JAKARTA (voa-islam.com) - Fuad Bawazier mengingatkan rakyat Indoenesia terhadap sosok calon
presiden yang diusung PDIP, Jodo Widodo (Jokowi). Karena, di berbagai sudut
pelosok wilayah, terlihat terpampang spanduk, plakat, dan bendera kecil yang
bergambar ‘Jokowi’, dengan jargon sebagai pemimpin yang ‘jujur, sederhana, dan
merakyat.
Tiga kata, yaitu ‘jujur, sederhana, dan merakyat’ itu benar-benar ingin
dilekatkan di kepala setiap rakyat Indonesia. Ini mengingatkan seperti
menjelang kemenangan Megawati pada pemilu pertama awal ‘Reformasi’ tahun l999,
di mana Mega selalu dilekatkan sebagai ‘Ratu Adil’, dan pembela nasib ‘wong
cilik’, sehingga rakyat berduyun memberikan dukungan politik kepada Mega.
Tetapi, ketika rakyat sudah memilih Mega, semua kecelik alias tertipu,
dan ‘Ratu Adil’ itu, tidak pernah ada, dan hanya sebuah ‘glembuk’(tipuan) yang
diciptakan jaringan pendukung Mega. Sekarang diulang lagi, ketika zaman Jokowi
ini, seakan-akan ‘Glembuk Solo’ ini, benar-benar akan menjadi pembela ‘wong
cilik’ yang sekarang ini hidupnya semakin susah. Melalui media massa, media sosial, dan telivisi si ‘Jokowi’
ini ditasbihkan sebagai pemimin yang akan membela ‘wong cilik’ alias rakyat
jelata.
Jokowi blusukan ke kampung-kampung, pasar-pasar, pergi ke KPU naik
bajaj, dibuat film makan lesehan antara Jokowi, JK, dan seorang perempuan
miskin, seakan-akan begitu dekatnya Jokowi dengan rakyat kecil. Pergi
mendeklarasikan pencapresannya bersama dengan JK ke Gedung Juang dengan naik
sepeda ‘ontel’. Pokoknya citra Jokowi sebagai pembela ‘wong cilik’ diciptakan.
Tetapi, menurut pendapat mantan Menteri Keuangan di zaman Soeharto,
Fuad Bawazir, mengatakan sejatinya masa kejayaan ekonomi neolib
(neo-liberalisme) seperti sekarang ini, menurut Fuad, para kapitalis asing
(multi natonial corporation) maupun kapitalis dalam negeri, tidak menginginkan
kejayaan mereka cepat berlalu, dan habis.
Dalam masa neolib ini kedaulatan negara (rakyat) kalah dengan
kedaulatan pasar (kapitalis). "Naiknya Prabowo dikhawatirkan (ditakuti)
akan mengakhiri kejayaan para kapitalis ini. Mereka menginginkan presiden yang
lemah, peragu, tanpa direction sendiri (bisa diarahkan pihak lain) dan untuk
itu pilihan kapitalis jatuh pada Jokowi," ujar Fuad, Jakarta, Minggu (8/6/2014).
Fuad adalah mantan politikus Partai Hanura. Dia mengundurkan diri,
karena sikapnya berseberangan dengan Jenderal Wiranto yang mendukung Jokowi.
Partai Hanura mendukung Jokowi-JK, sedangkan dirinya memilih Prabowo-Hatta. Mantan
Dirjen Pajak dan Menteri Keuangan ini tidak ingin rakyat dan bangsa menyesal di
kemudian hari, karena salah pilih.
Pemilu Presiden 2014 untuk mencari pemimpin nasional. "Dan
terhadap mereka yang pilih Jokowi karena sederhananya, saya ingatkan bahwa kita
ini sedang mencari pemimpin nasional, bukan mencari orang sederhana! Sudah
banyak bahkan jutaan orang Indonesia
yang lebih sederhana dari Jokowi," tegasnya. Kalau salah pilih pemimpin
berakibat buruk selama lima
tahun.
Jokowi dimodali oleh para cukong Cina yang dibelakangnya, termasuk
Singapura yang tidak ingin ada pemimpin Indonesia yang kuat. Singapura
pernah terlibat menjatuhkan Presiden BJ Habibie, karena negeri ‘Yahudi Asia’
tidak ingin Indonesia
dipimpin oleh orang yang kuat seperti Habibie.
Sekarang mereka berada di belakang Jokowi, yang akan dijadikan boneka
Singapura, dan para cukong Cina yang bercokol di negeri Singa itu.
(afgh/dbs/voa-islam.com)
Artikel Terkait
nah pemerintahan jokowi ini sedang diwelehke sama Alloh swt karena pengakuan sbg ratu adil baik secara langsung maupun tdk langsung dan para simpatisan jokowi kalo petrok jadi ratu inilah julukan yg pas
BalasHapus