JAKARTA (Arrahmah.com)
– Dugaan bocornya materi debat
Capres-Cawapres kepada tim Jokowi-Jusuf Kalla oleh oknum anggota Komisi
Pemilihan Umum harus diusut tuntas. Tindakan pembocoran tersebut merupakan
tindakan tak terpuji yang merupakan pelanggaran etis dan menyalahi prinsip equal
treatment dalam sebuah proses demokrasi. Demikian disampaikan Koordinator
Presidium Jaringan Muda Nusantara (JMN) Muhlis Ali di Jakarta, Selasa
(10/6/2014).
Muhlis menyampaikan pernyataan tersebut menaggapi beredarnya informasi
yang menyebutkan ada oknum KPU yang sengaja membocorkan daftar pertanyaan debat
ke pasangan Jokowi-JK.
“Secara umum saya melihat debat capres semalam Pasangan Prabowo-Hatta
lebih unggul. Tapi kalau benar ada pembocoran pertanyaan ke pasangan Jokowi-JK,
saya kira itu bentuk pelanggaran etis yang menyalahi prinsip equal treatmen.
Itu harus diusut secara transparan agar tidak simpang siur,” kata Muhlis,
lansir sayangi.com Selasa (10/6/2014).
Muhlis menilai penampilan Jokowi pada acara debat Senin malam itu lebih
terlihat kaku dan mengesankan tidak menampilkan pikiran orisinal. Jokowi kerap
membaca catatan-catatan yang telah disiapkan. Bahkan ada sesi dimana Jokowi
dapat mengulang tiga pertanyaan moderator yang redaksionalnya hampir sama
persis. Jokowi juga sempat lupa memasukkan kertas yang terlihat keluar dari
balik jasnya.
“Coba lihat Jokowi saat menjawab pertanyaan selalu melihat catatan
dengan vulgar. Itu yang saya sebut kaku dan tidak orisinil. Bandingkan dengan
Prabowo-Hatta yang menyampaikan jawabannya tanpa teks dan terlihat lebih lugas
dan spontan. Itu menunjukkan orosinalitas pemikiran mereka,” jelas Muhlis.
Meski bocornya materi debat tidak akan berpengaruh banyak terhadap
kualitas kandidat Capres dan Cawapres, namun Muhlis berharap hal itu tidak
terjadi pada debat selanjutnya. Apalagi semua pihak termasuk penyelenggara
pemilu telah menegaskan komitmennya untuk menciptakan Pemilu Presiden yang
berintegritas.
Bocornya materi debat Capres kepada pasangan Jokowi-JK diungkap oleh
seorang pejabat KPU kepada media online Asatunews. Disebutkan, telah terjadi
pertemuan antara anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay dengan
Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan dan Ketua DPP PDI Perjuangan Trimedya
Panjaitan pada hari Minggu (8/6/2014) malam sekitar pukul 23.00 Wib di restoran
Satay House Senayan, Menteng Jakarta Pusat. Pertemuan tersebut disebut memiliki
agenda atau tujuan membocorkan materi pertanyaan yang akan diajukan oleh moderator
Zaenal Arifin Muchtar pada acara “Debat Capres” pada Senin malam.
“Pertemuan itu untuk menyampaikan bocoran materi debat capres,
khususnya yang akan ditanyakan pada Pak Jokowi,” ujar seorang pejabat KPU Pusat
seperti dikutip asatunews.com Selasa (10/6/2014) sore.
Pejabat KPU Pusat yang meminta indentitasnya dirahasiakan itu
menjelaskan, pembocoran materi debat capres itu disampaikan Hadar Nafis Gumay,
Komisioner KPU Pusat, kepada Trimedya Panjaitan dan Budi Gunawan. Penyampaian
bocoran materi debat capres itu dilakukan Hadar atas permintaan dari Komisaris
Jenderal Polisi Budi Gunawan, yang sangat khawatir bilamana capres Jokowi tidak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh moderator debat.
Kekhawatiran ini sempat membuat kubu Jokowi-Jusuf Kalla panik dan mencari
solusinya, yakni melalui permintaan bocoran materi debat capres via Hadar Nafis
Gumay pada saat pertemuan di restoran Satay House Senayan, Menteng, Jakarta
Pusat.
Pada acara debat capres Senin malam (9/6) yang disiarkan langsung oleh
beberapa stasiun TV nasional memang jelas terlihat capres Jokowi sangat percaya
diri dan terindikasi sudah mengetahui materi pertanyaan yang diajukan kepada
dirinya.
Pihak KPU, PDIP, dan Komisaris Jenferal Polisi Budi Gunawan hingga
berita ini belum berhasil diminta konfirmasi.
Jauh sebelum ini, Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan juga pernah
menghebohkan media massa,
karena namanya termasuk salah satu perwira polisi yang dikabarkan memiliki
rekening tabungan super-gendut. Namun, mantan ajudan Presiden Megawati itu
membantah hal tersebut dan hasil penyelidikan internal Polri juga tidak dapat
membuktikan dugaan tersebut. (azm/arrahmah.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan