JAKARTA (voa-islam.com) -Membandingkan Jokowi dengan burung
‘beo’. Mungkin berlebihan. Tetapi, faktanya burung ‘beo’ diajari beberapa kali
sudah bisa menirukan dengan fasih pelatihnya. Misalnya, seorang pelatih
mengajari burung ‘beo’ mengucapkan, ‘Selamat pagi’, maka selanjutnya dengan
fasih burung ‘beo’ itu akan mengucapkan ‘Selamat pagi’ tidak grogi.
Tetapi, Jokowi dua hari dua malamm, sudah di ‘dril’ oleh ‘Tim Ahli’,
tetap saja Jokowi yang menjadi calon Presiden Indonesia, menunjukkan berorasi
saja tidak mampu disampaikan secara sistematis dan terstruktur baik yang pantas
diucapkan sebagai seorang calon Presiden.
Melihat gaya orasinya Jokowi pada Debat Capres 22 Juni 2014 tadi
malam, kesimpulan saya Jokowi berorasi pada level dibawah anak SMA rata-rata.
Perhatikan bagaimana cara dan gaya
kalimat Jokowi berargumentasi dalam menjawab pertanyaan Prabowo dan pertanyaan
Moderator.
Banyak SMS yang masuk serta email yang masuk kealamat penulis,
mengatakan bahwa kalimat Jokowi amburadul dan hancur, serta logika kalimatnya
tidak tersusun secara baik sebagaimana orang yang telah menyelesaikan
pendidikan tinggi. Jokowi di tertawakan oleh banyak orang dari caranya menjawab
berbagai pertanyaan yang gelagapan pikir.
Selanjutnya mereka para penyampai SMS dan email kepada penulis,
menyorot kepada timses Jokowi, betapa bodohnya mereka semua, selalu membela dan
menutupi kebodohan orang yang mereka dukung saat ini.
Memang nyata sekali bahwa Jokowi adalah benar sebagai “Petugas Partai”
setingkat manajer yang dipaksakan untuk menjadi calon seorang Presiden.
Inilah sebuah rekayasa pengorbitan sosok Jokowi yang sudah
dimulai sejak dari Solo yang diekspose secara bombastis luar biasa untuk
melakukan pembohongan publik Indonesia agar calon yang digadang-gadang sebagai
boneka mereka (kekuatan asing, kapitalis dalam negeri dan luar negeri) agar
sukses menjadi Presiden yang akan mereka tunggangi, mereka bonekai, mereka
kacungi layaknya seperti kejadian pada mantan Presiden Gusdur, Megawati dan
SBY.
Pada saat periode itu Indonesia
berjalan ditempat yang terjadi perubahan adalah kehendak-kehendak serta agenda
asing yang berkaitan dengan UU yang memihak asing, serta hanya perubahan
predikat, dan pengakuan yang ada kaitannya dengan solidaritas, serta keetnisan
saja. Malah disaat periode Gusdur, Megawati, SBY yang berubah adalah
pertambahan hutang Negara yang terus semakin meningkat sudah diatas Rp. 3000 T.
Disaat Prabowo bertanya tentang Drone (pesawat pengintai tanpa awak)
yang koneksitasnya kepada satelit dan Megawati telah menjual PT.Indosat
(perusahaan yang sangat profitable dijual), Jokowi menyanggah dengan
mengatakan, “kita jangan membicarakan masa lalulah” untuk membela
Megawati.
Sadarkah Jokowi yang mengamini Jusuf Kalla ketika bertanya masalah HAM
kepada Prabowo pada acara debat I yang lalu? Tidakkah pertanyaan JK adalah
merupakan masa lalu yang tidak bisa dibuktikan??? Inilah ketidak
konsistenan Jokowi dalam berpikir dan berucap (orang seperti ini sangat
berbahaya).
Pantas saja Jusuf Kalla pernah mengatakan :“Bisa hancur Indonesia jika Jokowi menjadi Presiden Indonesia”. Orang
seperti Jokowi adalah orang yang sangat mudah ditunggangi, sangat mudah
dikacungi dan sangat mudah dibonekai.
Sebenarnya banyak sekali kekurangan Jokowi kalau mau dituliskan dan
sangat banyak informasinya yang bisa diakses dalam pencarian digital. Semoga
dengan tulisan ini bisa menguatkan para pembaca untuk menyimpulkan siapa yang
selayaknya untuk menjadi Presiden Indonesia untuk masa jabatan
2014-2019 kedepan. Semoga Indonesia
bisa membangun atas dasar berdiri diatas kaki sendiri. *Abah Pitung
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan