Pasca satu bulan pembantaian demonstran di Rab’ah al Adawiyah dan Nahdah
Square 14 Agustus 2013 demonstran anti kudeta memulai aksi
“Pembangkangan Sipil” secara serentak. Hari pertama meningkatnya aksi
ini demonstran menduduki kereta listrik “metro” bawah tanah Kairo,
Ahad (15/9). Mereka berdiam di atas metro dan memadati stasiun selama 3
jam mulai pukul 7 hingga 10 pagi. Aksi ini menyebabkan produktifitas
metro lumpuh. Sehingga dalam waktu 3 jam saja perusahaan metro
mengalami kerugian 1,5 juta pound Mesir.
Dalam aksi tersebut mereka tetap dilarang melakukan pengrusakan terhadap fasilitas yang ada. Dengan penampilan seperti masyarakat biasa lainnya mereka hanya diminta bertahan di metro tanpa banyak bicara apalagi menyangkut politik. Untuk kehati-hatian peserta aksi diminta untuk tidak membawa mushaf, menghapus simbol-simbol dan musik-musik “Rab’ah” di ponsel masing-masing dan tidak berbicara apapun soal politik serta pura-pura bodoh terhadap situasi.
Setelah jam 11 tengah hari mereka beraktifitas seperti biasa dan akan kembali melanjutkan aksi yang sama untuk putaran kedua pada jam-jam pulang kerja, pukul 2 siang hingga pukul 5 sore. Dalam aksi lanjutan ini peserta tidak membeli tiket, tidak mengangkat simbol-simbol dan tidak menyuarakan yel-yel apapun. Peserta diminta mengendarai metro seperti rakyat biasa. Sebelum stasuin akhir peserta harus turun dan pindah arah ke jalur semula.
Selain aksi di metro demonstran juga menggelar aksi “Pembangkangan Sipil” di jalan raya. Mereka turun berkeliling sepanjang jalan Kairo dan Giza dengan kendaraan pribadi, namun juga tidak membawa simbol-simbol demo dan yel-yel anti kudeta.
Kondisi ini cukup membingungkan aparat keamanan yang sudah disiagakan sejak awal. Demonstran tidak bisa dikenali karena berbaur seperti pengguna jasa metro lainnya.
Aksi serupa juga terjadi di Alexandria. Para demonstran menduduki stasiun kereta Abu Kir, Alexandria sehingga melumpuhkan aktivitas angkutan massal tersebut. (sinaionline)
Dalam aksi tersebut mereka tetap dilarang melakukan pengrusakan terhadap fasilitas yang ada. Dengan penampilan seperti masyarakat biasa lainnya mereka hanya diminta bertahan di metro tanpa banyak bicara apalagi menyangkut politik. Untuk kehati-hatian peserta aksi diminta untuk tidak membawa mushaf, menghapus simbol-simbol dan musik-musik “Rab’ah” di ponsel masing-masing dan tidak berbicara apapun soal politik serta pura-pura bodoh terhadap situasi.
Setelah jam 11 tengah hari mereka beraktifitas seperti biasa dan akan kembali melanjutkan aksi yang sama untuk putaran kedua pada jam-jam pulang kerja, pukul 2 siang hingga pukul 5 sore. Dalam aksi lanjutan ini peserta tidak membeli tiket, tidak mengangkat simbol-simbol dan tidak menyuarakan yel-yel apapun. Peserta diminta mengendarai metro seperti rakyat biasa. Sebelum stasuin akhir peserta harus turun dan pindah arah ke jalur semula.
Selain aksi di metro demonstran juga menggelar aksi “Pembangkangan Sipil” di jalan raya. Mereka turun berkeliling sepanjang jalan Kairo dan Giza dengan kendaraan pribadi, namun juga tidak membawa simbol-simbol demo dan yel-yel anti kudeta.
Kondisi ini cukup membingungkan aparat keamanan yang sudah disiagakan sejak awal. Demonstran tidak bisa dikenali karena berbaur seperti pengguna jasa metro lainnya.
Aksi serupa juga terjadi di Alexandria. Para demonstran menduduki stasiun kereta Abu Kir, Alexandria sehingga melumpuhkan aktivitas angkutan massal tersebut. (sinaionline)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan