- Awalnya Garda Kemerdekaan dari orang-orang Syiah yang khawatir menjadi sasaran berikutnya (setelah Ahmadiyah) dari aksi kekerasan.”
- Tabloid Intelijen edisi Edisi 16-29 Juni 2006 menyinggung Garda Kemerdekaan mendapat kucuran dana langsung dari USAID, selain dari Ahmadiyah Qadian dan Inggris. Tapi sekarang, kelompok ini mencoba membangun opini publik bahwa mereka sedang melawan Amerika dengan cara mendukung rezim Bashar Asad.
- Sebagaimana dimuat dalam Tabloid Intelijen edisi di atas, Ahmad Taufik menegaskan kelompoknya telah melakukan latihan fisik. “Tempatnya di Megamendung dan juga hiking di Gunung Salak,” jawabnya. Sementara Prof. Dawam Raharjo selaku pendiri sekaligus penasehat GK menambahkan, “Malah yang melatih itu orang baret merah itu, apa namanya, Kopassus. Pokoknya ada orang Kopassus yang mau membantu dalam pelatihan.” Penjaga sebuah villa di Megamendung yang diklarifikasi Tabloid Intelijen juga membenarkan. “Meluncur dengan tali, merayap dan berguling-guling ala latihan militer di lapangan sempat juga dilakukan.”
- Kemunculan pro-Bashar Asad ini dapat dianggap sebagai gunung es militansi kaum Syiah di Indonesia.
Di tengah-tengah senyapnya
pemberitaan musibah yang menimpa kaum Muslimin di Suriah, sekelompok orang dari
Garda Kemanusiaan (GK) di Bandung dan Institute Strategic for International
Studies (ISIS) membuka pendaftaran sukarelawan untuk diberangkatkan ke Suriah.
Hanya, berbeda dengan kebanyakan organisasi peduli Suriah yang memberikan
bantuan kepada rakyat Suriah, gerakan yang dibidani Ahmad Taufik, wartawan
Tempo ini justru bertujuan membela rezim penguasa, Bashar Asad.
Sebagaimana dimuat
arrahmah.com, menurut mereka Suriah tampak berjuang sendirian. Negara
lain justru meninggalkannya saat sedang menderita kesusahan. Oleh sebab
itu, Garda Kemerdekaan dan ISIS mengajak saudara-saudaraku rakyat Indonesia untuk
membantu rakyat Suriah mengusir pasukan asing yang sedang bergentayangan di
Suriah. GK dan ISIS berpendapat berdasarkan
konstitusi UUD 1945 “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh karena itu
penjajahan harus dihapuskan,” menjadi pijakan untuk menolak jika pihak asing,
terlebih dengan cara mengerahkan pasukannya, mengacaukan suatu negara.
Tentu saja, asing yang
dimaksud adalah Amerika dan beberapa negara Arab seperti Saudi dan Qatar yang
menjadi sekutunya. Sayangnya, campur tangan Iran
dan Rusia tidak disebut sebagai intervensi asing—padahal Iran dengan
dukungan terhadap milisi Shabiha yang pro Asad bersama militer Suriah turut
membantai rakyat Suriah. Hal ini sekaligus mementahkan statemen bahwa Suriah
(baca: rezim Bashar Asad) berjuang sendirian. Padahal,
Iran, Rusia dan China
memberikan dukungan penuh dan terang-terangan terhadap Bashar.
Banyak yang ganjil dari rilis
yang nampaknya dipaksakan dan dibuat terburu-buru itu. Namun, yang menarik dari
GK duet ISIS ini adalah kemunculan pro-Bashar
secara terang-terangan di hadapan publik. Selain sebuah temuan yang menarik, di
mana GK yang selama ini berjalan berkelindan dengan kepentingan AS di
dalam negeri Indonesia,
tiba-tiba menjadi seolah-olah geram terhadap AS. Agenda AS di Indonesia yang
dimaksud adalah perang terhadap apa yang disebut sebagai organisasi
anarkisme—salah satu sebutan untuk kelompok pro syariat Islam. Garda
Kemerdekaan tercatat sebagai organisasi paling anti terhadap kelompok Islam,
mulai dari FPI hingga HTI.
Bahkan, Tabloid Intelijen
edisi Edisi 16-29 Juni 2006 menyinggung Garda Kemerdekaan mendapat kucuran dana
langsung dari USAID, selain dari Ahmadiyah Qadian dan Inggris. Tapi
sekarang, kelompok ini mencoba membangun opini publik bahwa mereka sedang
melawan Amerika dengan cara mendukung rezim Bashar Asad.
Dukungan terhadap Bashar Asad
sebenarnya bisa menjadi pintu masuk untuk menemukan jawabnya. Meski Iran, Rusia dan China
disatukan kepentingan agar Suriah pasca-Bashar tidak dikuasi kelompok Islamis, Iran
merupakan negara pendukung yang lebih dominant. Selain soal politis, ada juga
soal ideologis. Misalnya kultus terhadap Ali bin Abi Thalib dan misi
Parsianisasi Arab dalam program bulan sabit Syiah yang menjulang dari Lebanon hingga
Yaman. Ya, ringkasnya, kepentingan ideologi Syiah.
Dan, kita semua tahu, Syiah
di Indonesia—dengan dukungan kedutaan Iran—mempunyai akar yang cukup
kuat, meski di sebagian wilayah masih malu-malu menyatakan diri sebagai Syiah. Bandung, tempat Ahmad Taufik Cs mendeklarasikan dukungan
bagi Bashar Asad adalah kota
subur bagi ideologi tersebut. Di kota
itu, berdiri Yayasan Saifik. Yayasan afiliasi Syiah tempat karya Ahmad Taufik
berjudul “Seks dan Gerakan Mahasiswa,” diterbitkan.
Aroma Syiah pun dapat dilacak
dari asal-usul pendirian Garda Kemerdekaan (GK) itu sendiri. Dalam sebuah
wawancara dengan Tabloid Intelijen edisi Edisi 16-29 Juni 2006, Prof. Dawam
Raharjo selaku pendiri organisasi itu menyatakan, “Awalnya Garda Kemerdekaan
dari orang-orang Syiah yang khawatir menjadi sasaran berikutnya (setelah
Ahmadiyah) dari aksi kekerasan.” Waktu itu, Tabloid Intelijen sedang meliput
kontroversi seputar Ahmadiyah, di mana GK menjadi pembela ajaran tersebut.
Ide mengirim combatan Indonesia ke
Suriah juga menarik untuk dicermati. Selama ini, Indonesia bukan penganut program
wajib militer, sehingga sulit menemukan sosok combatan dari masyarakat
sipilnya. Kecuali memang ada sekelompok masyarakat sipil tertentu yang melatih
diri dengan ketrampilan ala combatan. Dan, GK dikenal sebagai organisasi sipil
yang melatih diri dengan ketrampilan militer.
Sebagaimana dimuat dalam
Tabloid Intelijen edisi di atas, Ahmad Taufik menegaskan kelompoknya telah
melakukan latihan fisik. “Tempatnya di Megamendung dan juga hiking di Gunung
Salak,” jawabnya. Sementara Prof. Dawam Raharjo selaku pendiri sekaligus
penasehat GK menambahkan, “Malah yang melatih itu orang baret merah itu, apa
namanya, Kopassus. Pokoknya ada orang Kopassus yang mau membantu dalam
pelatihan.” Penjaga sebuah villa di Megamendung yang diklarifikasi Tabloid Intelijen
juga membenarkan. “Meluncur dengan tali, merayap dan berguling-guling ala
latihan militer di lapangan sempat juga dilakukan.”
Jadi, meski terkesan
serampangan dan data yang belepotan sana-sini, kemunculan pro-Bashar Asad ini
dapat dianggap sebagai gunung es militansi kaum Syiah di Indonesia. Apalagi,
kemunculannya terjadi di tengah-tengah kampanye penggalangan kepedulian
terhadap nasib rakyat Suriah yang digalang beberapa ormas Islam di Indonesia.
Di antara tindak lanjut kampanye itu adalah pengiriman tenaga medis oleh Hilal
Ahmar Society Indonesia (HASI) ke perbatasan Turki-Suriah. Apakah
HASI—sekalipun hanya memberikan bantuan medis bagi rakyat Suriah di
pengungsian—dianggap representasi dari Ahlussunnah wal Jamaah Indonesia yang
turun langsung titik krisis sehingga kelompok Syiah Indonesia pun “terpanggil”
untuk terjun langsung—tak cuma medis, bahkan sampai menerjunkan combatan pula?
Wallahu a’lam. (Tony Syarqi) Eramuslim.com Selasa, 21 Agustus 2012 –
08:30:12 WIB
***
KH. Athian
Ali Tanggapi Rekrutmen Relawan Aliran Sesat Syiah ke Suriah di Bandung
BANDUNG - Ormas
Garda Kemerdekaan dan ISIS (Institute Strategic for International Studies)
menyatakan membuka pendaftaran relawan untuk dikirim ke Suriah. Dalam sebuah
situs, mereka merilis seruan untuk melawan pasukan asing dengan kata lain
membela rezim yang sedang berkuasa, Bashar Al Assad.
“Oleh sebab itu, Garda
Kemerdekaan dan ISIS mengajak saudara-saudaraku rakyat Indonesia untuk
membantu rakyat Suriah mengusir pasukan asing yang sedang bergentayangan di
Suriah. Kami membuka lowongan sukarelawan untuk pergi ke Suriah, muda-tua,
pria-perempuan, kaya-miskin, Combatan dan Non-Combatan.” Demikian kutipan rilis
tersebut.
Dalam rilis tersebut terdapat
sejumlah nama panitia ad/hoc seperti Drs. Abdul Cholik Wijaya dan Ahmad Taufik.
Dari informasi yang didapat Abdul Cholik Wijaya sudah aktif sejak tahun 1998
menjadi ketua ISIS dan Yayasan SAIFIK (Studi
Agama Islam Filsafat & Kebudayaan), dimana kedua lembaga ini telah lama
terdata beraliran Syiah. Sementara Ahmad Taufik adalah Ketua Garda Kemerdekaan,
LSM yang ditunggangi oleh syiah sebagaimana ormas-ormas lain seperti Garda Suci
Merah Putih, Bela Keadilan, Universalia, VOP (voice of palestine) dan SMIQ
(solidaritas Muslimin Indonesia untul alQuds).
Rekrutmen relawan dengan
alamat surat di sekitar jalan Cigadung Raya
Tengah, Bandung
tersebut saat didatangi tak terdapat aktivitas apa pun. Spanduk ataupun
selebaran pendaftaran relawan juga sama sekali tak terlihat di sekitar lokasi.
Menanggapi adanya perekrutan
yang diduga kuat diorganisir oleh para pengikut Syiah di Bandung, Ketua Forum
Ulama Umat Indonesia (FUUI) ustadz Athian Ali M. Dai, MA mengaku tak heran
dengan fenomena tersebut.
“Kalau mereka menyiapkan
segala macam, membuka front, menyiapkan sukarelawan ke Suriah, saya tidak
keget, bahkan saya tidak pernah kaget kalau suatu saat mereka sudah kuat, umat
Islam di negeri ini disembelih semua. Malah itulah yang sesungguhnya, selama
ini orang-orang Syiah kan tidak pernah mau menampakkan dirinya, mereka lebih memilih
jalan munafik karena mereka lemah, baru beberapa tahun inilah mereka mau
menampakkan diri dan beberapa tokoh lainnya pun masih munafik, masih taqiyah,”
tuturnya saat diwawancara voa-islam.com, Rabu (29/8/2012).
Bahkan menurut ulama perumus
terbitnya fatwa sesat Syiah oleh FUUI ini, jika umat Islam diam saja melihat
fenomena ini, wajar saja jika suatu saat kelompok Syiah kuat, maka mereka akan
memerangi umat Islam.
“Jadi mereka mau mengirim
relawan ke Suriah itu wajar menurut saya, kalau tidak begitu malah aneh.
Wajarlah mereka membela saudara-saudara mereka. Jadi kalau suatu saat kita
disembelih oleh mereka itu juga nanti wajar,” tandasnya. [Ahmed Widad] (voa-islam.com)
Jum’at, 31 Aug 2012
(nahimunkar.com)
Komentarku ( Mahrus ali):
Membela rezim Suria sama
dengan membela Thaghut untuk menumpas
gerakan anti Thaghut. Rezim itu sangat
ganas kepada umat Islam,kasih saying dengan komunisme China atau
Sofyet. Mereka di dukung oleh tentara Iran yang
Syi`ah bukan ahlus sunnah. Ingatlah ayat sbb:
لاَّ
يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُوْنِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّهِ فِي شَيْءٍ إِلاَّ أَن تَتَّقُواْ
مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللّهِ الْمَصِيرُ ﴿٢٨﴾
028. Janganlah orang-orang
mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya
kepada Allah kembali (mu). Ali imran
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan