Berikut
adalah penuturan kisah nyata oleh Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di
Solo:
Dulu ketika saya
masih duduk di bangku SMA yang saya ketahui tentang Islam di Indonesia adalah
NU dan Muhammadiyah. Meskipun banyak juga kelompok-kelompok Islam lain yang
saya sebatas tahu tapi karena kondisi mereka yang tidak sebesar NU dan
Muhammadiyah sehingga dari pemahaman saya pribadi terhadap mereka juga kurang
mendalam.
Kemudian ketika mulai muncul isu terorisme di
Indonesia saya mulai tahu
bahwa banyak di luar sana
umat Islam yang berpandangan sangat keras ketika menyikapi permasalahan yang
terjadi di zaman sekarang ini. Terutama jika permasalahan tersebut berkaitan
dengan dunia barat (AS dan sekutu), neo-liberalisme, dan Yahudi. Dari situ
kemudian juga berdampak kepada permasalahan antarumat bergama.Setelah hampir 3 tahun saya hidup di Solo untuk menempuh pendidikan tinggi di sana, saya mulai mengerti bagaimana kondisi real tentang gencarnya doktrinasi Radikalisme Islam dari mulai grassroot hingga tingkatan paling atas. Saya paham betul khususnya di kampus (negeri) bagaimana doktrik-doktrin radikal tersebut dimasukkan ke otak para mahasiswa lewat berbagai kegiatan keagamaan.
Yang terjadi apa?
Kampus diindikasikan sebagai wadah pencetak teroris. Pada tahun 2010-2011
tercatat beberapa PTN di Indonesia mahasiswanya terbukti berhubungan dengan
berbagai kelompok pembaharu yang mengatas namakan Islam akan tetapi dengan
ideologinya mereka menginginkan untuk membentuk sebuah Negara Islam Indonesia
(NII) dengan cara-cara yang sama sekali tidak pernah diajarkan dalam agama
Islam.
Dari hal tersebut kemudian bisa dirasakan
bahwa dampak yang muncul yakni anti-pati, larangan, dan kecaman oleh para orang
tua mahasiswa—khususnya mahasiswa baru—terhadap segala organisasi kegamaan di
kampus. Mereka khawatir jika anak-anaknya terjerumus ke dalam radikalisme
agama.Saya dengan pandangan ke-Indonesia-an mencoba menelusur lebih dalam tentang tanah air, bagaimana di Indonesia itu dikenal sangat berbudaya, apapun yang ada di Indonesia adalah produk budaya, bahkan masuknya Islam di nusantara juga tidak lepas dari nilai-nilai luhur budaya nusantara itu sendiri. Itulah mengapa saya pribadi beranggapan bahwa pentingnya menjaga tradisi dan budaya dan melawan segala bentuk radikalisme agama yang akan menganggap segala tradisi dan budaya itu adalah hal yang menyesatkan.
Di Kota Bengawan ini saya belajar mengenal kondisi lingkungan dan masyarakatnya. Rutin seminggu sekali di Solo digelar JAMURO (Jamaah Muji Rosul) yang tempatnya berpindah-pindah. Di Solo dan sekitarnya Jamuro menjadi semacam “perlawanan budaya” terhadap menjamurnya gerakan Islam radikal yang mengibarkan semangat anti aqidah dan amaliah warga Nahdliyyin—karena saya orang NU—dan juga menggerogoti budaya-budaya leluhur Jawa dengan dalil penyesatannya.
Solo memang daerah di mana berbagai macam kelompok Islam berkembang dengan suburnya. Selain menjadi basis Muhammadiyah, di daerah ini juga ada Pesantren Al-Mukmin Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Ada juga Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) pimpinan Ahmad Sukino.
Sebagai bagian dari masyarakat asli Indonesia dan juga bagian dari NU yang memang anti-radikalisme saya sangat prihatin ketika ancaman oleh radikalisme Islam itu semakin gencar dilakukan. Khususnya ini menjadi ancaman bagi 4 pilar kehidupan kebangsaan Indonesia, yaitu UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
KH Said Aqil Siradj selaku Ketua Umum PBNU pernah menyampaikan bahwa gerakan-gerakan Islam radikal itu merupakan ancaman bagi kita semua. Dan Indonesia yang multikultur akan terus eksis jika NU sebagai payung kebhinnekaan bangsa tetap berdiri kokoh menjadi kekuatan sosial keagamaan dan kebudayaan.
Ini jelas hal yang butuh diperhatikan secara lebih untuk kemudian disikapi dengan tindakan yang sesuai norma-norma yang ada. radikalisme Islam bisa dikatakan sebagai salah satu musuh bangsa yang harus dilawan dan jangan dibiarkan berkembang dengan leluasa. Karena mereka jelas tidak mau menghargai kearifan lokal yang ada di Indonesia ini. Yang padahal nilai-nilai budaya dan kearifan lokal itu lah yang membuat nusantara menjadi bangsa yang disegani.
Segala upaya-upaya untuk menangkal radikalisme harus dilakukan, pemerintah selaku penyelenggara negara harus berperan aktif dalam hal ini. Membentengi diri dengan ilmu agama yang tidak asal-asalan harus juga diperhatikan, jangan asal mau menangkap ajaran-ajaran yang tidak jelas asal-usulnya.
SARKUB.COM
(Dituturkan oleh Ahmad
Rodif Hafidz, Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Solo seperti
diberitakan oleh NU Online)
Komentarku ( Mahrus ali):
Ada
tiga golongan di dunia ini, dimanapun dan kapanpun. Golongan yang radikal dalam
mempertahankan dan memperjuangkan
jahiliyahnya dan radikal dalam mempertahankan dan memperjuangkan ke islamannya. Ada juga kaum munafikin yang berada di tengah – tengah, tapi condong
membela ajaran jahiliyah. Untuk golongan jahiliyah, maka sekarang ini boleh di katakan golongan kufur,
ahli bid`ah yang syirik. Boleh anda lihat ayatnya sbb:
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي
قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ
سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ
التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمًا(26)
Ketika orang-orang kafir menanamkan
dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah
menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah
mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat
takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. Al Fath.
الَّذِينَ ءَامَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا
أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
Orang-orang yang beriman berperang
di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab
itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan
itu adalah lemah
Biasanya ahli bid`ah membela Thaghut anti orang - orang yang komitmen kepada Quran dan hadis
Dikatakan dalam artikel tsb sbb:
Ini jelas hal yang butuh diperhatikan secara
lebih untuk kemudian disikapi dengan tindakan yang sesuai norma-norma yang ada.
radikalisme Islam bisa dikatakan sebagai salah satu musuh bangsa yang harus
dilawan dan jangan dibiarkan berkembang dengan leluasa. Karena mereka jelas
tidak mau menghargai kearifan lokal yang ada di Indonesia ini. Yang padahal
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal itu lah yang membuat nusantara menjadi
bangsa yang disegani.
Komentarku ( Mahrus ali):
Aneh sekali, bila orang yang
kometmen kepada Quran dan hadis di katakan radikal, lalu ahli bid`ah yang jelas
menyimpang dari tuntunan di katakan muslim yang lurus. Ini salah kaprah yang
harus di ingatkan bukan dibiarkan atau terus dikembang biakkan.
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 atau
di panahnya.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan