أَوْصَانِي جِبْرَائِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِالْجَارِ إِلَى أَرْبَعِيْنَ
دَارًا عَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا، وَعَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا ، وَعَشْرَةٌ مِنْ هَا
هُنَا ، وَعَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا
Jibril mewasiatkan kepadaku bahwa tetangga itu sampai
40 rumah, 10 dari arah sana, 10 dari arah sana, 10 dari arah sana, dan 10 dari
arah sana
Hadis ini dla’if. Kasyful Khafa’, 1:1054; Takhrij
al-Ihya’, 2:232; al-Maqashid al-Hasanah, as-Sakhawi, 170.
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدِ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا
تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Hati-hatilah kalian terhadap iri (hasad), karena iri
itu akan dapat memakan kebaikan seperti api memakan (membakar) kayu
Hadis dla’if. At-Tarikh al-Kabir, 1:272; Mukhtashar
Sunan Abi Dawud, al-Mundziri,7:226
إِيَّاكُمْ وَخَضْرَاءُ الدِّمَنِ فَقِيْلَ مَا خَضْرَاءُ الدِّمَنِ؟ قَالَ
الْمَرْأَةُ الْحُسَنَاءُ فِي الْمَنْبَتِ السُّوْءِ
Berhati-hatilah kalian terhadap Khadra’ ad-Diman
(hijaunya kotoran ternak), Rasulullah ditanya, apakah khadra’ ad-diman itu?
Beliau bersabda; Perempuan yang baik di lingkungan yang buruk.
Al-Iraqi berkata; Hadis ini dla’if, dan juga
didla’ifkan oleh Ibnu al-Mulqin. Al-Albani berkata; Hadis ini dla’if jiddan
(lemah sekali). Takhrij al-Ihya’ (2:42), adl-Dla’ifah:14
اْلاِيْمَانُ عُرْيَانٌ فَلِبَاسُهُ التَقْوَى وَزِيْنَتُهُ الْحَيَاءُ
وَثَمْرَتُهُ الْعِلْمُ
Iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa,
perhiasan-nya adalah malu dan buahnya adalah ilmu.
Hadis ini palsu, Kasyf al-Khafa’, 27.
اْلإِيْمَانُ عَقْدٌ بِالْقَلْبِ وَإِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ
بِاْلأَرْكَانِ
Iman adalah keyakinan di dalam hati, pernyataan dengan
lisan dan perbuatan dengan anggota badan
Hadis ini palsu. Al-Mashnu’, Ali al-Qari, 72; Kasyf
al-Khafa’, 1:22
اْلإِيْمَانُ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ
Iman itu bisa bertambah dan berkurang
Bukan hadis Rasululah, tetapi kata-kata yang
disepakati (ijma’) oleh ulama’ salaf. al-Manar al-Munif, 119; Kasyf al-Khafa’,
25; Mizan al-I’tidal, 6:304.
بَادِرُوْا بِالأَعْمَالِ سَبْعاً، هَلْ تَنْتَظِرُوْنَ إِلاََّ مَرَضاً
مُفْسِداً وَهَرَماً مُفَنَّداً أَوْ غِنًى مُطْغِيّاً أَوْ فَقْراً مُنْسِيّاً
أًوْ مَوْتاً مُجَهَّزاً أَوْ الدَّجَّالَ فشر غائب يُنْتَظَرُ أَوِ السَّاعَةَ
وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمُرُّ
Bersegeralah melakukan amal shalih sebelum datangnya 7
hal, apakah kalian menanti penyakit yang merusak, ketuaan yang renta, kaya yang
menyebabkan berlebih-lebihan, kefakiran yang membuat lupa, kematian yang terasa
cepat datangnya, dajjal yang merupakan kejaha-tan yang dinantikan, atau kiamat.
Padahal kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.
Hadis ini dla’if. Dzakhiratu al-Huffadh, Ibnu Thahir,
2:2313; adl-Dla’ifah, 1666
الْبِرُّ لاَ يْبْلَى وَاْلإِثْمُ لاَ يُنْسَى وَالدَيَّانُ لاَ يَنَامُ
فَكُنْ كَمَا شِئْتَ كَمَا تَدِيْنُ تُدَانُ
Kebajikan itu tak akan musnah, dosa itu tak akan
terlupakan, dan yang membuat perhitungan tak akan tidur. Maka jadilah kamu
seperti yang kau inginkan, karena seperti apa yang kau perbuat demikianlah kau
akan diberi balasan
Hadis ini dla’if. Al-Kasyf al-Ilahi, ath-Tharablusi,
681; al-Lu’lu’ al-Marshu’, 414.
التَّائِبُ حَبِيْبُ اللهِ
Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah
Hadis ni tidak ada asalnya, al-Ahadits allati laa
ashla laha fi al-Ihya’, as-Subki, 356; adl-Dla’ifah, 95
تَحِيَّةُ الْبَيْتِ الطَّوَافُ
Penghormatan kepada Baitullah (ka’bah) adalah thawaf
Hadis ini tidak ada asalnya. Al-Asrar al-Marfu’ah,
130; al-Lu’lu’ al-Marshu’, 143; al-Maudlu’at ash-Shughra, al-Qari, 88.
تَخْرُجُ الدَّابَةُ مَعَهَا عَصَا مُوْسَى وَخَاتَمُ سُلَيْمَانَ
فَتَجَلُّوا وَجْهَ الْمُؤْمِنِ بِالْعَصَا وَتَخْتَمُّ أَنْفَ الْكَافِرِ
بِالْخَاتَمِ حَتَّى اَنَّ أَهْلَ الْخَوَانِ لَيَجْتَمِعُوْنَ فَيَقُوْلُ هَذَا
يَا مُؤْمِن وَيَقُوْلُ هَذَا يَا كَافِر
ad-Dabbah (hewan melata sebagai tanda datangnya
kiamat) akan keluar dengan membawa tongkatnya nabi Musa as. Dan cincin Nabi
Sulaiman, lalu mereka menghilangkan kesedihan dari wajah orang mukmin dengan
tongkat Nabi Musa, dan membinasakan orang kafir dengan cincin Nabi Sulaiman
sehingga tukang makan pun berkumpul di depan hidangan dan berkata satu
golongan; Wahai mu’min, dan ia berkata golongan lainnya; Wahai kafir
Hadis ini munkar. Adl-Dla’ifah, 1108
تَوَسَّلُوْا بِجَاهِيْ ، فَإِنَّ جَاهِي عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ
Berperantaralah (bertawassul) kalian dengan
kedudu-kanku, karena sesungguhnya kedudukanku di sisi Allah sangat agung
Ibnu Taimiyah dan al-Albani mengatakan, hadis ini
tidak ada asalnya. Iqtidla’ ash-Shirat al-Mustaqim, Ibnu Taimiyah, 2:415;
adl-Dla’ifah, 22
تَزَوَّجُوْا وَلاَ تُطَلِّقُوْا، فَإِنَّ الطَّلاَقَ يَهْتَزُّ لَهُ
الْعَرْش
Menikahlah kalian dan jangan kalian bercerai, karena
perceraian itu akan menggoncangkan arsy
Hadis ini maudlu’. Tartib al-Maudlu’at, 694; al-Maudlu’at,
ash-Shaghani, 97; Tanzih asy-Syari’ah, 2:202.
تُعَادُ الصَّلاَةُ مِنْ قَدْرِ الدِّرْهَمِ مِنَ الدَّمِ
وَقَدْ أَنْكَرَ قَوْمٌ رُؤْيَةَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَقَالُوا إِنَّ الله َ لاَ يُرَى لاَ فِي
الدُّنْيَا وَلاَ فِي اْلآخِرَةِ
Sungguh suatu kaum telah ingkar
melihat Allah azza wajal dan mereka mengatakan bahwa Allah tidak bisa di lihat di dunia atau di
akhirat .
وَذَلِكَ بِنَاءاً عَلَى عُقُوْلِهِمْ الَّتِي
يَعْتَمِدُوْنَ فِي إِثْبَاتِ الصِّفَاتِ ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَنَفْيِهَا عَنْهُ
عَلَيْهَا أَيْ عَلَى عُقُوْلِهِمْ وَهَذَا خَطَأٌ عَظِيْمٌ أَنْ يُحَكِّمَ اْلإِنْسَانُ
عَقْلَهُ فِي أَمْرٍ مِنْ أُمُوْرِ الْغَيْبِ ِلأَنَّ أُمُوْرَ اْلغَيْبِ لاَ يُمْكِنُ
إِدْرَاكُهَا إِلاَّ بِمُشَاهَدَتِهَا أَوْ مُشَاهَدَةِ نَظِيْرِهَا أْوْ خَبَرِ
الْخَبَرِ الْصَّادِقِ عَنْهَا
Hal itu berdasarkan kepada akal
mereka yang menetapkan sifat – sifat Allah azza wajal atau menafikannya dengan akal mereka dan ini kekeliruan besar
di mana manusia menggunakan akalnya untuk masalah gaib . Sebab masalah
gaib tidak bisa di raih kecuali dengan
menyaksikannya atau sesamanya atau hadis
dari Nabi SAW yang benar tentang masalah gaib.
فَتَجِدُهُمْ يُنْكِرُوْنَ رُؤْيَةَ اللهِ وَيُحَرِّفُوْنَ
كَلاَمَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ بِنَاءاً عَلَى عَقِيْدَتِهِمْ الْمَبْنِيَّةِ عَلَى اْلعَقْلِ
الْفَاسِدِ
Kamu jumpai mereka ingkar adanya
melihat Allah dan merobah perkataan
Allah dan RasulNya atas dasar akidah
mereka yang berlandaskan kepada akal yang
rusak .
ِلأَنّ حَقِيْقَةَ تَحْكِيْمِ اْلعَقْلِ أَنْ يُسْلِمَ
اْلإِنْسَانُ لِمَا أَخْبَرَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلُهُ تَسْلِيْماً تَامّاً فَإِنَّ
هٰذَا مُقْتَضَى اْلعَقْلِ وَمُقْتَضَى اْلإِيْمَانِ قَالَ اللهُ تَعَالَى (فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ
حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً)
Sebab hakikat menggunakan akal hendaklah
seseorang pasrah terhadap apa
yang di beritakan oleh Allah secara total . Sesungguhnya akal dan iman
menyatakan seperti itu . Allah taala berfirman :
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya[1]
وَهَؤُلاَءِ الْمُنْكِرُوْنَ لِرُؤْيَةِ اللهِ تَعَالَى
فِي اْلآخِرَةِ لَمْ يُسَلِّمُوا تَسْلِيْماً
Orang – orang yang ingkar untuk
melihat Allah taala di akhirat tidak psrah secara total .
بَلْ أَنْكَرُوا ذَلِكَ وَقَالُوا لاَ يُمْكِنُ فَقِيْلَ لَهُمْ سُبْحَانَ اللهِ
النُّصُوْصُ وَاضِحَةٌ فِي هٰذَا فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ قَالَ اللهُ تَعَالَى (وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
* إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ) نَاضِرَةٌ أَيْ حَسَنَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ أَيْ
تَنْظُرُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Bahkan mereka ingkar hal itu lalu berkata : Tidak mungkin bisa
melihat Allah .
Di katakan kepada mereka :
Subhanallah , dalil – dalilnya dalam
masalah ini sudah jelas dalam al quran
yang mulia . Allah taala
berfirman :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا
نَاظِرَةٌ
Wajah-wajah
(orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka
melihat.[2]
وَإِضَافَةُ النَّظَرِ إِلَى اْلوُجُوْهِ يَعْنَي
أَنَّهُ بِالْعَيْنِ ِلأَنَّ أَدَاةَ النَّظَرِ فِي اْلوَجْهِ هِيَ اْلعَيْنُ فَحَرَّفُوا
اْلكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَقَالُوا إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ أَيْ إِلَى ثَوَابِ
رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Wajah melihat sudah tentu dengan
mata , sebab alat melihat pada wajah adalah mata . lalu mereka merobah kalimat
– kalimat dari tempatnya , lalu berkata
: Maksud Ila rabbiha nadhirah adalah melihat pahala Tuhannya .
وَهَذَا تَحْرِيْفٌ زَادُوا فِي اْلآيَةِ كَلِمَةً
كَمَا زَادَت بَنُوا إِسْرَائِيْلَ حَرْفاً حِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ قُوْلُوا حِطَّةٌ
فَقَالُوا حِنْطَةٌ
Ini adalah perobahan yang mereka
tambahkan dalam ayat suatu kalimat sebagaimana
banu Israil pernah menambah
satu huruf ketika di katakan kepada mereka : Hitthotun
, mereka bilang hinthotun .
وَقِيْلَ لَهُمْ إِنَّ الله َسُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
يَقُوْلُ (لاَ تُدْرِكُهُ ْالأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ ْالأَبْصَارَ)
Dan di katakan kepada mereka ,
sesungguhnya Allah subhanahu wataala
berfirman :
لاَ
تُدْرِكُهُ ْالأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ ْالأَبْصَارَ
Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu [3]
وَهَذِهِ اْلآيَةُ تَدُلُّ عَلَى ثُبُوْتِ أَصْلِ
الرُّؤْيَا ِلأَنَّ مَعْنَى لاَ تُدْرِكُهُ أَيْ تَرَاهُ وَلاَ تُدْرِكُهُ ِلأَنّهُ
أَعْظَمُ مِنْ أَنْ يُحِيْطَ بِهِ شَيْءٌ مِنْ مَخْلُوْقَاتِهِ
Ini ayat menunjukan bahwa Allah bisa di lihat , sebab ma`na la tudrikuhu
kamu bisa melihatnya tapi kamu tidak akan mencapainya , sebab Allah maha suci untuk bisa di ketahui
secara keseluruhan oleh sesuatu
dari mahlukNya .
وَاْلعُجْبُ أَنَّهُمْ يَسْتَدِلُّوْنَ بِهَذِهِ
اْلآيَةِ عَلَى نَفْيِ الرُّؤْيَةِ وَهِيَ حُجَّةٌ عَلَيْهِمْ
Anehnya , sesungguhnya mereka dengan
ayat ini menyatakan tidak mungkin Allah bisa di lihat dan ini adalah dalil yang yang keliru bagi
mereka .
وَقِيْلَ لَهُمْ إِنَّ مُوْسَى عَلَيْهِ الصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ قَالَ رَبِّي أَرِنِي أَنْظُرْ
إِلَيْكَ وَلَوْ كَانَتْ الرُّؤْيَةُ مُمْتَنِعَةً عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لَكَانَتْ
غَيْرَ لاَئِقَةٍ بِهِ
Di katakan kepada mereka ,
sesungguhnya Musa as berkata : Wahai Tuhanku ! tampakkan kepadaku , aku akan melihatmu . Bila
melihat Allah itu tidak bisa atas
Allah azza wajal maka sudah tentu hal itu tidak layak
وَمُوْسَى أَحَدُ الرُّسُلِ أُوْلُوا الْعَزْمِ
لاَ يُمْكِنُ أَنْ يَسْأَلَ الله َ مَالاَ
يَلِيْقُ بِهِ أَبَداً مُسْتَحِيْلٌ قَالُوا إِنَّ الله َ قَالَ
لَهُ لَنْ تَرَانِي نَعَمْ قَالَ لَنْ
تَرَانِي يَعْنِي فِي الدُّنْيَا لَنْ تَثْبُتَ ِلرُؤْيَتِي
Musa adalah salah satu Rasul yang
ulul azmi , tidak mungkin minta kepada Allah
hal yang tidak layak bagi Allah ,
mustahil sekali . Mereka berkata : Sesungguhnya Allah berfirman kepada Musa kamu tidak akan bisa melihatku .
Ya benar , tapi di dunia
kamu tidak akan melihatKU .
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Tentang Ulul azmi Yaitu Nabi Muhammad , Ibrahim , Isa , Musa
dan Nuh , perlu dalil yang jelas . Pada
hal ulul azmi di sebutkan dalam al Quran dalam ayat sbb:
َفاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ
الرُّسُلِ وَلاَ تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ
لَمْ يَلْبَثُوا إِلاَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاَغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلاَّ
الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul - Rasul
telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa)
seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah)
suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.[4]
Ayat tersebut memerintah Muhammad agar bersabar sebagaimana para Rasul ulul azmi yang teguh dalam menyebarkan ajaran Allah .
Dan tiada keterangan bahwa ulul azmi adalah lima orang tsb. Imam Baghowi dalam
kitab tafsirnya berkata :
فَقَالَ
ابْنُ زَيْدٍ: كُلُّ الرُّسُلِ كَانُوا أُوْلِي عَزْمٍ، لَمْ يَبْعَثِ اللهُ
نَبِيّاً إِلاَّ كاَنَ ذاَ عَزْمٍ وَحَزْمٍ، وَرَأْيٍ وَكَمَالِ عَقْلٍ، وَإِنَّمَا
أُدْخِلَتْ ((مِنْ)) لِلتَّجْنِيْسِ لاَ لِلتَّبْعِيْضِ، كَمَا يُقَالَ : اِشْتَرَيْتُ
أَكْسِيَةً مِنَ الْخَزِّ وَأَرْدِيَةً مِنَ الْبَزِّ
Ibnu Zaid berkata : Seluruh rasul
adalah Ulul azmi . Setiap nabi yang di utus oleh Allah termasuk ulul azmi , bijak , pendapat baik , genius .
Ada huruf min dalam ayat tsb menunjukkan
jenis ya`ni jenis rasul bukan
menunjukkan bagian
sebagaimana orang berkata :
اِشْتَرَيْتُ أَكْسِيَةً مِنَ الْخَزِّ
وَأَرْدِيَةً مِنَ الْبَزِّ
Saya membeli pakaian dari sutra
dan selindang dari sutra.
وَقَالَ
بَعْضُهُمْ: اَلأَنْبِيَاءُ كُلُّهُمْ أُوْلُو عَزْمٍ إِلاَّ يُوْنُسَ بْنَ
مَتىَّ، لِعَجَلَةٍ كَانَتْ مِنْهُ، أَلاَ تَرَى أَنَّهُ قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( وَلاَ تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِ ))
Sebagian ulama berkata : Seluruh nabi adalah ulul azmi kecuali Yunus bin Matta karena beliau tergesa
– tergesa ( agar orang yang menentang ajarannya di beri siksaan ) . Apakah kamu
tidak melihat , di katakan kepada Nabi
Muhammad SAW .
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلاَ تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ
مَكْظُومٌ(48)
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad)
terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang
berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah
(kepada kaumnya).[5]
Saya katakan: Terusannya ayat tsb sbb:
لَوْلاَ
أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ
مَذْمُومٌ(49)فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ(50)
Kalau sekiranya ia tidak segera
mendapat ni'mat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam
keadaan tercela. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk
orang-orang yang saleh.[6]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan