JAKARTA (voa-islam.com) - Inilah alasan mengapa Jokowi harus ditolak oleh rakyat dan bangsa Indonesia menjadi presiden di dalam pemilihan presiden Juli 2014 nanti. Diantara alasannya:
Pertama, Jokowi tidak jujur dan tidak amanah. Rakyat bisa melihat sikap dan karakter tidak jujur dan tidak amanah Jokowi secara kasat mata. Saat kampanye di DKI, dia berjanji akan melaksanakan kewajiban sebagai gubernur, jika terpilih sampai selesai masa jabatannya. Tetapi, Jokowi sudah kebelet mendapatkan tawaran menjadi calon presiden, dia tinggalkan rakyat Jakarta yang telah memilihnya. Dia berkhianat rakyat yang memilihnya.
Sementara itu, di DKI Jakarta, sebagai gubernur, belum genap dua tahun. Belum ada apapun yang dihasilkan. Bagaimana Jokowi bisa menjadi pemimpin dan memimpin bangsa Indonesia kalau sudah nampak sikap tidak jujur dan tidak amanah? Di Jakarta Jokowi prestasinya baru menghapus tukang ‘topeng monyet’.
Kedua, Jokowi itu berbohong dan hanya tukang glembuk (ngapusi). Di dalam debat presiden kedua, 15 Juni, dia mengatakan mengatasi korupsi dengan pengawasan. Dengan pengawasan dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari hari ke minggu. Prinsipinya mengatasi korupsi dengan pengawasan. Faktanya, kasus Transjakarta menunjukkan dia sebagai gubernur, tidak melakukan pengawasan secara baik.
Bagaimana bisa terjadi korupsi yang menghabiskan dana Rp1,5 triliun? Membeli bus ‘butut’ dari Cina. Tanpa adanya kontrol dari seorang gubernur. Sekarang yang dikorbankan bawahannya, kepala dinas perhubungan DKI, Undar. Sementara itu, sekarang terkuak, Megawati melakukan campur tangan, membungkam Jaksa Agung, Basrief Arief agar tidak mengutik-ngutik kasus yang terkait dengan Jokowi.
Ketiga, Jokowi pemimpin palsu. Dia merupakan produk pemimpinn yang direkayasa oleh media massa dan media sosial. Menghabiskan ratusan miliar, membiayai proyek pencitraan Jokowi. Di mana media massa dan jaringan media sosial, seperti JASMEV (Jokowi Ahok Sosial Medika Volunteer), yang dibelakangnya para cukong Cina hitam.
Media massa dan media sosial yang jumlahnya ribuan, merekayasa menggelembungkan nama Jokowi. Tanpa henti. Dengan citra, jujur, sederhana dan merakyat. Sampai menjelang pilpres.
Dua belas media massa, termasuk media televisi, seperti Metro TV, tanpa henti mengangkat Jokowwi.Melakukan pressurer (tekanan) terhadap Megawati, sampai akhirnya Megawati menyerahkan mandat kepada Jokowi sebagai capres.
Megawati mengkhianati Prabowo yang sudah berjanji dengan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian ‘Batutulis’, yang akan mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden. Semuanya, karena presure dari media dan para cukong.
Keempat, Jokowi hanyalah boneka. Kalau sekarang di jalan-jalan spanduk berjejer spanduk yang mengkapamnyekan, Jokowi pemimpin lahir dari rakyat dan untuk rakyat itu. Itu bohong. Jokowi bukan produk rakyat. Tetapi, dia hanyalah hasil konspirasi antara kepentingan Mega, elite PDIP, konglomerat, dan Barat (Israel).
Di mana sebelum Mega memutuskan mencalonkan Jokowi, sudah didahului oleh pertemuan di Singapura, antara Mega dan tujuh tokoh, diantaranya seperti James Riyadi, termasuk Dubes Amerika dan Dubes di Israel. Dilanjutkan, pertemuan di Jakarta, di Hotel milik konglomerat keturunan Cina, Jacob Soetojo, di mana Mega, Jokowi, Sabam Sirait, Dubes Amerika, Dubes Vatikan, Dubes Myanmar, Dubes Meksiko. Padahal, Jokowi belum menjadi presiden. Ini menunjukkan Jokowi hanyalah seorang boneka.
Kelima, Jokowi tidak memiliki kemampuan menjadi presiden. Ini terbukti saat berlangsung dalam debat capres 15 Juni lalu. Di mana dia, meskipun sudah membaca catatan, dan bahkan Jokowi sudah dua hari dua malam, di latih oleh tim ahli dan psycholog, masih tampak Jokowi menyampaikan visi misinya dengan tidak percaya diri. Suaranya bergetar, wajahnya nampak kuyu.
Bagaimana Jokowi akan memimpin 250 juta bangsa Indonesia? Di tengah-tengah perubahan global. Jokowi hanya bisa mengacung-ngacungkan kartu sehat dan cerdas. Padahal, pemerintah SBY sudah mengeluarkan kartu BPJS, berdasarkan undang-undang, dan sudah mengcover semua kebutuhan kesehatan rakyat. Jadi semua hanyalah sia-sia belaka. Sementara itu, kartu sehat Jokowi itu, ditolak rumah sakit di Jakarta. Rakyat kecil tetap susah, ketika dia sakit.
Sekurang-kurangnya lima alasan ini, rakyat dapat berfikir mempertimbangkan pilihan terhadap Jokowi. Apakah Jokowi layak memimpin negeri ini? Megawati dahulu dicitrakan oleh media massa sebagai ‘Ratu Adil’ dan pemimpin ‘Wong Cilik’. Sesudah berkuasa semuanya diingkari oleh Mega.
Keenam, rezim Jokowi-JK, rezim anti Islam. Ini sudah tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Karena, koalisi yang mendukung Jokowi-JK, partai-partai anti Islam, nasionalis sekuler, liberal, dan phalangis (kristen). PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI. Tidak akan pernah mengakomodasi terhadap kepentingan Islam dan umat Islam.
Ini tergambar sikap para tokohnya. Seperti Triemedia Panjaitan, yang menjadi kuasa hukum Jokowi akan menghapus perda (peraturan daerah) yang berbau syariah. Menghapus kolom agama dari KTP. Rezim Jokowi-JK, hanyalah akan menggunakan kelompok Islam liberal, dan menjadikan alat menghancurkan kelompok Islam yang dituduh fundamentalis.
Rezim Jokowi-JK, yang didukung para jenderal bagian dari Orde Baru, dan telah berlaku kejam terhadap umat Islam. Seperti Jenderal Hendropriyono, Wiranto, dan sejumlah jenderal lainnya yang diduga terlibat dalam pembantaian umat Islam di Talangsari, Lampung.
Rezim Jokowi-JK berpotensi akan lebih kejam terhadap umat Islam jika berkuasa dengan menggunakan 'bedil' membasmi umat Islam yang dituduh sebagai fundamentalis. Tetapi, sekarang yang dibesar-besarkan peristiwa 98. Ini memutar-balikan fakta.
Dibagian lain, saat Mega bukan menjadi pembela rakyat ‘Wong Cilik’, justeru menjadi pembela konglomerat Cina. Memberikan ampunan dan memutihkan para pengemplang BLBI Rp 650 triliun. Jokowi tidak akan jauh-jauh dari Mega. Jokowi seperti dikatakan oleh Mega hanyalah seorang petugas partai. Bukan pemimpin.
Menjual asset penting negara, seperti Indosat, tiga kapal tanker, menjual BCA,Danamon, dan sejumlah bank lainnya, yang mendapatkan bantuan bailout dari pemerintah dengan harga yang murah. Undang-undang perburuhan yang mengenalkan ‘outsourching’ di zaman Mega, melalui Menteri Jacob Numawea. Banyak lagi. Sekarang rakyat akan kecele dengan ‘gelembung’ Jokowi. Wallahu’alam.
-
Pertama, Jokowi tidak jujur dan tidak amanah. Rakyat bisa melihat sikap dan karakter tidak jujur dan tidak amanah Jokowi secara kasat mata. Saat kampanye di DKI, dia berjanji akan melaksanakan kewajiban sebagai gubernur, jika terpilih sampai selesai masa jabatannya. Tetapi, Jokowi sudah kebelet mendapatkan tawaran menjadi calon presiden, dia tinggalkan rakyat Jakarta yang telah memilihnya. Dia berkhianat rakyat yang memilihnya.
Sementara itu, di DKI Jakarta, sebagai gubernur, belum genap dua tahun. Belum ada apapun yang dihasilkan. Bagaimana Jokowi bisa menjadi pemimpin dan memimpin bangsa Indonesia kalau sudah nampak sikap tidak jujur dan tidak amanah? Di Jakarta Jokowi prestasinya baru menghapus tukang ‘topeng monyet’.
Kedua, Jokowi itu berbohong dan hanya tukang glembuk (ngapusi). Di dalam debat presiden kedua, 15 Juni, dia mengatakan mengatasi korupsi dengan pengawasan. Dengan pengawasan dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari hari ke minggu. Prinsipinya mengatasi korupsi dengan pengawasan. Faktanya, kasus Transjakarta menunjukkan dia sebagai gubernur, tidak melakukan pengawasan secara baik.
Bagaimana bisa terjadi korupsi yang menghabiskan dana Rp1,5 triliun? Membeli bus ‘butut’ dari Cina. Tanpa adanya kontrol dari seorang gubernur. Sekarang yang dikorbankan bawahannya, kepala dinas perhubungan DKI, Undar. Sementara itu, sekarang terkuak, Megawati melakukan campur tangan, membungkam Jaksa Agung, Basrief Arief agar tidak mengutik-ngutik kasus yang terkait dengan Jokowi.
Ketiga, Jokowi pemimpin palsu. Dia merupakan produk pemimpinn yang direkayasa oleh media massa dan media sosial. Menghabiskan ratusan miliar, membiayai proyek pencitraan Jokowi. Di mana media massa dan jaringan media sosial, seperti JASMEV (Jokowi Ahok Sosial Medika Volunteer), yang dibelakangnya para cukong Cina hitam.
Media massa dan media sosial yang jumlahnya ribuan, merekayasa menggelembungkan nama Jokowi. Tanpa henti. Dengan citra, jujur, sederhana dan merakyat. Sampai menjelang pilpres.
Dua belas media massa, termasuk media televisi, seperti Metro TV, tanpa henti mengangkat Jokowwi.Melakukan pressurer (tekanan) terhadap Megawati, sampai akhirnya Megawati menyerahkan mandat kepada Jokowi sebagai capres.
Megawati mengkhianati Prabowo yang sudah berjanji dengan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian ‘Batutulis’, yang akan mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden. Semuanya, karena presure dari media dan para cukong.
Keempat, Jokowi hanyalah boneka. Kalau sekarang di jalan-jalan spanduk berjejer spanduk yang mengkapamnyekan, Jokowi pemimpin lahir dari rakyat dan untuk rakyat itu. Itu bohong. Jokowi bukan produk rakyat. Tetapi, dia hanyalah hasil konspirasi antara kepentingan Mega, elite PDIP, konglomerat, dan Barat (Israel).
Di mana sebelum Mega memutuskan mencalonkan Jokowi, sudah didahului oleh pertemuan di Singapura, antara Mega dan tujuh tokoh, diantaranya seperti James Riyadi, termasuk Dubes Amerika dan Dubes di Israel. Dilanjutkan, pertemuan di Jakarta, di Hotel milik konglomerat keturunan Cina, Jacob Soetojo, di mana Mega, Jokowi, Sabam Sirait, Dubes Amerika, Dubes Vatikan, Dubes Myanmar, Dubes Meksiko. Padahal, Jokowi belum menjadi presiden. Ini menunjukkan Jokowi hanyalah seorang boneka.
Kelima, Jokowi tidak memiliki kemampuan menjadi presiden. Ini terbukti saat berlangsung dalam debat capres 15 Juni lalu. Di mana dia, meskipun sudah membaca catatan, dan bahkan Jokowi sudah dua hari dua malam, di latih oleh tim ahli dan psycholog, masih tampak Jokowi menyampaikan visi misinya dengan tidak percaya diri. Suaranya bergetar, wajahnya nampak kuyu.
Bagaimana Jokowi akan memimpin 250 juta bangsa Indonesia? Di tengah-tengah perubahan global. Jokowi hanya bisa mengacung-ngacungkan kartu sehat dan cerdas. Padahal, pemerintah SBY sudah mengeluarkan kartu BPJS, berdasarkan undang-undang, dan sudah mengcover semua kebutuhan kesehatan rakyat. Jadi semua hanyalah sia-sia belaka. Sementara itu, kartu sehat Jokowi itu, ditolak rumah sakit di Jakarta. Rakyat kecil tetap susah, ketika dia sakit.
Sekurang-kurangnya lima alasan ini, rakyat dapat berfikir mempertimbangkan pilihan terhadap Jokowi. Apakah Jokowi layak memimpin negeri ini? Megawati dahulu dicitrakan oleh media massa sebagai ‘Ratu Adil’ dan pemimpin ‘Wong Cilik’. Sesudah berkuasa semuanya diingkari oleh Mega.
Keenam, rezim Jokowi-JK, rezim anti Islam. Ini sudah tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Karena, koalisi yang mendukung Jokowi-JK, partai-partai anti Islam, nasionalis sekuler, liberal, dan phalangis (kristen). PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI. Tidak akan pernah mengakomodasi terhadap kepentingan Islam dan umat Islam.
Ini tergambar sikap para tokohnya. Seperti Triemedia Panjaitan, yang menjadi kuasa hukum Jokowi akan menghapus perda (peraturan daerah) yang berbau syariah. Menghapus kolom agama dari KTP. Rezim Jokowi-JK, hanyalah akan menggunakan kelompok Islam liberal, dan menjadikan alat menghancurkan kelompok Islam yang dituduh fundamentalis.
Rezim Jokowi-JK, yang didukung para jenderal bagian dari Orde Baru, dan telah berlaku kejam terhadap umat Islam. Seperti Jenderal Hendropriyono, Wiranto, dan sejumlah jenderal lainnya yang diduga terlibat dalam pembantaian umat Islam di Talangsari, Lampung.
Rezim Jokowi-JK berpotensi akan lebih kejam terhadap umat Islam jika berkuasa dengan menggunakan 'bedil' membasmi umat Islam yang dituduh sebagai fundamentalis. Tetapi, sekarang yang dibesar-besarkan peristiwa 98. Ini memutar-balikan fakta.
Dibagian lain, saat Mega bukan menjadi pembela rakyat ‘Wong Cilik’, justeru menjadi pembela konglomerat Cina. Memberikan ampunan dan memutihkan para pengemplang BLBI Rp 650 triliun. Jokowi tidak akan jauh-jauh dari Mega. Jokowi seperti dikatakan oleh Mega hanyalah seorang petugas partai. Bukan pemimpin.
Menjual asset penting negara, seperti Indosat, tiga kapal tanker, menjual BCA,Danamon, dan sejumlah bank lainnya, yang mendapatkan bantuan bailout dari pemerintah dengan harga yang murah. Undang-undang perburuhan yang mengenalkan ‘outsourching’ di zaman Mega, melalui Menteri Jacob Numawea. Banyak lagi. Sekarang rakyat akan kecele dengan ‘gelembung’ Jokowi. Wallahu’alam.
-
Artikel Terkait
coba semuanya atas nama Allah apa berani bersumpah kalo yang anda tulis benar?
BalasHapusUntuk mochamad rizal
HapusBersumpahlah atas nama Allah kalo berita itu salah.
Karen itu, somasi saja kepada Voa Islam kalo kamulihat ada yang salah. Ada jalur hukumnya.