Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Suasana Solo malam
ini cukup tegang setelah terjadi baku tembak antara Densus 88 Mabes Polri
dengan sekelompok orang diduga teroris di jalan Veteran eks lapangan Tipes.
Menurut Dewa warga Solo yang memberitahu beritajatim.com, melihat ada suara saling tembak dan korban dari Densus maupun teroris berjatuhan.
"Kami mendengar suara tembakan di lokasi bekas Makro (sekarang lotte Mart) jalan veteran," kata Dewa, Jumat (31/08).
Brigjen Pol Boy Rafli Amar membenarkan telah terjadi baku tembak dengan kelompok yang diduga melakukan penembakan terhadap Bripka Dwi Data Subekti di jalan Veteran Solo.
"Dari laporan di lapangan satu anggota kami meninggal dunia bernama Bripda S, sedangkan dua anggota teroris yang belum diketahui identitas juga tewas," kata Boy Rafli Amar, Sabtu (1/09).
Dijelaskankan saat ini Polri masih melakukan penyelidikan intensif terkait dengan peristiwa malam ini dan masyarakat diminta bersabar menunggu hasi anggota di lapangan.
"Dua orang yang tewas ini merupakan kelompok yang selama ini melakukan teror saat perayaan 17 Agusustus dan sebelumnya di beberapa tempat di Solo," kata Boy Rafli Amar saat memberikan keteragan di TVOne.
Informasi yang diterima beritajatim satu orang terduga tersangka "teroris" yang tewas adalah Farhan. Farhan adalah alumni perang Afganistan dan pernah berada di Filipina bersama kelompok Abu Sayaf.
Selain itu Farhan juga merupakan alumni kelompok Poso dan sangat piawai memegang senjata laras panjang maupun pendek. Pada bulan Juni lalu dia kembali ke Jawa dan kemudian melakukan sejumlah aksi teror di kota Solo bersama kelompok garis keras.
Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88) Polri menembak mati dua orang diduga terlibat dengan aksi penembakan di Solo dan menewaskan Bripka Dwi Data Subekti.
Seperti diketahui tembak-menembak terjadi sekira pukul 21.00 WIB malam ini di jalan Veteran, Tipes Solo atau di dekat Lotte Mart.(fq/beritajatim.com)
Menurut Dewa warga Solo yang memberitahu beritajatim.com, melihat ada suara saling tembak dan korban dari Densus maupun teroris berjatuhan.
"Kami mendengar suara tembakan di lokasi bekas Makro (sekarang lotte Mart) jalan veteran," kata Dewa, Jumat (31/08).
Brigjen Pol Boy Rafli Amar membenarkan telah terjadi baku tembak dengan kelompok yang diduga melakukan penembakan terhadap Bripka Dwi Data Subekti di jalan Veteran Solo.
"Dari laporan di lapangan satu anggota kami meninggal dunia bernama Bripda S, sedangkan dua anggota teroris yang belum diketahui identitas juga tewas," kata Boy Rafli Amar, Sabtu (1/09).
Dijelaskankan saat ini Polri masih melakukan penyelidikan intensif terkait dengan peristiwa malam ini dan masyarakat diminta bersabar menunggu hasi anggota di lapangan.
"Dua orang yang tewas ini merupakan kelompok yang selama ini melakukan teror saat perayaan 17 Agusustus dan sebelumnya di beberapa tempat di Solo," kata Boy Rafli Amar saat memberikan keteragan di TVOne.
Informasi yang diterima beritajatim satu orang terduga tersangka "teroris" yang tewas adalah Farhan. Farhan adalah alumni perang Afganistan dan pernah berada di Filipina bersama kelompok Abu Sayaf.
Selain itu Farhan juga merupakan alumni kelompok Poso dan sangat piawai memegang senjata laras panjang maupun pendek. Pada bulan Juni lalu dia kembali ke Jawa dan kemudian melakukan sejumlah aksi teror di kota Solo bersama kelompok garis keras.
Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88) Polri menembak mati dua orang diduga terlibat dengan aksi penembakan di Solo dan menewaskan Bripka Dwi Data Subekti.
Seperti diketahui tembak-menembak terjadi sekira pukul 21.00 WIB malam ini di jalan Veteran, Tipes Solo atau di dekat Lotte Mart.(fq/beritajatim.com)
Dari era muslim
Ada
artiekl lagi tentang prediksi siapa berada di balik aksi tsb.
Teror! Kata yang paling tepat untuk menggambarkan dua
peristiwa yang secara beruntun terjadi di Solo, tembakan pada malam Kemerdekaan
dan ledakan granat pada malam Idul Fitri. Tak kurang Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono merasa gusar terhadap dua peristiwa tersebut.
Melalui juru bicaranya, Julian Aldrin Pasha, pihak istana
menilai aksi penembakan dan pelemparan granat kepada pos pengamanan (Pospam) di
Solo tidak dapat ditolelir. Terlebih lagi ini dilakukan pada saat rakyat sedang
mudik atau menjalankan halal-bihalal silaturahmi di kampung halaman
masing-masing. Karenanya, Presiden meminta kepolisian untuk segera menuntaskan
kasus tersebut.
Seperti diketahui, Jumat (17/08/2012), sekitar pukul
01.00 WIB, dini hari, terjadi penembakan terhadap Pospam di perempatan
Gemblengan, Solo. Dua polisi menjadi korbannya. Barang bukti yang ditemukan
adalah 6 proyektil dan 9 selongsong peluru. Sementara itu, pada malam Idul
Fitri, sebuah ledakan, yang belakangan diketahui berasal dari sebuah granat
nanas, meledak di Pospam di daerah Gladak, Solo. Tak ada korban jiwa pada
peristiwa ledakan tersebut.
Siapa “bermain” teror di Solo?.
Dua kasus penembakan dan peledakkan Pospam di Solo oleh
orang yang tak dikenal, tak pelak memercikkan beberapa spekulasi sosio-politik
di kalangan masyarakat atas aksi teror tersebut. Terlebih mengingat “empunya”
Kota Solo, Jokowi, sedang maju untuk bertarung dalam perebutan kursi Gubernur
DKI Jakarta putaran kedua.
Berbagai spekulasi yang berkembang mencuat pada dua
pertanyaan, yaitu mengapa harus Solo dan siapa yang “bermain” di balik
peristiwa Solo. Tak kurang, seorang Jokowi-pun sempat melontarkan pertanyaan,
“Mengapa harus Solo?”.
Pertanyaan Jokowi ini amat relatif mudah untuk dijawab.
Solo, meski dikenal dengan msyarakat pluralnya, juga dikenal sebagai kota yang bersumbu
relatif pendek. Artinya, masyarakatnya mudah meletup. Karenanya, Solo dipilih
sebagai kota
pertama untuk melancarkan aksi teror.
Dugaan ini diperkuat dengan majunya seorang Jokowi pada
Pilkada DKI Jakarta. Sehingga, dengan demikian, dipilihnya Solo, mungkin saja,
untuk mengaburkan tujuan sebenarnya, dengan menggiring opini kepada motif
politik, yakni Pilkada DKI Jakarta, juga potensi memanfaatkan “suhu” politik
yang tinggi untuk menciptakan konflik komunal lebih mudah dibandingkan kota
lainnya.
Adapun perihal “siapa “bermain” teror di Solo”, maka
pengamat intelejen, Susaningtyas Nefo Handayani, di Kabar Petang TV One, Senin
(20/08/2012), menuding kelompok lama yang ingin menunjukkan eksistensinya
kepada publik.
Mbak Nuning, demikian ia akrab dipanggil, jelas menunjuk
kepada jaringan teroris sebagai dalang yang berada di balik teror Solo.
Serangan bersenjata itu dimaksudkan untuk menunjukkan ada kekuatan teror
tertentu yang masih bercokol di Solo, khususnya, dan di Jawa, pada umumnya.
Spekulasi dari Mabk Nuning ini dapat dicerna, mengingat
bukan kali pertama Solo diguncang teror oleh kelompok bermotif ideologis
tersebut. Pada malam Natal,
di tahun 2011, tercatat sebuah Gereja di Solo pernah diguncang bom, dan
kelompok tersebut berada di baliknya. Kemudian, pada tahun lalu, misalnya,
operasi Densus 88 di kawasan Cawang, Cikampek, dan Sukohardjo, Solo,
mengindikasikan masih kuatnya penyebaran jaringan terorisme di Jawa.
Namun, spekulasi Mbak Nuning dibantah oleh Ali Fauzi,
mantan aktivis Jamaah Islamiyyah (JA). Ali Fauzi, pada kesempatan yang sama,
lebih merujuk kepada bukti-bukti di lapangan, yang menunjukkan bahwa pelaku
teror bukanlah jaringan terorisme. Namun, dapat dipastikan teror di Solo
dilakukan oleh orang yang terlatih secara militer.
Ali menunjuk dua korban polisi yang terkena tembak tetapi
tidak hingga tewas dan ledakan granat nanas yang ditenggarai telah dimodifikasi,
dengan menyisihkan sebagian bubuk explosivenya, sehingga mengakibatkan ledakan
yang tidak fatal, sebagai indikasi bahwa pelaku teror adalah orang yang
terlatih secara militer dan bukan dari jaringan terorisme berlandaskan ideologi
agama.
Sebab, andaikata teroris yang berbuat, tentu tak akan
berdampak “main-main” belaka. Maksudnya, semua sasaran dijamin tewas dan granat
yang diledakkan-pun akan berakibat fatal. Sayangnya, Ali Fauzi tidak menunjuk
kelompok tertentu sebagai pihak yang dicurigai melakukan teror.
Sementara itu, pendapat berbeda juga disampaikan oleh
Thamrin Amal Tamagola, Pengamat Sosiolog-Politik. Di Kabar Petang TV One
kemarin malam, 21 Agustus 2012, Thamrin lebih cenderung mengkaitkan peristiwa
tersebut dengan Pilkada Jakarta. Pihak yang dicurigai “bermain” adalah
pihak-pihak, yang menurut Thamrin, yang selama ini kotor dan merasa terancam
oleh kehadiran seorang Jokowi, yang diibaratkannya sebagai sosok suci dengan
jubah yang putih bersih.
Thamrin seakan ingin menegaskan bahwa teror Solo ingin
menunjukkan betapa lemahnya kepemimpinan Jokowi di Kota
yang relatif kecil bila dibandingkan Jakarta.
Teror itu setidaknya akan mencoreng reputasi keamanan kepemimpinan lokal ala
Jokowi. Berbanding terbalik dengan pernyataan Foke, yang beberapa hari lalu,
menyatakan, situasi Jakarta
relatif aman terkendali.
Jadi setidaknya spekulasi yang berkembang hingga saat ini
tentang siapa pelaku teror di Solo ada tiga, yaitu jaringan teroris, pihak yang
terlatih secara militer, dan pihak-pihak yang ditenggarai terancam oleh
kedatangan Jokowi ke Jakarta.
Walau bisa dikatakan, spekulasi yang terakhir amat kecil kemungkinannya.
Terlepas dari siapa yang bermain, kejadian teror di Solo,
sekali lagi, menunjukkah kelemahan BIN sebagai lembaga Intelejen Negara, untuk
mendeteksi gejala awal segala teror yang mungkin akan terjadi di Indonesia.
Dengan dana yang lumayan besar, seharusnya BIN mampu berkerja secara maksimal,
dengan melakukan tindakan preventif terhadap segala aksi teror. Bisa dikatakan,
kritik harus kita alamatkan kepada BIN. Dan BIN, untuk kesekian kalinya, harus
kecolongan.
Semoga saja spekulasi yang berkembang tak merebak kepada
konflik horizontal yang mengakibatkan rusuh komunal. Dan pelakunya segera
terungkap, demikian pula dengan motifnya untuk melakukan aksi teror, sekaligus
menjawab pertanyaan, “Mengapa Harus Solo?”.
Salam berang-berang.
Selamat menikmati hidangan.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Aksi teroris itu di lakukan oleh pelaku lama. Di era
Soeharto untuk memperburuk muka kaum muslimin di lontarkan issu komando Jihad,
lalu ada juga issu Islam extrimis. Kini
dalam meraih citra buruk bagi Islam dan citra baik bagi non Islam, istilah
teroris di tempelkan dimuka kaum muslimin. Maksudnya agar Negara ini tetap
menggunakan UU Thaghut dan menanggalkan UU Allah dalam Al Quran. Jadi pembuat
strategi seperti itu ada kemungkinan dari intelgen sendiri atau non muslim
lainnya yang muak dengan hukum Allah dan ngefan dengan UU setan. Ingat saja
firmanNya:
)وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ(54)
Orang-orang
kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.[1]
Jangan - jangan setelah itu , ada tokoh muslim yang di introgasi, di penjara, di tuduh jelek bukan tokoh non muslim. Itu permainan jahat terhadap Islam untuk tegaknya kekufuran. Ia pembodohan umat bukan mencerdaskan, mbejat bukan mendidik.
Pergilah ke blog kedua
www.mantankyainu2.blogspot.com
Artikel Terkait
assalamualaikum Ustadz. mhn maaf. saya baru saja mendapatkan link ini, mungkin sangat terlambat karena sudah ada sejak tahun 2010. saya hanya ingin mengkonfirmasi, apakah semua isi artikel ini benar? seperti yang dituliskan. mungkin sudah pernah ada yg bertanya seperti ini, tapi saya rasa tidak ada salahnya jika dikonfirmasi ulang lagi. mhn maaf. terimakasih. ini link-nya: http://agama.kompasiana.com/2010/12/16/membongkar-kebohongan-h-mahrus-ali-dan-rekayasa-busuk-wahabi/?ref=signin#comment
BalasHapusUntuk HUSAMAH IRHAM RIDHA Banyak kedustaan di sana.
BalasHapusassalamu'alaikum ustadz...
BalasHapuskekeliruan ap sja yg ad dlm artikel tsb ust?? mohon penjelasannya..
cb ustadz bka https://www.facebook.com/groups/10150149733155705/
mgkn ustadz bs meluruskannya. jazakallahu khoiron
assalamu'alaikum ustadz..
BalasHapuskekeliruan ap sja yg ad dlm artikel tsbt?? mohon penjelasannya..
cb bka link https://www.facebook.com/groups/10150149733155705/
mgk ust bs meluruskannya..
jazakallahu khoiron..
Untuk ahmad khafidz
BalasHapusw.a.s. saya kurang paham, artikel yang mana?