Sejak berada di Mesir, Habib
Abu Bakar bin Hasan al-Atthas berteman baik dengan Gus Dur. Jarak dan rasa
sungkan sudah lama putus di antara keduanya.
Suatu hari Gus Dur dan Habib menginap di sebuah hotel di Jawa Barat. Habib tahu, teman karibnya ini selalu minta dibayar tiap kali di hotel atau rumah makan. Kali ini, ia ingin menguji “kebakhilan” Gus Dur.
Saat tiba waktu check-out, Habib keluar kamar lebih dulu.
“Tolong nanti yang bayar penginap di kamar nomor ini. Namanya KH Abdurrahman Wahid,” ucap Habib kepada kasir hotel.
Dengan dituntun, Gus Dur ke arah pintu keluar sambil celingukan.
“Di mana habib itu?” sergahnya.
Sejenak kemudian, langkahnya tertahan.
“Maaf Pak Yai, urusan kamar Pak Yai sama Habib belum beres,” kata kasir hotel.
Cucu pendiri NU ini bingung, “Maksudnya?”
“Pembayarannya.”
“Waduh…” Gus Dur menepuk jidat. “Mana bawa uang aku. Ya udah utang dulu aja, ya,” tutur Gus Dur sembari menyodorkan KTP.
Di depan pintu hotel, Habib cekikikan dari dalam taxi yang sedang diam di pelataran. (Mahbib Khoiron)
Suatu hari Gus Dur dan Habib menginap di sebuah hotel di Jawa Barat. Habib tahu, teman karibnya ini selalu minta dibayar tiap kali di hotel atau rumah makan. Kali ini, ia ingin menguji “kebakhilan” Gus Dur.
Saat tiba waktu check-out, Habib keluar kamar lebih dulu.
“Tolong nanti yang bayar penginap di kamar nomor ini. Namanya KH Abdurrahman Wahid,” ucap Habib kepada kasir hotel.
Dengan dituntun, Gus Dur ke arah pintu keluar sambil celingukan.
“Di mana habib itu?” sergahnya.
Sejenak kemudian, langkahnya tertahan.
“Maaf Pak Yai, urusan kamar Pak Yai sama Habib belum beres,” kata kasir hotel.
Cucu pendiri NU ini bingung, “Maksudnya?”
“Pembayarannya.”
“Waduh…” Gus Dur menepuk jidat. “Mana bawa uang aku. Ya udah utang dulu aja, ya,” tutur Gus Dur sembari menyodorkan KTP.
Di depan pintu hotel, Habib cekikikan dari dalam taxi yang sedang diam di pelataran. (Mahbib Khoiron)
Komentarku ( Mahrus ali):
Seorang mukmin harus murah hati,
suka memberi, menyantun, bukan bahil, suka ingin di bantu, malah selalu minta
bantuan. Baik Gus dur atau lainnya bila bahil jelas dan tidak samar lagi adalah
tidak memiliki karakter seorang mukmin. Baik Gus dur atau lainnya bila dermawan
akan disenangi Allah dan manusia. Allah berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ(15)ءَاخِذِينَ
مَا ءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ(16)كَانُوا
قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ(17)وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ
يَسْتَغْفِرُونَ(18) وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ(19)
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang
bertaqwa berada di dalam taman-taman syurga dan di mata air-mata air. Sambil
mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka, sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik, mereka sedikit
sekali tidur di waktu malam. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian (orang miskin
yang tidak meminta).
(Q.S. Ad-Dzariyat 15-19)
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3
jangan di panahnya.
Artikel Terkait
entah sejak kapan dianugerahi jabatan sebagai ‘Wali Allah’?
BalasHapusUlama Sepuh Jabar yang Juga ketua dewan Ifta' (Fatwa) KH DR. Sarkosi Subki bahkan mengutip sabda Nabi, " Barang siapa yang menghina wali Allah, akan dihinakan Allah swt"
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/12/12/369485/284/1/Ulama-Thoriqoh-Gelar-Istigotsah-agar-Penghina-Gus-Dur-sadar