Habib Muhsin Alatas, seperti yang
saya baca dalam Kongkow Gus Dur, menyatakan bahwa Bathugana
tidak perlu meminta maaf sekaligus menarik ucapannya. Beliau juga mengatakan
bahwa warga NU juga tak perlu membela Gus Dur dan siapa yang membela beliau
termasuk jenis fanatisme buta. Adapun alasan habib tersebut bahwa Gus Dur bukan
waliyullah, sebaliknya beliau menyatakan bahwa Gus Dur wali setan.
Di sini perlu saya klarifikasi pendangan Habib Muhsin agar ke depan beliau tidak salah mengindetifikasi kembali perihal dukungan dan pembelaan warga NU kepada Gus Gur.
Pertama, saya ingin menggunakan prinsip umum bahwa termasuk kemerdekaan asasi manusia adalah mencintai, mengagumi, bahkan mengikuti seseorang yang dianggap cocok dengan dirinya. Siapa cocok dengan siapa itu hak asasi. Orang NU cocok dengan Gus Gur itu hak asasi. Habib Muhsin cocok dengan FPI itu juga hak asasi. Orang NU gak perlu menarik-narik Habib Muhsin untuk mencintai Gus Gur layaknya mereka. Begitu pula sebaliknya. Bathugana lebih memilih Demokrat ketimbang PKS itu juga hak asasi. Disinilah pentingnya mengapa menghargai pilihan orang lain untuk mengambil figur. Pendek kata "almar'u ma'a man ahabba", orang itu bersama yang dicintainya.
Kedua, perlu juga saya klarifikasi bahwa orang NU mendukung Gus Gur karena beliau waliyullah!!! Kelihatannya Habib Mushin juga seperti kelompok lain yang sering menggunakan jargon "wali" untuk memperolok-olok warga NU yang fanatik terhadap Gus Dur. Begini Habib Muhsin ya... bahwa urusan beliau wali or not sama tidak pentingnya apakah tahun depan pemerintah memberi gelar pahlawan pada Gus Gur apa tidak!! Mengapa karena jelas kewaliyan hanya Allah yang tahu. Bila sebagian warga NU menganggap beliau wali bukan berarti kewajiban orang lain untuk mengakui. Saya pikir Habib Muhsin rileks saja. Analoginya sederhana, meski menurut sebagian orang Syekh Abdul Qadir itu wali yang riwayatnya mutawatir tapi tidak harus orang yang tidak sepakat itu ikut-ikutan mengamini. Biarkan hal itu menjadi khazanah orangNU, itu tidak musyrik.
Adapun alasan mengapa warga NU getol membela Gus Dur? Karena selama hidup beliau banyak memberikan sumbangsih kepada NU dan warganya. Di sini saya pikir almost all of NU persons sepakat. Kalau Habib berpikiran lain mungkin saja sumbangsih beliau masih debateble untuk negara, sampai disini I don't care, mau negara mengakui atau tidak nggak penting buat warga NU. Apa yang dilakukan warga NU adalah bentuk balas budi atas apa yang Gus Dur berikan pada warga NU. Semestinya habib Mushin bisa mengambil pelajaran bagaimana hidup ini nantinya adalah manis karena meski telah wafat orang lain masih mengenang dan membalas jasa-jasanya. Habib silahkan berkiprah untuk FPI dan beramallah untuk mereka.
Untuk mempermudah saya coba gambarkan mengapa Buya Hamka diabadikan menjadi nama universitas Muhammadiyah? Memang tidak ada lagi tokoh selain beliau?? KH Azhar Basyir, KH AR fahrudin, KH Mas Mansur, masih banyak lagi tokoh brilian yang dimiliki Muhammadiyah. Mengapa bukan mereka yang notabene orang jawa, justru Buya Hamka yang Sumatera!! Ini semua adalah pilihan prerogatif warga Muhammadiyah. Kita tidak bisa memaksa mereka, dan ini bukan bagian dari fanatisme Buya Hamka.
Ketiga alasan mengapa Gus Dur dibela karena beliau berhasil mengangkat martabat warga NU ke kancah yang lebih terhormat. Selama hidup Gus Dur mendedikasikan dirinya untuk kebaikan NU dan warganya. beliau berhasil menggugah orang-orang NU dari ketertinggalan mereka selama ini. Bila dulu orang malu menyebut dirinya orang NU sekarang justru ramai-ramai ngaku kalo orang NU. NU tidak lagi didominasi para kiai melainkan kalangan akademisi cendekiawan, profesional, pelaku bisnis, budayawan, pemikir strategis. Ini merupakan sumbangsih terbesar Gus Gur. Beliau bukan saja tak alergi dengan mereka, justru mendorong untuk berkiprah sebesar-besarnya buat kebaikan NU.
Dan yang terakhir bahwa beliau mau menempatkan dirinya sebagai bagian dari jiwa dan raga warga NU. Maka tidak heran kecintaan mereka juga sebanding, meski Gus Gur tak lagi bersama mereka. Bahkan dari kalangan anak muda NU mereka bertekad melestarikan pemikiran beliau.
Demikian beberapa alasan mengapa warga NU begitu fanatik membela pemikiran dan nama baik beliau. Semoga kesempatan ini dapat menjernihkan pikiran Habib Muhsin maupun yang lain hingga ke depan tiada lagi mispersepsi terhadap Gus Dur dan warga NU. Salam buat semua...
Mohammad Yahya
Alumnus Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogjakarta, tinggal di Jakarta
Komentarku ( Mahrus ali):
Bela seseorang
jangan dari segi sudut pandang golongan, tapi pandanglah dari segi Islam. Otomatis
landasannya adalah al Quran. Fanatisme
golongan bukan ajaran Allah tapi ajaran setan. Bila mati karena bela golongan
akan mati sangit bukan mati sahid. Ingat ayat ini:
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ
وَلاَ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(31)مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ
وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ(32)
Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan
kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang
yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. Surat
Rum 31-32
Salut untuk Habib
Muhsin
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan