mengenai jantung utama dalam melaksanakan Islam yaitu akidah Islamiyah,
keyakinan Islam.
Kenapa? Karena masalah
pengkeramatan kuburan itu berkaitan langsung dengan akidah, yakni rawan
kemusyrikan. Sedang kemusyrikan atau syirik (menyekutukan Allah dengan
selain-Nya) itu adalah dosa paling besar, apalagi kalau syirik akbar (besar)
maka mengeluarkan pelakunya dari Islam. Hingga kalau pelaku syirik akbar itu
mati dalam keadaan belum bertaubat maka haram masuk surga dan kekal di neraka.
Resikonya ada lima: seluruh amaliahnya
batal sia-sia; keluar dari Islam; haram masuk surga; kekal di neraka; dan kalau
keluar dari Islam maka batal pernikahannya, dan tidak boleh waris mewarisi
dengan orang Islam.
Kenapa
sampai segawat itu bahayanya?
Ya, karena menyangkut masalah
akidah (keyakinan), yaitu mengalihkan doa (ibadah) dan rangkaiannya
(pengorbanan/ persembahan, nadzar dan sebagainya) yang mestinya hanya untuk
Allah namun dialihkan kepada isi kubur (mayat) yang dikeramatkan. Padahal itu
merupakan pelanggaran yang paling besar menurut Islam, maka bahayanya dalam
merusak akidah pun sangat dahsyat.
Dalam buku ini dibahas
rangkaiannya dan juga dalilnya. Karena pada dasarnya, ramainya orang ke
kuburan-kuburan para wali atau kuburan yang dianggap keramat di waktu-waktu
tertentu, misalnya sangat ramai ketika menjelang bulan puasa, sedang bulannya
itu sendiri yakni Sya’ban disebut Bulan Ruwah (dikaitkan dengan roh atau arwah)
itu adalah tradisi dari luar Islam yakni Hinduisme. Makanya ziarah kubur saat
itu disebut nyadran, dari lafal ajaran Hindu:srada atau
sadra, artinya menghormati leluhur. Jadi tradisi nyadran itu bukan dari
Islam, walau ziarah kubur itu sendiri diajarkan dalam Islam. Namun kenyataannya
--yang dipraktekkan banyak orang-- jauh berbeda dengan yang diajarkan Islam,
yakni tidak menentukan waktu-waktu tertentu, hanya untuk mengingat akherat dan
mendoakan mayit isi kubur yang Muslim. Itu semua dijelaskan di buku ini.
Penyelisihan yang jauh dari
Islam itu lebih jauh lagi ketika tujuan orang-orang yang berziarah kubur pun
menurut penuturan para juru kunci, untuk meminta apa-apa yang dihajatkan.
Bahkan ada juru kunci yang mencatat hajat masing-masing peziarah untuk
dijadikan apa yang mereka sebut pengantar dalam doa (meminta kepada mayat).
Hingga kuburan-kuburan itupun dianggap memiliki fakultas-fakultas atau
jurusan-jurusan masing-masing. Yang mau lancar rezekinya maka juru kunci
menunjuki ke kuburan wali Anu. Yang ingin naik jabatan maka ke kuburan wali Anu
yang lain lagi. Asraghfirullah al ‘azhim. Betapa jauhnya dari
apa yang diucapkan setiap shalat, membaca al-Fatihah:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
"Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan" (QS Al-Fatihah: 5).
Larangan berdoa kepada selain
Allah pun telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَدْعُ
مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ
فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ
فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ
لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ [يونس/106-107]
"Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi
kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(QS Yunus 107).
Berdoa adalah ibadah, maka
orang yang berdoa memohon kepada selain Allah (isi kubur, roh orang yang
dipatungkan dan sebaginya) berarti adalah menyembahnya. Maka Syaikh
As-Syinqithi dalam Tafsir Adhwaaul Bayan menggolongkan lafal zalim dalam
QS Yunus/ 10: 106 (jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya
kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim)
itu artinya adalah kafir. Sebagaimana dalam QS Al--Baqarah/2:
254, dan QS Luqman/ 31:13.
Kenyataan jauhnya praktik
penyimpangan di kalangan umat Islam, tampaknya semakin menjadi-jadi, sedang
secara jumlah pun semakin berkembang subur. Kenapa? Pasti ada penyebabnya atau
factor-faktor yang mendorongnya.
Perlu kita tengok, gejala
buruk ini mesti ada pemicunya, bahkan mungkin ada penggeraknya. Kita tengok ke
sepuluhan tahun yang lalu, bagaimana keadaan yang menggiring ke arah carut
marutnya pemahaman dan pengamalan Umat Islam terhadap agamanya. Sebagai
gambaran singkat, mari kita simak kutipan berikut ini:
Dalam kata pengantar buku
kami (Hartono Ahmad Jaiz) berjudul Tasawuf, Pluralisme, dan Pemurtadan terbitan
Pustaka Al-Kautsar 2001 di antaranya ditulis:
Perlu diingat, kalimah
syahadat pun diacak-acak Nurcholish Madjid dengan cara
menerjemahkannya menjadi Tiada tuhan (t kecil) selain Tuhan (T besar).
Sedang lafal Assalamu'alaikum diinginkan Gus
Dur untuk diganti dengan selamat pagi. Kuburan pun diberi
istilah "keramat" entah oleh siapa,
yang kandungannya rawan syirik. Lalu Gus Dur menghidupkan Sunnah
Sayyi'ah (jalan keburukan) tentang pengeramatan
itu dengan menghadiri kuburan Joko Tingkir di Lamongan Jawa
Timur yang tak banyak dikenal orang, akibatnya praktek rawan kemusyrikan itu
marak kembali sejak Juli 1999. (Tulisan ini bukan berarti anti ziarah kubur,
namun dalam hal ini jelas kaitannya dengan pengeramatan kuburan yang jelas
mengandung kerawanan syirik). Sementara itu pihak Nasrani lewat
Nehemia-nya mengacak-acak Islam dengan menyebarkan
lembaran-lembaran yang disebut “Dakwah Ukhuwah”
padahal isinya memutar balikkan ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadits. (Kata Pengantar
buku Hartono Ahmad Jaiz, berjudul Tasawuf, Pluralisme, dan Pemurtadan terbitan
Pustaka Al-Kautsar 2001).
Pembaca yang kami hormati,
dari keadaan ditulisnya pristiwa itu hingga kini jaraknya hanya dalam masa
sepuluhan tahun, tetapi ternyata perusakan agama itu sudah sedemikan dahsyat
dampaknya. Di antaranya:
1. Pluralisme agama yang
bahasa Islamnya adalah kemusyrikan baru (namun karena istilahnya tidak diambil
dari istilah Islam maka Umat Islam tidak faham) sudah merambah ke mana-mana.
Sampai-sampai akan diselenggarakan perayaan lintas agama di Senayan Jakarta,
Ahad 06 Februari 2011, bahkan tokoh utamanya ketua umum Muhammadiyah Din
Syamsuddin dan direncanakan akan didatangkan 10.000-an orang dari berbagai
agama. Acara itu disertai pula doa bersama antar agama, yang tentu saja hal itu
sama sekali tidak sesuai dengan Islam. Sebagaimana telah berlangsung acara yang
mengagetkan, apa yang disebut haul memperingati kematian Gus Dur tahun pertama
Desember 2010 diadakan doa bersama antar agama dan tahlilan serta yasinan di
gereja di Jombang. Itu di samping acara lainnya, haul Gus Dur disertai tahlilan
dengan diadakan pula arak-arakan barongsai dari keyakinan Konghucu Cina.
2. New Age Movement suatu
keyakinan spiritual yang mengambil dari agama-agama Timur dalam bentuk
spiritual, tidak mengakui Tuhan di luar diri manusia, tidak percaya taqdir dan
akherat; namun keyakinan batil itu merebak ke mana-mana.
3. Kubur-kubur yang
dikeramatkan pun semakin mengkristalkan sikap kultus yang luar biasa, hingga
satu kuburan keramat di Tanjung Priok Jakarta (kuburan Mbah Priok) mampu
mengerahkan pembela-pembelanya sampai ribuan orang dan ada yang masih dibawah
umur (alias anak-anak) namun jibaku seolah seperti berjihad dalam agama, ketika
membela kuburan yang mereka anggap keramat. (lihat buku Pendangkan
Akidah Berkedok Ziarah di Balik Kasus Kuburan Keramat Mbah Priok).
4. Penguasa pun terseret ke
pemahaman yang sama sekali tidak berlandaskan ilmu yang benar, serta tanpa
landasan agama yang benar, hingga satu kuburan dibiayai Rp180 milyar. Yakni
kuburan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) di Jombang.
5. Para pemegang kekuasaan,
baik tingkat daerah maupun pusat yang bersikap tanpa landasan yang benar
seperti itu mengakibatkan suburnya kesesatan yang nyata, hingga kuburan itu
kabarnya setiap hari dikunjungi ribuan orang.
Kesesatan
dan maksiat dipelihara bahkan dikembangsuburkan
Keadaan Umat Islam yang
digiring ke tempat-tempat yang rawan kemusyrikan seperti itu jelas sangat
membahayakan. Bahkan yang lebih menyedihkan, kemusyrikan dengan aneka ubo rampe-nya
(perangkat) dan tetek bengek-nya (aneka macamnya) itu seakan
dipiara bahkan dikembang suburkan. Itupun oleh aneka pihak.
Masih ada yang lebih
memprihatinkan lagi, ketika kemusyrikan itu dipelihara dengan menyuburkan
pelacuran tanpa malu-malu dan tega pula menyebut tempat mesum dan kemusyrikan
itu sebagai tempat wisata. Ini bukan cerita khayal, tetapi terjadi nyata di
negeri yang disebut religious alias agamis, padahal tidak bermoral dan merusak
agama. Yakni apa yang terjadi di kuburan Gunung Kemukus di Jawa Tengah.
Di zaman Presiden Soeharto,
pernah Media Dakwah terbitan Dewan Dakwah memberitakan, MUI Kabupaten Sragen
meminta agar tempat mesum dan kemusyrikan di kuburan itu ditutup. Namun malah
MUI dibalikin (dibantah dengan membalikkan perkataan), agar MUI mengganti
retribusi yang setiap waktu diterima Pemda.
Benar-benar memalukan. Itu
lebih “sopan” ketika ada seorang tetangga yang anaknya jadi pelacur, misalnya,
lalu dinasihati orang, agar menghentikan anaknya yang merusak moral masyarakat
itu. Lalu dijawab, kalau begitu, ya silahkan kamu ganti duit yang setiap saat
aku terima dari anakku yang pelacur itu.
Kenapa lebih “sopan”, karena
perusakan dari satu orang itu hanya akan menimpa sejumlah kecil korban. Bahkan
setelah dinasehati seperti itu mungkin kemudian keluarga itu minggat atau
menghilang. Tetapi kasus Gunung Kemukus yang memalukan itu masih dipelihara
sampai sekarang. Walaupun yang dulunya beralasan seperti itu mungkin sudah
dipanggil Allah Ta’ala untuk tunggu giliran dalam mempertanggung jawabkan
perbuatannya, atau sudah pension atau tidak berkuasa lagi, namun penerusnya
masih meneruskannya.
Itulah kenyataan sengaja
merusak moral masyarakat dan memporak porandakan akidah Umat yang dilakukan
oleh orang-orang yang mendapatkan amanat. Di saat tempat pelacuran dapat
dihapus di berbagai tempat, bahkan di Kramat Tunggak Tanjung Priok dapat
dibredel kemudian didirikan Masjid dengan Islamic Center, ternyata kalau
pelacuran itu plus kemusyrikan seperti di kuburan Gunung Kemukus justru diberlangsungkan.
Betapa tidak punya rasa malu, mereka itu.
Lantaran ngeyelnya
para perusak masyarakat namun menduduki jabatan apa yang disebut pamong
(pengasuh rakyat), ditambah dengan aneka pihak yang sejalan dalam merusak moral
masyarakat dan agama Umat, maka dalam rentang waktu yang baru sepuluhan
tahun-an saja kerusakannya telah sebegitu dahsyatnya. Oleh karena itu, penulis
mengungkapkan, atas pertolongan Allah Ta’ala, menyusun buku ini adalah untuk
membendung dan bahkan memberantas ketidak lurusan itu semua. Agar Umat Islam
ini memahami betapa besar bahaya yang melanda bagi Umat ini. Setelah itu semoga
mereka kembali ke jalan yang benar, bertaubat, dan tidak lagi mendekati
praktik-praktik yang rawan syirik.
Untuk mengembalikan kepada
ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara pemahaman para
ulama yang mengikuti manhaj yang selamat, buku ini diberi ulasan-ulasan
mengenai hal yang menyimpang berkaitan dengan kuburan. Ulasan itu dilandasi
dengan dalil-dalil yang jelas, sehingga para pembaca diharapkan mampu
menyerapnya dengan baik.
Penguasa
kebijakannya menyelisihi aturan
Dalam buku ini di sana sini
ada nada mengharap agar pihak-pihak yang berkuasa tidak menambahi terjerumusnya
Umat Islam kepada kesesatan bahkan kemusyrikan berkaitan dengan kuburan. Entah
dengan dalih cagar budaya, pelestarian sejarah atau apapun, yang jelas kalau
itu mendukung kemusyrikan maka sama sekali bukan kebijakan yang mengikuti
aturan, bila melestarikannya. Karena aturan secara konstitusi justru agama ini
(Islam) dilindungi atau dijamin, sedang membiarkan bahkan mendukung adanya
penyelewengan agama (dari tauhid kepada syirik) itu berarti bukan melindungi
agama tetapi adalah mendukung adanya penyelewengan bahkan perusakan agama.
Jadi dua perkara yang
dilanggar oleh para penguasa bila yang terjadi seperti itu, yakni melanggar
konstitusi dan sekaligus melanggar agama.
Ketika kondisinya seperti
itu, sedang semuanya diam, bahkan menganggapnya wajar, maka seakan buku ini
justru dianggap aneh.
Untuk membuktikan bahwa buku
ini ibarat barang putih, sedang lakon yang disoroti di buku ini adalah lakon
yang gelap bila ditimbang dari dalil agama (Islam), maka pembaca dipersilakan
menyimak lembar demi lembar (362 halaman). Insya Allah akan ketemu
bukti-buktinya. [haji]
(Dari bedah buku Kuburan-kuburan
Keramat di Nusantara karya Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede di
Islamic Book Fair 2011/ 1432H di Istora Senayan, Jakarta, Kamis 10 Maret 2011).
Komentarku ( Mahrus ali):
Fenomena kesyirikan bukan fenomena
tauhid telah melanda dimana – mana bukan lenyap di telan massa yang agamis
bukan massa yang atheis. Ini sinyal yang harus di hentikan bukan di sebarkan
lagi yang lebih luas. Ini kewajiban
mukmin bukan kafir dan munafik
untuk amar ma`ruf bukan amar kemungkaran di zaman yang sudah tidak
memperhatikan nilai ajaran agama ini, bahkan melecehkan dan menjunjung nilai
metrialistis. Pegangilah ayat ini:
نَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ
لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ(40)الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ
الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong
orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, niscaya mereka mendirikan salat , menunaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan. Al haj 40-41
Artikel Terkait
artikelny mantab, smg kesyirikan sdikit dmi sdikit brkurang d negeri ini hgga pd akhirnya tdk ada ksyirikan
BalasHapusass, oo sy jd lbh byk mskn. mnrt sy sbg org awam, d tmpt2 spt itu, makam, candi, bangunan2 cagar budaya lainnya, hrs benar2 bertujuan utk mengamankn kekayaan budaya , sejarah. silkn brkunjung. sebaiknya ada tertulis jls larangan .. utk tdk melakukn kegiatan ibadah doa dan smcmnya, jg tdk membw sgl atribut peribdtn. krn dpt memicu kemusyrikn. terdengar aneh mmg krn ibadah adl hak privat seesorg. tp yaa begitulah nyatanya..klo tdk diingtkn dg jls...yaa mkn byk kegiatn yg menyimpang. ...slm.
BalasHapusbro, kalau mau lebih valid, anda survey saja para pengunjung makam2 tsb, dan dibuat list pertanyaan: apakah mereka meyakini bahwa makam tersebut atau mayit di dalamnya diyakini mempunyai kemampuan mengabulkan hajat mereka?. karena ini masalah keyakinan, letaknya di hati, dan orang lain tdk mampu menduga-duga hati org lain. seseorang dpt diketahui isi hati dan keyakinannya setelah ia berbicara/mengaku. sama halnya orang kafir memandang aneh org shalat di depan ka'bah.
BalasHapusso, hati2 mencap bro